Produser Ram Singh menatap Benny dengan pandangan yang terbuka lebar, seolah-olah mencari jawaban di wajahnya. “Benny, Ian itu penulis skenario, bukan? Bagaimana mungkin dia mengerti seluk-beluk menyutradarai?”
Biasanya, sutradara adalah penguasa panggung sebelum lampu sorot menyala, memilih artis yang akan menghidupkan naskahnya. Jika ada yang tergelincir dalam peran mereka, dengan isyarat tangannya yang tegas, sutradara akan memotong adegan dan memerintahkan pengambilan gambar ulang hingga setiap gerak dan kata sempurna. Kekuasaannya mutlak.Namun, di balik layar adegan kedua, Sutradara Ben merasakan kepuasan. Akting Ian dan para pemain lainnya telah menyatu dengan harmonis, seolah-olah mereka bukan lagi berakting, melainkan menjadi nyata.Tetapi, ketika Ian meninjau rekaman tersebut, matanya berbinar-binar dengan ide-ide baru. Dengan semangat yang tak terbendung, dia berbagi pandangannya kepada Sutradara Ben, memberikan saran tentang penempatan kamera yAdegan pembuka ini cukup penting. Karena pada adegan ini, tokoh utama pria akan bertemu tokoh utama wanita untuk pertama kalinya. Oleh sebab itu, syuting adegan ini menarik perhatian semua orang. Pemeran tokoh utama pria dan wanita adalah jiwa dari sebuah serial drama televisi. Sutradara Ben dan seluruh staf juga mulai bekerja dengan serius. Mereka memiliki satu tujuan yang sama, yaitu untuk memfilmkan adegan ini dengan baik. “Sutradara Ben, apakah menurutmu mereka dapat memerankan adegan ini dengan baik? Aku pribadi, masih merasa khawatir mereka akan kesulitan. Lagi pula, mereka berdua tidak memiliki pengalaman apapun, terutama adegan seperti ini,” ucap Produser Ram Singh. "Mari kita coba dulu. Jika mereka tidak melakukan pekerjaannya dengan baik, mereka dapat berlatih lagi lebih banyak. Kami memiliki begitu banyak aktor veteran dengan kemampuan akting yang bagus di sini. Jika mereka tidak bisa melakukannya dalam sekali syuting, maka kami akan melakukan sepuluh kali syuting. Dengan
Xavier melihat es krim di tanah, mengambilnya, dan diam-diam menaruhnya di tempat sampah. Cuacanya panas, tapi hati Xavier dingin.‘Mengapa Ian melakukan semua yang aku juga pikirkan? Dan pertengkaran mereka, seperti sepasang kekasih yang sedang bergurau!’ gumamnya penuh kepedihan.Tak lama kemudian, Linda berjalan ke sisi Xavier dan memberinua sebotol air mineral dingin. Suaranya uang merdu terdengar di telinga Xavier. “Apa kamu mau air?”Xavier mengangguk. “Terima kasih.” ucaonya seraya memandang Linda di sampingnya. Ia tiba-tiba merasa bahwa dunianya tidak tampak begitu sepi, seakan ada cahaya hangat yang datang meraihnya.“Apa kamu sedang bersedih? Apakah kamu ingin aku menyanyikan sebuah lagu untukmu?” Linda duduk di samping Xavier. Kakinya tertutup saat dia diam-diam menyaksikan pertengkaran Ian dan Lisa yang tampak seperti pasangan suami-istri."Baiklah." Xavier mengangguk.“Kalau begitu aku akan menyanyikan ‘I Love 3000'.
