Sepasang tangan hangat yang lebar menutupi kedua mata Midori dari belakang. Gadis itu terkikik lalu berkata, "Aku tahu itu pasti kamu, Kenzo."
"Apa kabar, Pacar Sehariku? Senang jalan-jalannya hari ini?" tanya Kenzo sembari tersenyum ketika Midori berbalik menghadapnya.
Kecantikan alami wajah Midori selalu sukses membuat jantung Kenzo berdebar-debar. Apalagi dalam jarak setengah meter, rasanya dia ingin menautkan bibirnya sesegera mungkin ke bibir mungil merah muda itu, menyesapnya, melumatnya hingga gadis itu melenguh seperti ketika mereka terakhir kali berciuman.
Midori merasa wajahnya panas karena tersipu malu ketika dipandangi dengan begitu intens oleh Kenzo. Dia pun menggigit bibir bawahnya yang membuat Kenzo mendadak menahan napas dan memalingkan wajahnya ke samping.
"Jalan-jalannya di Kyoto begitu seru, Kenzo. Terima kasih atas tumpangannya dan sopirmu begitu murah hati pada kami. Dia membayar segala pengeluaran kami hingga kami merasa tidak enak h
Ketiga teman Kenzo sudah kembali ke Tokyo pagi tadi sehabis sarapan. Kenzo pun sendirian menghabiskan sore itu di kamarnya. Saat itu masih pukul 15.30. Karena jam untuk makan malam masih lama, dia pun memutuskan untuk berendam di onsen penginapan Togutsutei.Onsen itu sepi tanpa seorang pun pengunjung yang berendam di dalam kolam air panas. Kenzo menceburkan dirinya ke dalam kolam. Dia memejamkan matanya menikmati ketenangan.Tiba-tiba terdengar suara ceburan di air dari sisi lain onsen. Dia pun menengok ke arah datangnya suara itu. Ternyata Midori pun berendam di sana. Dia pun keluar dari air dan meraih handuknya lalu membelitkannya di pinggulnya. Kemudian berjalan ke sisi onsen tempat Midori berendam.Gadis itu tidak menyadari kehadirannya karena sedang memejamkan mata sembari mendengarkan musik dengan earphone bluetooth. Pipinya berwarna merah muda karena uap hangat dari air tempat dia berendam.Kenzo berjongkok di tepi kolam lalu mengecup pipi Midori.
Mereka bertiga naik ke mobil Kenzo yang bertipe sedan dengan merk Richter. Mobil itu produksi perusahaan keluarga Watanabe. Ide mobil itu pun sebagian besar berasal dari buah pikiran Kenzo sendiri. Dia adalah seorang jenius IT."Sepertinya aku akan mengajak kalian berdua makan malam dulu ya ... setelah itu kita akan naik perahu kecil di sungai Arashiyama," ujar Kenzo sembari menyetir dengan hati-hati."Oke, aku ikut saja dengan rencana kalian. Anggap saja aku tidak ada, Kenzo," balas Poseidon sambil bercanda.Poseidon tahu bahwa Kenzo menyukai saudari kembarnya, Midori. Menurutnya, pemuda berkebangsaan Jepang itu baik dan sangat perhatian. Wisata keluarganya di Kyoto tadi pagi hingga siang pun diatur sedemikian rupa oleh Kenzo hingga terasa begitu nyaman. Dia mendukung hubungan Kenzo dan Midori."Posei, apa kau tidak mendapat kenalan gadis Jepang hingga 3 hari kau berlibur di Jepang?" sindir Midori."Tsskk kau gemar sekali mem-bully-ku, Mi. Aku mem
