Home / Young Adult / Kebangkitan Sang Bayangan / Bab 32: Jejak di Balik Kegelapan

Share

Bab 32: Jejak di Balik Kegelapan

Author: Pyyupyy_
last update Last Updated: 2024-12-03 21:41:09

Kegelapan malam kembali menyelimuti kota, namun bagi Luca Ombra, kegelapan adalah sahabat. Di balik tembok tebal markas keluarga Ombra, persiapan terus berlangsung. Luca tahu bahwa untuk mengalahkan Rafael dan *La Sombra*, mereka harus berpikir seperti bayangan itu sendiri—bergerak tanpa suara dan menyerang tanpa peringatan.

Di ruang bawah tanah markas, Luca berdiri di depan peta besar yang dipenuhi tanda-tanda merah. Setiap titik menandakan lokasi penting yang mungkin menjadi tempat persembunyian Rafael. Enzo dan Marco berdiri di sampingnya, mata mereka fokus pada detail kecil yang bisa memberikan petunjuk.

“Dia berpindah-pindah terlalu cepat,” kata Enzo, frustrasi. “Setiap kali kita hampir menemukannya, dia sudah menghilang.”

“Dia tahu kita mengejarnya,” balas Marco. “Dan itu membuatnya waspada.”

Luca menghela napas panjang. “Kita butuh cara lain untuk menjebaknya. Sesuatu yang tidak dia duga.”

### **Perangkap yang Tak Terduga
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 33: Bayangan yang Menanti

    Kota kembali tenang, tetapi keheningan ini adalah ilusi. Luca Ombra tahu bahwa badai berikutnya sedang menyusun kekuatan di kejauhan. Di ruang utama markas keluarga, dia duduk bersama Marco, Enzo, dan Vittorio, membahas langkah berikutnya. Meski Rafael kini berada di balik jeruji, *La Sombra* masih hidup. Luka kecil di tubuh organisasi mereka tidak cukup untuk membuatnya lumpuh. “Informasi terbaru dari dalam penjara menunjukkan bahwa Rafael masih mengendalikan operasinya,” kata Enzo sambil meletakkan map di meja. “Dia memiliki kontak di luar, dan mereka bergerak cepat.” Luca mengetuk-ngetukkan jarinya di meja kayu besar itu. “Kita perlu tahu siapa saja jaringan dalamannya. Tidak ada gunanya menangkap kepala jika tubuhnya masih bergerak.” “Dan ada satu hal lagi,” tambah Marco dengan nada khawatir. “Aku mendengar desas-desus tentang seseorang yang akan mengambil alih posisi Rafael di lapangan. Mereka menyebutnya sebagai ‘Bayangan Kedua’.” “B

    Last Updated : 2024-12-05
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 34: Strategi di Tengah Bayangan

    Pertemuan dengan Bayangan Kedua meninggalkan kesan mendalam bagi Luca Ombra. Wanita itu bukan hanya penerus Rafael, tetapi ancaman yang jauh lebih kompleks. Ia memiliki ketenangan yang berbahaya dan rencana besar yang belum terungkap sepenuhnya. Luca tahu bahwa permainan ini telah berubah. Jika sebelumnya mereka bermain melawan *La Sombra*, sekarang mereka melawan seorang dalang yang cerdas dan tanpa ampun. Di ruang konferensi markas keluarga, Luca mengumpulkan semua orang. Peta kota terhampar di meja besar, penuh dengan tanda lokasi strategis yang mungkin digunakan oleh Bayangan Kedua. “Kita tahu dia mengambil alih kendali setelah Rafael ditangkap,” kata Luca sambil menunjuk beberapa titik. “Namun, dia tidak hanya memanfaatkan jaringan yang sudah ada. Dia menciptakan sesuatu yang lebih besar.” Marco mengangguk, melipat tangannya di dada. “Aku mendapat informasi bahwa mereka mulai merekrut orang-orang baru, terutama dari luar kota. Itu membuat mereka

    Last Updated : 2024-12-08
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 35: Konspirasi di Balik Bayangan

