"Nggak ada pilihan lain," jawab salah satu dari mereka dengan putus asa. "Dia tau terlalu banyak. Dia bisa menghancurkan keluarga kita tanpa menyentuh kita langsung."Di markasnya, Jay menerima laporan dari Erlangga. Wajahnya tetap tenang, hanya sedikit senyum terlukis di bibirnya."Mereka menyerah?" tanya Jay, nadanya datar namun penuh wibawa.Erlangga mengangguk. "Semua target sudah menunjukkan tanda-tanda surut. Beberapa bahkan sudah mengirimkan utusan untuk berdamai."Jay menyandarkan tubuhnya ke kursi, memutar gelas anggur di tangannya."Pfftt!” Jay mendengus geli. “Mereka membuatnya terlalu mudah. Ketakutan memang alat yang paling kuat, Erlangga. Nggak perlu darah, nggak perlu kekerasan. Hanya sedikit sentuhan, dan mereka langsung runtuh."Dia memandang keluar jendela besar yang memperlihatkan gemerlap kota Jatayu di malam hari."Biarkan mereka tetap di tempatnya. Kita nggak butuh mereka lenyap. Kita hanya butuh mereka untuk menjadi peringatan hidup bagi siapa aja yang mencoba m
Siang itu di penjara Albis—tempat para narapidana kelas kakap dan penjahat berbahaya ditempatkan, seorang pria berada di Ruang Pembebasan setelah selesai melakukan pemeriksaan medis di Ruang Kesehatan.“Apakah ini sudah semuanya?” Suara bariton keluar dari narapidana yang hari itu dibebaskan, lebih cepat dari tuntutan 5 tahun yang seharusnya, dikarenakan berkelakuan baik dan mendapatkan remisi.Dia merupakan sosok pria setinggi 187 cm yang bertubuh atletis meski tidak memiliki massa otot berlebihan. Wajahnya memiliki gurat ketampanan maskulin dengan kulit warna cokelat terang. Rambut lurus sepanjang tengkuknya tertata asal-asalan. Mata tajamnya selaras dengan aura wibawa dan juga berbahaya yang menguar darinya.“Sudah, Jay.” Sipir penjara menjawab.Kemudian, Jay melangkah keluar setelah berganti pakaian ke baju kasual dan pergi dengan perahu motor yang akan membawanya keluar pulau.Penjara Albis terletak di Pulau Kaswatu, pulau khusus di Negara Astronesia untuk bangunan penjara terbes
Jay menghela napas. Seharusnya dia sudah menduga akan seperti ini reaksi dari mertuanya. “Ma, aku bebas lebih cepat dari pen—““Ah, udah! Nggak usah banyak bacot nggak guna! Mendingan kamu pergi aja daripada aku mual setiap melihat wajahmu! Dasar pembawa sial!” maki Bonita ke Jay.Jay masih bersabar karena memandang Bonita adalah ibu mertuanya. Dia cepat memahami kenapa Bonita memotong ucapannya, karena tak ingin tetangga sekitar mengetahui dia sebagai mantan narapidana.“Ma, mana Vanya?” Jay menanyakan istrinya.Bukannya langsung menjawab, Bonita justru melotot lebih galak dan kedua tangan berada di pinggang.“Masih punya muka menanyakan putri berhargaku? Dia susah payah bekerja jadi karyawan biasa di perusahaan orang lain gara-gara punya suami nggak becus sepertimu!” omel Bonita.Jay merenung sejenak. Dia menyesal karena terlalu sibuk melakukan banyak misi untuk PhantomClaw sampai mengabaikan istrinya yang kini sepertinya menderita. Mau bagaimana lagi?Dia bertemu dengan Hagar—pemim