Kenzo meraih tangan Midori lalu mengecupnya sembari menatapnya dengan tatapan tajamnya. "Kau mengatakan 'aku mencintaimu, Kenzo', tapi hatimu ragu ... apa yang harus kulakukan untuk meyakinkanmu, Midori?" ucap Kenzo.Angin malam di sungai Arashiyama berhembus menerbangkan kelopak bunga Sakura yang gugur. Kelopak bunga Sakura merah muda itu mendarat di rambut Midori yang disanggul rapi oleh pelayan penginapan Togutsutei tadi. Kenzo mengambil kelopak bunga Sakura itu dan menaruhnya di telapak tangan Midori.Gadis itu menatap kelopak bunga Sakura itu lalu menatap wajah Kenzo dengan tersipu malu."Tempatmu seharusnya berada adalah di negeriku, Midori. Entah apa alasan orang tuamu menamaimu dengan nama gadis Jepang ... tapi mungkin itu pertanda takdir yang mempertemukan kita di Kyoto. Seorang Midori dengan seorang Kenzo. Kita lihat saja nanti apakah ketika kamu kembali ke Perth, hubungan kita akan berakhir dan sirna atau akan bertahan dan bersemi seperti bunga
Dari balik pintu kamar Midori yang menghadap ke koridor penginapan, Leeray memperhatikan kebersamaan Midori dan Kenzo. Kedua anak muda itu memang berciuman, tetapi mereka tidak berbuat yang lebih dari itu. Selepas tengah malam, mereka berpisah. Kenzo kembali ke kamarnya sendiri."Hubby?" panggil Deasy di ujung lorong kamar Midori.Leeray agak terkejut karena terpergok istrinya sedang memata-matai puteri mereka. Dia pun menutup rapat kamar Midori sebelum gadis itu menyadari keberadaannya. Kemudian menghampiri Deasy.Dia merangkul bahu Deasy sembari berjalan kembali ke kamar mereka di sisi timur penginapan. "Bagaimana kau tahu kalau aku ada di sini, Sayang?" tanya Leeray."Kau mencurigakan ...," balas Deasy terkikik."Aku hanya ingin memastikan Kenzo tidak macam-macam pada Midori. Besok kita pindah ke Tokyo, kan?" ujar Leeray membela dirinya.Mereka berdua pun masuk ke kamar lalu berbaring bersisian di atas kasur tebal di lantai."Hold
Leeray menatap sepasang muda-mudi yang tengah asik berciuman di lobi hotel tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarnya. Dia mendekati mereka berdua dan berdehem.Akhirnya, ciuman itu berakhir dan puteri kesayangannya itu menoleh kepadanya dengan bibir bengkak dan merah karena dilumat oleh bibir Kenzo. Leeray sebenarnya ingin marah, tetapi dia ingat dulupun dia seperti mereka berdua ketika berpacaran dengan Deasy, istrinya, malahan mungkin lebih parah seingatnya."Paman Leeray, jangan marahi Midori, aku yang salah karena memintanya menciumku," bela Kenzo sembari berdiri di depan tubuh Midori, dia siap seandainya papi Midori akan memukulnya sekalipun.Midori yang melihat Kenzo membelanya pun sedikit merasa tersentuh. Pemuda itu sepertinya memiliki prinsip berani berbuat berani bertanggungjawab. Dia suka tipe lelaki yang seperti itu."Bukankah kau harus bekerja, Kenzo? Berangkatlah sekarang sebelum kau terlambat," ujar Leeray mengusir Kenzo dengan halus.
Pukul 18.30, Kenzo menjemput keluarga Midori di lobi hotel Imperial Tokyo. Dia mengenakan baju santai kali ini, kaos tshirt putih dan celana jeans biru muda dengan jaket hitam tebal. Malam ini dia akan mengajak keluarga Midori ke dua tempat yaitu Tokyo Skytree dan Kabukiza di Ginza.Sepertinya menonton teater Kabuki dulu saja, pikir Kenzo mengatur agenda jalan-jalan malam ini di otaknya."Hey! Melamun sendiri, Kenzo?" sapa Midori yang duduk di sampingnya.Gadis itu tampil santai juga, tapi apa pun yang dipakai Midori selalu kelihatan cantik dan tidak berlebihan. Malam ini Midori mengenakan dress selutut dari bahan jeans dengan dalaman kaos warna putih polos."Nggak melamun, hanya berpikir rencana jalan-jalan malam ini. Wow, kau harum sekali Midori. Aku suka dengan aroma tubuhmu, boleh kucium?" balas Kenzo mendekatkan dirinya ke Midori. Dia menghirup aroma tubuh Midori lalu mendaratkan kecupannya di ceruk leher Midori sekali.Kecupan Kenzo membuat t