    Luca Ombra berdiri diam di dalam gudang tua, mengamati pria yang baru saja muncul dari kegelapan. Sosok kurus itu mengenakan mantel panjang, dengan wajah tirus dan sorot mata yang penuh kehati-hatian. "Aku tahu siapa Bayangan Kedua sebenarnya," kata pria itu tanpa basa-basi. Suaranya terdengar tegas, tetapi ada ketegangan di balik kata-katanya. Luca tidak menunjukkan emosi, tetapi pikirannya berputar cepat. Informasi seperti ini berharga, tetapi berpotensi berbahaya jika datang dari sumber yang tidak dikenal. "Kenapa aku harus percaya padamu?" tanya Luca, suaranya datar tetapi mengandung ancaman. Pria itu tersenyum kecil. "Karena aku tidak punya pilihan lain. Kalau aku melarikan diri, dia akan membunuhku. Tapi kalau aku membantumu menghentikannya, setidaknya aku punya kesempatan untuk bertahan hidup." "Nama?" desak Luca, matanya tajam seperti belati. "Amadeo," jawab pria itu. "Aku adalah salah satu penghubung utama Ra

    Last Updated : 2024-12-09
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 36: Jejak yang Tertinggal

    Malam setelah misi di pelabuhan, markas keluarga Ombra dipenuhi dengan ketegangan. Meski berhasil memutus salah satu jalur distribusi utama Isabella Costanza, ancaman dari Bayangan Kedua belum sepenuhnya hilang. Luca duduk di ruang rapat utama, mengamati peta besar yang dipenuhi penanda merah—lokasi jaringan Isabella yang masih harus dihancurkan. Marco memasuki ruangan dengan langkah cepat, membawa berkas yang baru saja tiba dari salah satu informan mereka. "Ada sesuatu yang menarik," katanya sambil menyerahkan dokumen itu ke Luca. Luca membuka berkas tersebut. Di dalamnya terdapat laporan tentang seorang pria bernama Mateo Ruiz, seorang mantan kepala logistik kartel Amerika Selatan yang kini tinggal di sebuah vila mewah di pinggir kota. Menurut laporan, Mateo adalah penghubung utama Isabella untuk mengamankan jalur perdagangan internasionalnya. “Kalau ini benar, kita punya peluang besar untuk menyerang Isabella di titik paling lemah,” kata Marco.

    Last Updated : 2024-12-10
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 37: Bayangan dalam Kegelapan

    Markas Isabella mulai hancur. Ledakan demi ledakan mengguncang pulau itu, membuat tanah bergetar dan api menyala di berbagai sudut. Luca berdiri di tengah kekacauan, memandangi lorong tempat Isabella menghilang. Marco dan Enzo menghampirinya. “Luca, kita harus pergi sekarang! Tempat ini akan meledak dalam beberapa menit!” teriak Marco, suaranya hampir tenggelam oleh deru ledakan. Namun Luca tidak bergerak. “Dia masih di sini. Aku harus menyelesaikan ini.” Enzo memegang bahunya. “Kau tidak bisa mengejar dia sendirian. Kita semua tahu ini jebakan.” Luca menatap Enzo dengan tajam, tapi kemudian mengangguk. “Kalian bawa tim keluar. Aku akan menyusul.” “Tidak, kau tidak bisa—” protes Marco, tapi Luca sudah berlari menuju lorong gelap, meninggalkan mereka. ### **Di Dalam Markas** Luca mengikuti jejak Isabella ke dalam ruangan utama yang tersembunyi di bawah tanah. Ruangan itu luas, penuh dengan peralatan canggih

    Last Updated : 2024-12-11
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 38: Perburuan dalam Bayangan

    Laut malam yang dingin dipenuhi oleh asap dan bau mesiu. Kapal utama Isabella yang tenggelam mulai lenyap di bawah permukaan air, menyisakan pecahan-pecahan kayu yang terombang-ambing. Luca berdiri di atas kapal keluarga Ombra, tubuhnya basah kuyup dan napasnya terengah-engah. Meskipun luka-luka yang diderita Isabella hampir pasti serius, dia merasa Isabella masih memiliki rencana cadangan. Marco mendekatinya dengan ekspresi khawatir. “Luca, kita sudah merusak sebagian besar jaringan Isabella. Ini adalah kemenangan besar.” “Tidak ada kemenangan selama dia masih hidup,” jawab Luca dengan suara datar. Matanya memandangi horison gelap. “Dia terluka, tapi dia tidak akan berhenti. Isabella adalah tipe orang yang akan merangkak keluar dari neraka untuk membalas dendam.” Vittorio, yang sedang mengatur anak buahnya untuk mengamankan wilayah sekitar, menimpali, “Kita harus memanfaatkan momentum ini. Dengan jaringan transportasinya hancur, Isabella akan kehila