Sutradara Ben terus memuji Ian, “CEO Lex, bakat seperti Ian harus kita ikat. Apalagi, aku yakin drama ini, ‘Hantu? Siapa Takut!’, pasti akan populer di Internet. Deretan artis yang tergabung dalam drama ini sangat megah. Ditambah dengan kemampuan akting Ian dan Lisa yang luar biasa serta plot yang menakjubkan, itu akan cukup untuk menarik perhatian penonton.”CEO Lex mengangguk. Ia menyadari bahwa dirinya telah meremehkan kemampuan Ian. Ia mengira Ian hanya bisa menulis naskah. Tapi ia tidak menyangka selain menulis naskah, kemampuan Ian lainnya juga mengejutkan. Memikirkan semua itu, CEO Lex tersenyum. Dengan adanya seseorang seperti Ian, ia yakin industri entertainment Indonesia akan lebih maju.Sementara drama “Hantu? Siapa Takut!”, jika drama itu menjadi populer, CEO Lex tentu saja akan membeli naskah musim keduanya dengan harga tinggi.“Tidak banyak artis yang bisa menerima pujian seperti itu dari Sutradara Ben. Sepertinya Ian benar-benar bukan orang
Postingan Lisa di Sosial Media membuat banyak penggemar heboh. Dulu, ketika dihadapkan pada segala macam gosip negatif, Lisa sangat jarang memposting apa yang ada dia pikirkan di Sosial Media. Paling-paling, dia akan memberikan klarifikasi resmi yang didukung oleh Golden Entertainment. Tapi hari ini, ketika Ian diragukan oleh seluruh warganet, Lisa berinisiatif untuk memposting pendapatnya di Sosial Media. Kata-katanya tidak banyak, tetapi sangat kuat. Dengan kata lain, Lisa mendukung Ian. Tentu saja, satu postingan dari Lia di akun Sosial Medianya saja tidak akan cukup untuk menghentikan keraguan warganet. Segera setelah itu, Alicia juga ikut memposting sesuatu “Aku berani menjamin, akting Ian sangat luar biasa!” Sementara Linda, dia sama sekali tidak memposting sesuatu yang mendukung Ian, Namun, ia me-like postingan milik Lisa dan Alicia, menunjukkan sikapnya pada masalah ini. Xavier juga muncul dan memposting sebuah foto di akun Sosial Medianya. Dalam foto itu, ada gambar diri
Xavier dengan secepat kilat berpakaian rapi. Meski ia tampak seperti bersemangat, tapi dalam lubuk hatinya, ia merasa hidupnya sangat suram. “Aku sudah berusaha menghindar, tapi tetap saja aku tidak bisa mengelaknya …” gumamnya penuh kepedihan.Xavier tidak bisa menolak permintaan Sutradara Ben. Selain itu, meski ia tidak ingin melihat Ian dan Lisa dapat merekam adegan ciuman dengan baik, tapi hati kecilnya tetap ingin membantu Ian.Bagi seorang yang menjunjung tinggi keadilan, ia ingin melakukan persaingan yang sehat dengan Ian. Meski hasilnya, dia selalu kalah telak, Xavier tidak menyesalinya.“Bukankah itu hanya adegan ciuman antara Ian dan Lisa?”“Aku telah sering bermain film dengan begitu banyak adegan ciuman. Aku yakin hatiku pasti siap ketika melihat mereka melakukannya!” Xavier terus meyakinkan dirinya sendiri, bahkan selama perjalanan menuju lokasi syuting. Satu jam kemudian, Xavier akhirnya tiba di lokasi syuting. Ketika ia me
Waktu seakan terhenti. Bidikan kamera menangkap momen yang abadi. Ian menggenggam pinggang Lisa, bibirnya menyentuh dengan kelembutan yang tak terucapkan. Hangatnya sentuhan itu berpadu dengan rasa manis yang terpendam, menciptakan harmoni yang sempurna. Dunia luar lenyap, tak ada lagi yang tersisa selain sosok mempesona yang berdiri di hadapannya. Bagi Ian, ini bukan sekadar adegan; ini adalah realitas yang ia tinggali. Meski banyak wanita yang mendekatinya, hatinya tetap terkunci. Ciuman ini, ciuman yang pertama, ia persembahkan untuk satu-satunya yang ia cinta. Pikiran Ian kosong, terbuai dalam dekapan yang mendalam. Dan ketika ia akhirnya melepaskan ciuman itu, ia menatap Lisa, pipinya yang merona menambah kecantikan yang tak terkatakan. Ian segara melanjutkan aktingnya, menyelesaikan adegan dengan penuh emosi. Dan bagi mereka yang menyaksikan, adegan itu bukan hanya sekedar tontonan. Itu adalah pengalaman yang menyentuh jiwa, melelehkan setiap hati yang memandang. Alici