Saat Midori dan Kenzo berciuman begitu lama seolah tak ingin berpisah. Ponsel Midori berbunyi. Dia pun mengangkat panggilan itu."Halo. Iya, Pi. Midori turun sekarang," jawabnya. Itu adalah telepon dari papinya yang mengajak Midori untuk pulang."Ayo kita turun sekarang, Midori," ucap Kenzo mengulurkan tangannya pada Midori.Gadis itu melingkarkan lengannya pada lengan Kenzo. Mereka berdua pun berjalan turun mengitari lorong tower itu. Setelah turun 5 lantai, Kenzo mengajak Midori turun dengan lift agar gadis itu tidak kelelahan."Apa kakimu lelah, Midori?" tanya Kenzo menatap Midori di sampingnya dalam lift."Sedikit." Midori tersenyum pada Kenzo.Kenzo pun jongkok di hadapan Midori. "Naiklah ke punggungku, Midori," ucapnya."Tapi ... nanti kau keberatan, Kenzo," ujar Midori."Tidak akan. Naiklah!" jawab Kenzo yakin.Midori pun naik ke punggung Kenzo lalu melingkarkan tangannya ke leher pemuda itu sementara lift terus t
Dari parkiran bandara Haneda, Kenzo melihat pesawat yang membawa pujaan hatinya itu lepas landas ke angkasa. Perasaannya menjadi sedikit melankolis karena kepulangan Midori ke Perth.Sejenak dia berpikir, alasan apa yang dapat dia gunakan untuk sementara pindah ke Perth. Tidak mungkin bila dia harus pulang pergi Tokyo-Perth-Tokyo berulang kali dalam waktu yang relatif singkat, pekerjaannya bisa berantakan.Tiba-tiba ponselnya berbunyi, dia melihat id caller. Ternyata ayahnya yang menelepon. Dia pun segera menerima panggilan itu."Halo. Ya, Ayah. Ada apa?" jawab Kenzo."Halo. Kau sudah melepaskan gadis asing itu 'kan Kenzo? Tuan Masumi Tokugawa menghubungi Ayah, katanya kau bermain-main dengan gadis berkebangsaan Australia," ujar ayah Kenzo dengan suara datar.Kenzo memejamkan matanya, mendadak merasa pening. Begitu cepat berita itu menyebar, batinnya."Ohh itu puteri pelanggan besar perusahaan kita, Ayah. Namanya Midori, dia puteri dar
Pada pertengahan musim dingin di Jepang, Midori melahirkan putera pertamanya untuk Kenzo. Bayi kemerah-merahan yang lahir melalui jalur normal tanpa harus menjalani operasi Cesar itu menangis kencang saat menghirup napas pertamanya di dunia.Kenzo memberinya nama Kenshin yang artinya kebenaran yang sederhana atau bisa diartikan sebagai kejujuran. Makna lainnya juga menyiratkan sebuah pengorbanan. Ada banyak kisah penuh pengorbanan yang melatar belakangi kehadiran bayi kecil itu sehingga sesuai dengan namanya.Seluruh keluarga besar Watanabe menyambut kehadiran generasi penerus mereka yang berharga dengan penuh kebahagiaan. Sebuah pesta besar digelar di kediaman Watanabe yang ada di Tokyo. Kakek Akehito mengundang sesama tetua kenalannya dari berbagai klan untuk memperkenalkan Kenshin Watanabe.Bayi laki-laki itu memang berambut hitam lebat seperti ayahnya, tetapi ketika matanya terbuka sepasang mata biru terang yang identik dengan genetik ibunya nampak jelas menunjukkan jati dirinya.