    Last Updated : 2024-12-11
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 39: Ketenangan yang Rapuh

    Hari baru menyingsing di atas pelabuhan kecil di Italia. Ombak memukul lembut dermaga kayu, seolah mencoba menenangkan kegelisahan yang telah memenuhi hati Luca. Dia berdiri di atas dek kapal keluarga Ombra, memandangi cakrawala biru tanpa batas. Meski Isabella telah tenggelam bersama helikopternya, perasaan lega yang seharusnya datang belum menghampiri Luca. Sebaliknya, dadanya dipenuhi keraguan dan pertanyaan. Benarkah semuanya sudah berakhir? Atau, seperti bayangan yang tidak pernah benar-benar hilang, Isabella masih hidup di suatu tempat, menunggu saat yang tepat untuk menyerang lagi? Marco mendekat dengan secangkir kopi di tangannya. “Kau sudah tidak tidur semalaman, Luca. Kau butuh istirahat.” “Aku tidak bisa,” jawab Luca, suaranya berat. “Aku terus memikirkan apa yang dikatakan Isabella. Tentang penerusnya. Tentang Bayangan Kedua yang tidak akan pernah benar-benar hilang.” Marco menyerahkan cangkir kopi itu padanya. “Dengar, kita te

    Last Updated : 2024-12-12
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 40: Jaring Bayangan di Istanbul

    Kota Istanbul menyambut kedatangan Luca dan timnya dengan hiruk-pikuk khasnya. Suara klakson kendaraan, sorak pedagang di Grand Bazaar, dan deru kapal di Selat Bosphorus menciptakan irama kota yang tidak pernah tidur. Namun, di balik keramaian itu, bayangan kejahatan tetap mengintai, dan Luca tahu bahwa dia harus waspada setiap saat. Informasi dari Ricardo Alvarez membawa mereka ke kota ini, tempat pertemuan penting Bayangan Kedua akan berlangsung. Pertemuan ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk menghancurkan sisa-sisa organisasi Isabella sebelum penerusnya, *Spectre*, memegang kendali penuh. Di sebuah apartemen kecil yang disewa timnya, Luca berdiri di depan papan besar yang dipenuhi peta, foto, dan catatan. Marco, Vittorio, dan beberapa anggota tim lainnya duduk di sekeliling meja, mempelajari dokumen yang baru saja mereka dapatkan dari seorang informan lokal. “Jadi, di mana pertemuan itu akan diadakan?” tanya Marco, memecah keheningan.

    Last Updated : 2024-12-13

Latest chapter

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 55: Perang Dimulai

    Berlin menjadi saksi bisu ketegangan yang tak terlihat di balik gemerlapnya lampu-lampu kota. Setelah berhasil menyusup ke markas Bayangan Kedua, Luca, Elena, dan Marco tahu mereka tidak bisa berlama-lama di kota ini. Informasi yang mereka bawa terlalu penting untuk disimpan terlalu lama tanpa tindakan. Namun, pergerakan mereka kini diikuti, dan waktu untuk bersembunyi sudah hampir habis. Di apartemen kecil yang mereka sewa, Elena memimpin analisis mendalam terhadap data yang mereka curi. Peta digital, pesan-pesan terenkripsi, dan dokumen keuangan menjadi bahan utama mereka. Semua bukti itu menunjukkan bahwa Bayangan Kedua sedang mempersiapkan sebuah operasi besar, yang disebut “Proyek Valhalla.” “Elena, apa sebenarnya proyek ini?” tanya Marco, duduk di sofa dengan pistol di pangkuannya. Elena mengerutkan kening sambil mengetik cepat di laptopnya. “Proyek Valhalla tampaknya adalah serangkaian serangan terkoordinasi di berbagai negara. Mereka menarget

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 54: Jejak di Berlin

    Hening malam Berlin hanya sesekali terganggu oleh deru mobil yang melintasi jalan-jalan sempitnya. Kota itu menyimpan sejuta rahasia, dan malam ini, Luca, Elena, dan Marco berada di tengah-tengahnya, menyamar sebagai turis yang tampak biasa. Mereka tiba di Berlin dengan tujuan yang jelas: menemukan titik koordinat terakhir yang ditandai pada peta yang mereka curi dari markas Bayangan Kedua di Budapest. "Tempat ini jauh lebih sibuk dibandingkan hutan tempat kita bersembunyi," kata Marco, berjalan di trotoar sambil memegang tasnya dengan erat. "Dan aku tidak suka itu." "Kita hanya perlu menyatu dengan keramaian," jawab Elena. "Tidak ada yang akan mencurigai kita kalau kita terlihat seperti orang lokal." Luca mengangguk setuju. "Kita fokus pada misi. Gedung yang kita cari ada di distrik Mitte, sebuah kawasan perkantoran yang cukup sibuk. Kita akan bergerak tengah malam, saat keamanan paling lemah." Mereka berjalan menuju s