“Vanya, hei!” seru Jay dengan emosi yang berusaha dia tahan sekuat mungkin.Tidak pernah terkira dalam imaji liarnya sekalipun bahwa istrinya—Vanya, merupakan si wanita dalam aktivitas ‘mobil goyang’ yang bagi Jay sangat memalukan jika menilik dari mewahnya mobil tersebut.Menarik napas panjang, Jay mengetuk kaca jendela agar Vanya yang saat itu sedang bergerak aktif di atas tubuh seorang pria seumuran ayahnya, mau berhenti. “Vanya! Vanya!”Namun, bukannya Vanya terlihat malu karena terpergok olehnya dalam situasi yang sangat memalukan, wanita itu justru menurunkan setengah dari kaca jendela tanpa sungkan. Padahal penampilannya sudah kacau meski tidak telanjang bulat.“Apa sih, Jay?!” bentak Vanya tanpa takut, justru matanya mendelik karena kesenangannya diganggu.Ketika pria di bawah Vanya hendak berpindah posisi, Vanya justru mencegah.“Kenapa kamu di sini dan … dan melakukan hal gini?” Jay sampai tak sanggup mengucapkan hal apa yang sedang dilakukan istrinya.Hati Jay terluka begit
“Pak Atin, kumpulkan informasi rahasia mengenai para elit di Kota Jatayu.” Jay mengucapkannya di suatu pagi.Atin yang menjadi penasihatnya sedikit terkejut.“Apakah ada yang ingin kamu hancurkan, Jek?”Atin bukannya meragukan kemampuan Jay, hanya ingin memastikan tekad pria itu saja.“Ya, beberapa.” Suara Jay terdengar santai.Sesekali dia akan menyeruput kopi hitamnya yang pahit sembari asap membelai ujung hidungnya.“Apakah ini berkaitan dengan perceraianmu dengan putri keluarga Sagara?” tanya Atin, langsung ke sasaran.Sebagai orang yang melatih ilmu medis tradisional dan ilmu kanuragan ke Jay sejak pemuda itu direkrut PhantomClaw, Atin leluasa bicara seperti ayah ke anaknya. Dan Jay tidak keberatan.“Sebagiannya begitu. Dan sebagian lainnya karena rencanaku berikutnya.” Jay melirik Atin. “Aku mengandalkanmu, Pak!”Atin mengangguk dan keluar dari ruang pribadi Jay.Esoknya, Atin menemui Jay bersama empat panglima organisasinya.“Aku ingin kalian memilih anak buah kalian yang pandai
Mendengar teriakan seorang wanita, secara otomatis Jay berlari ke sumber suara.“Hei!” Jay meneriaki sekumpulan preman berjumlah mencapai 11 orang.Mereka semua menoleh ke Jay yang ada di ujung gang.“Bung, jangan ikut campur!” Salah satu preman bertubuh besar berujar ke Jay.Seorang wanita muda berpakaian setelan blazer merah dan celana panjang hitam sederhana namun elegan sedang dikepung 11 preman. Meski begitu, sikapnya masih terlihat tenang dan ini cukup menggelitik benak Jay.Dia tadi melihat wanita itu dengan cekatan menghindari serangan para preman, menunjukkan kemampuan bela diri. Namun, jumlah preman yang terlalu banyak mulai memojokkannya.“Kalian nggak malu keroyokan mengganggu satu wanita kayak gitu?” Jay terus mendekat.“Mau jadi pahlawan, Bro?” teriak preman lainnya dengan tatapan sengit ke Jay.Tanpa pikir panjang, Jay melemparkan karungnya ke samping dan bergegas ke kerumunan itu. Satu tendangan lompatannya mengakibatkan seorang preman terpental dengan cepat, sehingga
“Supreme NeoTech. Gimana menurut Bapak? Namanya keren, kan? Dan terdengar gahar.”Jay memulaskan senyuman pada wajah tampannya yang dingin.Atin mengangguk-angguk sembari tersenyum setuju. “Aku percaya apa pun yang menjadi pemikiranmu. Hanya saja, tetaplah waspada dan berhati-hati atas semua ancaman dari berbagai arah. Kau mewarisi organisasi besar yang punya banyak rival. Mereka tentu berlomba ingin menjatuhkanmu.”Bagaikan seorang ayah, Atin menasehati Jay.“Iya, Pak. Aku tau. Itulah kenapa, aku berusaha nggak menampakkan wajah asliku di depan orang yang bukan anggota kita. Salah satunya untuk menghindari yang Pak Atin cemaskan tadi.”Jay menarik napas panjang, merasa lega sudah menyampaikan salah satu langkah awalnya untuk menapaki jalan ke puncak rantai makanan.“Lalu, apa aja yang kamu butuhkan untuk perusahaanmu, Jek?” tanya Atin.Sebagai guru dan penasihat Jay, dia juga tak sabar ingin mengetahui apa saja langkah-langkah cerdas murid binaannya.“Aku ingin merekrut ilmuwan dan t