Acara resepsi pernikahan yang hanya mengundang kolega dekat, sanak saudara kedua mempelai, serta teman-teman dekat Kenzo itu berakhir sekitar pukul 17.00 waktu Jepang. Mereka berdua dilepas di halaman depan rumah keluarga Kenzo oleh semua tamu dengan mobil pengantin sedan Genoz warna hitam berhias bunga-bunga segar nan cantik itu.Tangan Kenzo melambai keluar kaca jendela mobil yang melaju menjauh menuju ke Hotel Imperial Tokyo. Dia sengaja memesan kamar pengantin di sana agar besok paginya dapat menemui keluarga besar Indrajaya saat sarapan dengan layak. Kenzo memang belum mengenal banyak saudara serta kerabat dekat istrinya dengan baik."Selamat untuk pernikahan Anda, Tuan Muda Kenzo dan Nona Midori!" ucap Yamaguchi yang menyetir mobil pengantin."Terima kasih, Yamaguchi!" jawab Kenzo dan Midori kompak lalu mereka tertawa bersama.Kenzo dan Midori berdebar-debar sepanjang perjalanan mobil menuju ke hotel. Keduanya masih sangat hijau dalam melakukan hubungan suami istri. Pacaran mere
Setelah lewat 2 minggu semenjak Kenzo dirawat di rumah, pemuda itu sudah mulai pulih kondisinya. Kesibukan persiapan pernikahannya jelang hari H membuatnya berdebar-debar teringat tak lama lagi dia akan menjadi seorang suami dan mungkin juga ayah."Midori, besok masa tenang sebelum pernikahan. Jadi hari ini adalah saat terakhir kita bisa bertemu sebelum kamu dipingit," ujar Kenzo sembari menggandeng tangan Midori menyusuri jembatan kayu panjang di pesisir Teluk Tokyo.Langit senja saat dilihat dari tepi pantai memang luar biasa indah. Angin dari arah laut menerbangkan rambut panjang Midori yang tergerai. Kenzo berhenti melangkah lalu melingkarkan kedua lengannya di pinggang Midori dan mereka pun berdiri berhadapan. Perlahan ia mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Midori.Usai berciuman dia pun berkata, "Rasanya masih sama seperti ketika kita pertama kali berciuman di Kyoto. Rasa buah strawberi atau apel. Hahaha." Kenzo merasa dirinya begitu konyol terkenang saat itu."Aku marah dan
Ketika keluarga Indrajaya sampai di kediaman Watanabe, mereka diantarkan ke ruang tamu yang lebih hangat dibandingkan aula besar. Sekalipun sambutan dari keluarga besar Kenzo nampaknya ramah, tetapi Leeray tidak menurunkan kewaspadaannya. Sudah menjadi kebiasaannya sebagai pengusaha bahwa setiap kesepakatan selalu ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Hanya saja mereka belum mendengarnya."Silakan duduk, Semuanya. Terima kasih sudah bersedia memenuhi undangan kami," ujar Kakek Akehito Watanabe dengan nada ramah.Leon menerjemahkan jawaban dari kakak sulungnya, "Selamat siang, Semuanya. Terima kasih telah menerima kehadiran kami dengan ramah."Pemuda itu kali ini benar-benar serius mendengarkan setiap patah kata dari kedua belah pihak keluarga baik Watanabe maupun Indrajaya karena dia menjadi penyambung lidah mereka. Dengan diam-diam Leon menghidupkan fitur perekam suara di ponselnya untuk dokumentasi yang dapat dia berikan ke Kenzo yang tidak hadir bersama mereka dalam pertemuan ini.
Leeray menggantikan ayah ibunda Kenzo yang telah semalaman menjaga putera mereka di ruang ICU. Dia merasa kagum dengan keberanian pemuda Jepang itu saat menperjuangkan cintanya di hadapan tetua keluarga-keluarga yang super kolot memegang teguh tradisi mereka. Beruntung tim dokter bedah Rumah Sakit Tokyo dapat diandalkan sehingga Kenzo masih tertolong nyawanya. Usus pemuda itu robek di beberapa sisi saat tertancap pedang samurai yang digunakan untuk melakukan hara kiri di hadapan altar leluhur klan Watanabe kemarin siang.Dari kaca jendela ruang ICU, Midori memandangi papinya yang menjaga kekasihnya di dalam sana. Alat bantu napas dan selang infus beserta beberapa kabel yang terhubung ke mesin pendeteksi denyut jantung serta kualitas saturasi oksigen semuanya dipasangkan ke tubuh berotot Kenzo yang tertutupi pakaian pasien warna biru muda. Matanya masih terpejam erat dengan napas stabil perlahan.Tiba-tiba ada pergerakan dari tubuh kekasihnya. Midori segera berlari ke meja jaga perawa