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 53: Pertarungan yang Tak Terhindarkan

    Suara kendaraan yang mendekat membuat suasana di pondok semakin tegang. Marco berdiri di ambang pintu, mencoba mengintip dari celah kecil. Di kejauhan, lampu sorot kendaraan terlihat menembus kegelapan hutan. “Mereka sudah sampai,” bisik Marco. Elena segera mengambil posisi di samping jendela, senjata di tangan. Luca memeriksa Krylov yang tetap terikat di kursinya, wajahnya masih dengan senyuman mengejek. “Apakah kau memberitahu mereka lokasimu?” tanya Luca dingin. Krylov mengangkat bahu. “Mungkin saja. Kau tahu, Bayangan Kedua punya cara mereka sendiri.” “Bungkam dia,” kata Elena tajam. Luca memutuskan untuk menyumpal mulut Krylov dengan kain, memastikan dia tidak bisa berteriak atau memberi isyarat apa pun. “Marco, berapa banyak?” tanya Luca sambil memeriksa senjatanya. “Dua mobil, setidaknya delapan orang,” jawab Marco sambil melangkah mundur dari pintu.

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 54: Jejak di Berlin

    Hening malam Berlin hanya sesekali terganggu oleh deru mobil yang melintasi jalan-jalan sempitnya. Kota itu menyimpan sejuta rahasia, dan malam ini, Luca, Elena, dan Marco berada di tengah-tengahnya, menyamar sebagai turis yang tampak biasa. Mereka tiba di Berlin dengan tujuan yang jelas: menemukan titik koordinat terakhir yang ditandai pada peta yang mereka curi dari markas Bayangan Kedua di Budapest. "Tempat ini jauh lebih sibuk dibandingkan hutan tempat kita bersembunyi," kata Marco, berjalan di trotoar sambil memegang tasnya dengan erat. "Dan aku tidak suka itu." "Kita hanya perlu menyatu dengan keramaian," jawab Elena. "Tidak ada yang akan mencurigai kita kalau kita terlihat seperti orang lokal." Luca mengangguk setuju. "Kita fokus pada misi. Gedung yang kita cari ada di distrik Mitte, sebuah kawasan perkantoran yang cukup sibuk. Kita akan bergerak tengah malam, saat keamanan paling lemah." Mereka berjalan menuju sebuah hostel sederha

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 52: Jaring Perangkap

    Setelah perjalanan panjang, Luca, Elena, dan Marco akhirnya tiba di sebuah pondok kecil di tengah hutan, tempat perlindungan yang sebelumnya mereka gunakan sebagai markas darurat. Pondok itu sederhana, dengan dinding kayu yang mulai lapuk dan jendela kecil yang hampir tidak memberikan cahaya. Namun, di dalamnya terdapat persediaan yang cukup untuk bertahan beberapa hari. Krylov, yang tangannya masih terikat, diseret masuk oleh Marco. Pria itu tetap tersenyum seperti biasanya, meskipun keadaannya sekarang jauh dari menyenangkan. “Tempat ini cukup terpencil. Kita aman untuk sementara,” kata Marco sambil mengunci pintu belakang. “Kita harus bergerak cepat,” ujar Elena sambil memeriksa senjatanya. “Bayangan Kedua tidak akan menyerah sampai mereka mendapatkan Krylov kembali.” Luca mengangguk setuju. “Kita harus memanfaatkan waktu ini untuk menggali informasi sebanyak mungkin darinya.” ### **Interogasi Dimulai** Krylov didu

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 51: Jejak Bayangan yang Memudar