“Gimana, Pak? Apakah menurutmu impianku terlalu muluk? Terlalu mengada-ngada?” Jay hanya sekedar bertanya untuk formalitas saja.Andaikan Atin mengatakan dia memang terlalu muluk-muluk, dia tetap akan menjalankan rencananya. Tak ada yang bisa menghentikan dia apabila dia sudah seyakin ini dengan berbagai rencananya.Atin menepuk pundak Jay. "Nggak muluk, Jek. Cuma aku cuma ingin memberimu pesan dan nasehat yang mungkin sering kamu dengar sampai bosan, aku tak peduli. Yaitu … hati-hati dalam segala langkahmu, Jek. Jangan sampai kekuasaan membutakanmu. Ingat selalu tujuan awal kita."Menatap mata teduh menenangkan Atin, Jek merasakan kedamaian. Apakah ini rasanya punya ayah yang bijak?Jay mengangguk. "Tentu, Pak. Aku nggak akan pernah lupa. Semua ini demi Astronesia yang lebih baik dan demi ambisiku sendiri, ha ha ha!"Dia mengucapkannya secara jujur karena yang di depannya adalah Atin, sosok yang sudah mengenalnya luar dalam dengan jelas."Baiklah," ujar Atin. "Aku percaya padamu, Jek
"Nggak ada pilihan lain," jawab salah satu dari mereka dengan putus asa. "Dia tau terlalu banyak. Dia bisa menghancurkan keluarga kita tanpa menyentuh kita langsung."Di markasnya, Jay menerima laporan dari Erlangga. Wajahnya tetap tenang, hanya sedikit senyum terlukis di bibirnya."Mereka menyerah?" tanya Jay, nadanya datar namun penuh wibawa.Erlangga mengangguk. "Semua target sudah menunjukkan tanda-tanda surut. Beberapa bahkan sudah mengirimkan utusan untuk berdamai."Jay menyandarkan tubuhnya ke kursi, memutar gelas anggur di tangannya."Pfftt!” Jay mendengus geli. “Mereka membuatnya terlalu mudah. Ketakutan memang alat yang paling kuat, Erlangga. Nggak perlu darah, nggak perlu kekerasan. Hanya sedikit sentuhan, dan mereka langsung runtuh."Dia memandang keluar jendela besar yang memperlihatkan gemerlap kota Jatayu di malam hari."Biarkan mereka tetap di tempatnya. Kita nggak butuh mereka lenyap. Kita hanya butuh mereka untuk menjadi peringatan hidup bagi siapa aja yang mencoba m
“Kota Jatayu mungkin telah tunduk, tapi permainan kekuasaan ini baru saja aku mulai.” Jay menggumam.Dia paham, untuk mempertahankan tahtanya di balik layar, dia harus selalu satu langkah di depan musuh-musuhnya.* * *Jay duduk di ruang konferensi Supreme NeoTech, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme perlahan. Di hadapannya, layar besar memutar rekaman rapat rahasia para elit yang baru saja dia peroleh.Erlangga berdiri di sisi kanan, menunggu instruksi dengan sikap siaga seperti biasa.Mata Jay memerhatikan dengan saksama, sedangkan wajahnya tetap tenang. Pada layar itu, salah satu pria berjas mahal sedang berbicara penuh semangat, membakar semangat para hadirin untuk melawan dominasi Jay."Kita tidak bisa terus membiarkan dia menghancurkan semua yang kita bangun! Jatayu ini adalah kota kita, bukan miliknya. Kita punya hak untuk melawannya!" Demikian kalimat pria berjas mahal itu.Jay tersenyum tipis. "Lucu sekali. Mereka berbicara soal hak seolah aku yang merebut sesuatu dari me