Kedua biksuni itu melepas kepergian gadis tak bernama yang ditinggalkan sekelompok ninja di depan pintu kuil beberapa jam sebelumnya. Kini gadis yang tak sadarkan diri dengan kondisi tubuh penuh luka itu telah diinfus di dalam ambulance yang melaju dengan kecepatan sedang menuju ke rumah peristirahatan milik keluarga Yamada di Osaka.Tuan Kenji Yamada mengusap wajahnya yang jelas menampakkan kelelahan. Dia belum sempat beristirahat sejak kemarin karena mengurusi kisah asmara putera sulungnya, Takeshi. Cinta terlarang yang menyisakan kepahitan. Gadis dari klan Tokugawa itu nyaris mati dan dibuang jauh dari kediaman keluarganya. Bila dia boleh jujur, nuraninya menangis mengetahui masih ada praktik-praktik tradisi kolot yang tak berperikemanusiaan. Zaman telah berganti akankah manusia masih tetap berdiri di jalan lama dengan mengeraskan hati seperti Tuan Masumi Tokugawa? batin pria itu prihatin."Apa kau sudah menghubungi Takeshi agar memanggil dokter ke rumah di Osaka, Ito?" tanya Tuan
"Suamikuuu, tolong puteri kita pingsan!" Ibunda Ayumi memeluk tubuh anaknya yang penuh luka dan berdarah-darah di tanah. Dia berseru kepada pelayan rumah, "Antarkan nona muda ke rumah sakit!""TIDAK! Jangan bawa anak tak berbakti itu ke rumah sakit! Dia hanya akan menimbulkan kesulitan karena dokter pasti akan curiga melihat lukanya. Kirim ke kuil saja, biarkan para biksuni yang merawatnya nanti!" Masumi mencegah para pelayannya yang terdiam menunduk tak berani membantah perintah majikannya sekalipun itu jelas-jelas tak berperikemanusiaan. Gadis yang terluka parah itu sungguh miris kondisinya. Darah dari luka di wajahnya dan juga tubuhnya yang dibalut kimono putih berbahan katun polos. Ibundanya menangisi Ayumi hingga air matanya terkuras tak kunjung habis. Bagaimana pun kesalahan puterinya, Nyonya Michiko tak akan tega melihat darah dagingnya dipukuli hingga nyaris mati di depan matanya sendiri."Suamiku, luka Ayumi begitu parah ...a—aku a—aku takut dia akan infeksi bila tidak seger
Seusai kepergian ayah ibunda Kenzo bersama rombongan keluarga Indrajaya ke rumah sakit. Pertikaian antara tetua klan Watanabe dan Tokugawa semakin sengit. Mereka saling berteriak satu sama lain."Perjodohan ini sudah berakhir, Tuan Masumi Tokugawa! Kenzo sudah mematahkan perjanjian darah itu dengan hara kiri!" ucap Akehito Watanabe lantang. Dia menyesali kekeras kepalaannya sendiri tadi hingga cucunya mengambil jalan seperti itu.Tuan Masumi dengan wajah penuh murka berteriak seraya menggebrak meja, "Kalau Kenzo selamat seharusnya dia tetap menikahi puteriku, Ayumi, Tuan Akehito!"Nenek Kenzo angkat bicara karena mengetahui bahwa gadis klan Tokugawa itu sudah tak layak disebut gadis karena telah ternodai. "Dia tak layak bersanding dengan Kenzo, cucuku mengatakan bahwa Ayumi telah memberikan keperawanannya kepada putera keluarga Yamada. Mereka pun telah beritikad baik dengan hadir di sini," ujar Nyonya Kyoko Watanabe dengan dingin."HUH! Aku tak sudi berbesan dengan keluarga Yamada!" T
Semua mata tertuju pada sepasang kekasih muda belia itu. Midori menangis pilu memeluk tubuh Kenzo mencegah pemuda Jepang itu bertindak gila dengan mengakhiri hidupnya demi cintanya.Deasy dan Leeray saling bertukar pandang, mereka tak menyangka kisah cinta puteri mereka lebih sulit dibanding secret marriage yang dulu pernah mereka jalani. Memang kakek Midori menghajar Leeray hingga babak belur nyaris mati setelah mengetahui Deasy menikah diam-diam dan dihamili olehnya dulu. Namun, tidak sampai harus dipaksa bunuh diri begini.(Baca kisah cinta Leeray dan Deasy dalam novel Terjerat Cinta Milyarder Sexy)"Sudahlah, kami tidak ingin drama! Tolong Tetua Watanabe menjernihkan situasi pelik ini. Puteri kami berhak mendapat kejelasan nasib perjodohan yang telah disepakati dahulu antara dua keluarga Watanabe-Tokugawa!" Masumi Tokugawa tak ingin kehilangan kesempatan berbesan dengan keluarga bangsawan terhormat dan kaya raya seperti klan Watanabe dan dia benci keturunan Yamada.Namun, Kenzo ta