    Kendaraan melaju kencang melewati jalan-jalan sepi di luar Praha. Di dalamnya, suasana penuh ketegangan. Luca duduk di kursi depan, tangannya erat menggenggam setir. Di belakang, Elena dan Marco duduk berjaga dengan senjata di tangan, sementara Krylov yang terborgol tersenyum sinis, seolah tidak gentar sedikit pun meski dia sudah menjadi tawanan mereka. “Kita ke mana sekarang?” tanya Elena, memecah keheningan. “Markas sementara di luar kota,” jawab Luca sambil tetap fokus pada jalan. “Kita tidak bisa menuju pangkalan utama. Mereka mungkin sudah memantau semua jalur ke sana.” Marco menatap Krylov dengan tajam. “Pria ini pasti punya lebih banyak trik. Jangan sampai kita lengah.” Krylov tertawa kecil. “Ah, kalian terlalu berlebihan. Aku hanya seorang pria tua yang kalah dalam pertarungan, bukan?” “Kalah?” Elena mendekatkan wajahnya ke Krylov. “Jangan terlalu percaya diri. Kita sudah menghancurkan sebagian besar jaringanmu. Kau buka

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 50: Pertarungan di Praha

    Ketegangan semakin memuncak ketika Luca, Elena, dan Marco tiba di Praha. Kota yang biasanya dikenal karena keindahan arsitektur dan romantisme sungainya kini menjadi medan pertempuran terakhir mereka. Informasi dari Volkov membawa mereka ke sebuah bangunan tua di jantung kota, yang disinyalir sebagai tempat Krylov bersembunyi. "Kita tidak punya banyak waktu," ujar Luca sambil memeriksa senjata di tangannya. "Kalau informasi Volkov benar, Krylov sedang mempersiapkan sesuatu yang besar di sini." Elena menatap layar ponselnya yang menampilkan denah bangunan itu. "Bangunan ini memiliki banyak jalan keluar. Kita harus berhati-hati." Marco, yang sedang memeriksa peralatan mereka, menambahkan, "Aku yakin dia sudah menyiapkan pasukan untuk melindungi dirinya. Kita harus siap untuk kemungkinan terburuk." Luca mengangguk. "Kita selesaikan ini malam ini. Krylov harus dihentikan." ### **Masuk ke Sarang Krylov** Malam itu, mereka

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 49: Jejak yang Hilang

    Pagi itu, salju masih turun dengan lebat, menyelimuti pegunungan dengan lapisan putih tebal. Luca, Elena, dan Marco duduk di dalam sebuah pondok kecil yang tersembunyi di antara pepohonan. Pondok itu menjadi tempat perlindungan sementara mereka setelah pelarian semalam yang nyaris merenggut nyawa mereka. Di atas meja kayu yang sederhana, tablet yang berhasil mereka curi dari vila Krylov menjadi pusat perhatian. Data di dalamnya adalah kunci untuk menghancurkan organisasi Bayangan Kedua, tetapi informasinya terlalu banyak untuk dipecahkan dalam semalam. "Kita harus memecahkan ini sekarang," kata Luca sambil menatap layar tablet. "Kalau tidak, mereka akan selangkah lebih maju dari kita." Elena, yang duduk di seberang meja dengan secangkir kopi di tangannya, mengangguk. "Aku setuju, tapi ada terlalu banyak lokasi di sini. Bagaimana kita tahu di mana Krylov sebenarnya berada?" Marco, yang sedang memeriksa senjata mereka, menambahkan, "Kita tid

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 48: Benteng di Tengah Salju

    Angin dingin menerpa wajah Luca saat ia berdiri di atas puncak bukit, mengamati vila megah yang tersembunyi di antara pegunungan Swiss. Dari kejauhan, vila itu terlihat seperti istana kecil dengan dinding putih bersih yang bersinar di bawah cahaya bulan. Namun, Luca tahu bahwa di balik keindahannya tersembunyi ancaman yang mematikan. "Penjagaan ketat," gumam Marco di sebelahnya, matanya memperhatikan setiap gerakan di sekitar vila melalui teropong. "Ada patroli setiap lima menit, dan aku bisa melihat kamera di hampir setiap sudut." "Ini seperti benteng," tambah Elena, yang berdiri sedikit di belakang mereka. Dia memeluk tubuhnya untuk melawan dingin, meskipun fokusnya tetap pada rencana mereka. Luca mengangguk. "Krylov tidak akan membuat ini mudah. Tapi kita sudah sampai sejauh ini, dan kita tidak akan mundur." Elena menghela napas panjang. "Rencana kita?" "Kita harus menyusup ke dalam vila tanpa terdeteksi," jawab Luca. "Jika k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status