Keesokan harinya, rakyat Astronesia terbangun oleh berita mengejutkan. Media arus utama, yang sebagian besar diam-diam dikendalikan Jay, dan platform independen yang terlihat netral mulai memuat berita berjudul: "Kejahatan Elite Astronesia: Bukti Baru yang Menggemparkan!"Berbagai video, rekaman audio, dan dokumen bocor ke publik.Salah satu video menunjukkan seorang menteri menerima suap dalam koper penuh uang.Dokumen lain memuat bukti transfer gelap dari seorang pengusaha besar kepada seorang petinggi militer untuk menjual aset negara.Ada juga rekaman suara seorang politikus yang merencanakan sabotase proyek sosial demi keuntungan pribadi.Media sosial meledak. Tagar seperti #HancurkanEliteKorup dan #KebenaranTerungkap mendominasi tren."Kita udah lama curiga, tapi bukti-bukti ini nggak terbantahkan!" tulis salah satu pengguna di Twitter."Ini baru revolusi! Semua elit korup harus dihukum mati!" kata yang lain.Namun, tak ada yang tahu bahwa pengungkapan ini dirancang dengan sanga
“Bos, Anda semakin tidak terkalahkan di Jatayu.” Baskara baru saja memberikan ke Jay beberapa laporan pengintaian Arcapaad.Warga Jatayu, baik melalui media sosial maupun obrolan sehari-hari, merasa puas dengan transformasi kota mereka. Mereka memuji Darmawan sebagai sosok pemimpin yang membawa perubahan besar, tanpa menyadari bahwa dalang di balik semua ini adalah Jay.“Benar.” Arunika yang masih di ruangan Jay, mengangguk atas ucapan Baskara. “Smart city, kemajuan teknologi, dan kebijakan pro-rakyat membuat Jatayu menjadi model kota yang dicita-citakan banyak orang, meski benang-benang penggeraknya sepenuhnya berada di tangan Bos kita ini.”Jay tersenyum puas atas pujian petinggi eksekutifnya.Tak ada yang tau, di balik kemudahan itu, setiap langkah warga kini dipantau. Sistem Arcapada mencatat pergerakan mereka, transaksi mereka, bahkan preferensi mereka dalam berbelanja.Data ini digunakan Jay untuk memperkuat posisinya, baik melalui pengaruh bisnis maupun politik.Beberapa pihak
Erlangga sebagai salah satu tangan kanan Jay, maju dan menekan sebuah tombol. “Semua departemen pemerintahan sekarang berada di bawah pengawasan langsung kita. Sistem Arcapada yang sudah disempurnakan memungkinkan kita memantau aktivitas pegawai pemerintah, transaksi, dan kebijakan yang sedang berjalan. Tidak ada yang bisa bergerak tanpa kita ketahui.”Jay tersenyum tipis. “Bagus. Pastikan setiap titik lemah ditutup. Aku tak ingin ada celah bagi siapapun yang mencoba melawan kita.”Salah satu layar berubah, menampilkan visualisasi kerumunan orang di berbagai bagian kota.Kamera pintar yang terhubung dengan algoritma pengenalan wajah memindai setiap orang yang lewat. Sistem itu tidak hanya melacak pelaku kriminal, tetapi juga memprofilkan warga berdasarkan aktivitas mereka—semua ini dilakukan tanpa mereka sadari.Namun, Jay tidak puas hanya dengan kendali atas Jatayu. Dia memiliki ambisi yang lebih besar.Di lantai lain gedung itu, tim manajemen dari perusahaan-perusahaan Jay berkumpul
“Se-sesuatu yang lain?” Darmawan merasa ada yang tak enak di hatinya.Dia segera waspada, sekaligus berdebar-debar.“Mau tau?” Jay sambil menyeringaikan senyuman iblisnya.Dia menggeser ponselnya sebelum di sambungkan ke layar proyektor tak jauh darinya, memutar sebuah video.“I-i-itu ….” Darmawan tergagap.Wajah Darmawan pucat pasi ketika dia melihat dirinya sendiri di layar, bersama seorang gadis muda di bawah umur yang tentu saja bukan istrinya, di sebuah kamar hotel. Suaranya tercekat ketika dia menyadari bahwa video itu terekam dengan jelas, dari sudut yang tidak mungkin diabaikan.“He he … aku mengetahui semua hal gelap mengenaimu, Darmawan. Termasuk fetish menyimpangmu mengenai gadis di bawah umur begitu.” Jay melirik sambil menyeringai ke Darmawan yang membeku.Tentu saja tidak pernah terkirakan oleh Darmawan bahwa aib gelap mengenai dia suka berkencan dengan gadis belasan tahun bisa terendus Jay dan bahkan dijadikan kartu as terbesar di tangan Jay.“P-Pak Jay … maksudku … Tua
“Jika tidak ….”Jay membiarkan kalimat itu menggantung di udara, tetapi ancamannya lebih jelas daripada kata-kata apa pun.Darmawan, entah kenapa, hanya bisa menelan salivanya sambil berharap dirinya tidak melakukan kesalahan satu pun agar tidak mendapatkan tindakan mengerikan dari Jay.* * *Dalam beberapa bulan setelah dilantik, Darmawan dengan cermat menjalankan arahan Jay. Kebijakan baru yang menguntungkan perusahaan Jay diluncurkan satu per satu.Proyek infrastruktur besar dialokasikan kepada kontraktor yang merupakan bagian dari jaringan Jay, memastikan keuntungan besar masuk ke kantongnya.Di sisi lain, media yang dikendalikan Jay bekerja keras membangun citra Darmawan sebagai gubernur yang progresif dan pro-rakyat.Setiap proyek baru mendapat liputan positif, menciptakan ilusi bahwa kota Jatayu sedang bangkit di bawah kepemimpinannya. Namun, mereka yang berada di lingkaran dalam tahu kebenaran yang sesungguhnya.Di ruangan rapat yang sama, beberapa bulan setelah pertemuan awal
“Oh, apakah ada alasan khusus sehingga aku harus melepas Jay Mahawira dari genggamanku?” tanya King Jek Jon pada Reno.Matanya mengerling tajam ke pemuda blasteran itu. Sama sekali tidak melepaskan pandangan dari Reno.“Tidak, tidak ada alasan khusus mengenai itu, Tuan Jek Jon.” Reno menjawab. “Hanya saja, saya tidak melihat adanya kemampuan Jay Mahawira untuk menjadi orang yang Anda andalkan.”Reno mencoba menekan kegugupannya, tidak mengira kalau King Jek Jon memiliki aura penindasan yang besar dan susah dia abaikan.Jay dalam penyamarannya sebagai King Jek Jon pun mendengus geli akan kata-kata berani dari Reno.Kalau Reno mengetahui siapa yang sebenarnya berada di dalam topeng, dia pasti akan mati berdiri. Bahkan mungkin Reno akan berlari sambil melipat ekornya di antara dua kakinya.“Pfftt!” Jay mendengus. “Ada atau tidak adanya kemampuan dia, itu tentunya bukan urusan dari kamu, bukan?”Mata Jay berkilat menatap lurus ke Reno, dan itu membuat Reno benar-benar terintimidasi. Pemud
“Jadi, kamu tidak keberatan aku memiliki fans?” Zafia menanyakannya sekali lagi.Jay menatap istri yang paling memesona di dunia ini dan tersenyum.“Tentu aja nggak keberatan. Memangnya aku perlu ketakutan jika itu hanyalah fans?” sahut Jay sambil mempererat pelukannya ke pinggang istrinya.Bagi Jay, seorang pria harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi agar dia tidak perlu merasa insecure atau pun takut pasangannya lepas darinya. Selama seorang pria mampu membuat wanita nyaman bersamanya, maka tak ada yang perlu dicemaskan.“Ha ha ha, begitu ya?”Zafia semakin tertawa renyah, mereka berdansa hingga puas, di bawah tatapan kagum orang-orang sekitar yang terpukau akan keserasian mereka.“Lihat, mereka sebenarnya sangat serasi, bukan? Si cantik dan si tampan sukses. Apakah mereka berpacaran?” Ada seorang pengusaha wanita memerhatikan Jay dan Zafia yang berdansa indah dan harmonis.“Entahlah. Setiap mereka bertemu di sebuah acara, mereka seperti orang yang saling menggoda satu sama lai