Kenzaki Kuro tiba-tiba melesat, gerakannya tak lebih dari kabut hitam yang menyelinap di antara sinar bulan. Dengan kecepatan yang menyaingi kilat, ia mengarahkan serangannya pada Lisa, yang berdiri diam di samping Ian. Namun, sebelum teror dapat menyentuhnya, Ian, yang memiliki ranah kultivasi Golden Core Awal, menangkap gerakan itu dalam sepersekian detik.Refleks Ian terbuka maksimal, secepat fajar yang memecah kegelapan. Ia meraih kepalan tangan Kenzaki, mengguncang ruang di sekelilingnya. Sebuah gelombang kejut yang tak terlihat meluas, mengirimkan debu dan daun-daun ke udara, menciptakan badai mini yang mengelilingi mereka. Angin yang tercipta dari benturan itu berdesing di telinga, seperti nyanyian para dewa yang menyaksikan duel antara dua kekuatan besar.Pohon-pohon di sekitar mereka membungkuk seolah memberi hormat, ranting-rantingnya bergetar dalam tarian liar yang disebabkan oleh kekuatan yang dilepaskan. Tanah di bawah mereka retak, menciptakan jaringa
Mata Kenzaki Kuro menatap tajam Lisa, dengan tatapan yang seolah berkata, "Kamu tidak akan kemana-mana." Karena jika ketiga wanita itu, terutama Lisa, tekah berhasil diselamatkan dan dibawa ke tempat yang aman, maka semua rencana yang telah disusun akan gagal. Dengan gerakan yang lebih cepat dari kilat, Kenzaki Kuro merogoh pil misterius dari kantung celananya. Pil tersebut memiliki warna putih, dan terukir ‘NTZ-3010’ di tengahnya. Tanpa ragu, ia menelannya bulat-bulat Seketika itu, tubuh Kenzaki Kuro berubah, otot-ototnya mengembang bak balon raksasa yang dipompa dengan kekuatan superhuman, kulitnya mengeras menjadi seperti baja, warnanya memudar hingga abu-abu pekat, dan urat-uratnya membengkak, menyerupai jalur-jalur magma yang siap memuntahkan api. Ia bertransformasi menjadi monster yang siap menghancurkan segala yang ada di jalurnya. Ian, yang biasanya tenang, kini terkejut. Matanya melebar, dan ia bisa merasakan gelombang energi baru yang mengalir dari Kenzaki Kuro, energi ya
"Zeus, kali ini aku akan membunuhmu!” teriak Ian penuh keyakinan. Zeus menatap Ian dengan mata yang memancarkan cahaya keemasan. Di baliknya, ada kekuatan yang mengguncang alam semesta. Ian merasakan getaran itu, seolah langit dan bumi bergetar dalam irama yang tak terduga. “Jangan terlalu yakin dulu, Ian! Aku masih punya kartu As yang bahkan belum aku gunakan saat melawan Ryan!” ujar Zeus dengan tenang. Suaranya seperti guntur yang merayap di udara, menggema di telinga Ian. Hal ini tentu mengagetkan Ryan, yang semenjak tadi telah bertarung secara seimbang dengan Zeus. “Maksudmu, kamu tadi belum benar-benar serius?” Ryan menatap Zeus dengan pandangan campuran antara kagum dan ketidakpercayaan. Zeus hanya tersenyum, namun senyuman itu seakan menunjukkan konfirmasinya. “Mode Dewa: Petir Surgawi!” serunya. Cahaya keemasan di matanya semakin terang, dan angin berputar di sekitarnya. Ian merasa seolah berada di pusat badai. Petir tiba-tiba menyambar entah dari mana, dan mengenai tubuh
Balor menatap Ian dengan mata yang penuh tekad. "Aku akan mengembalikan Otoritas yang telah kucuri dari Hades." Sebuah cahaya keemasan muncul dari tengah dahi Balor, terbang dan merasuk ke kepala Ian.Ian merasakan sesuatu yang kembali padanya, kekuatannya mendekati sempurna. "Ini?" tanyanya, terkejut."Ya," jawab Balor dengan suara yang semakin lemah. "Dengan ini, Jalan Asura telah kembali pada penguasa samsara." Ia menoleh ke arah Verethragna. "Hei, cepat beri Ian senjatamu!"Verethragna tertawa. "Chill bro~" ucapnya. "Ian, aku memang tidak bisa mengembalikan Otoritas Jalan Deva, tapi aku bisa memberimu sebuah senjata terkuat yang dapat membunuh apapun."Verethragna memejamkan matanya, menciptakan senjata yang sesuai dengan bayangannya. Dari ruang kosong di depannya, cahaya emas menyeruak. Cahaya itu membentuk bilah dan gagang pedang.Pedang itu memiliki bilah panjang dan tajam, terbuat dari baja legendaris yang sudah tidak ada lagi di
Ketika pil itu meluncur melewati kerongkongan Ian, tiba-tiba tubuhnya diselimuti oleh api hijau. Namun, anehnya, api itu tidaklah panas; sebaliknya, ia merasa hangat dan nyaman. Luka-luka di tubuhnya sembuh dengan cepat, bahkan lebih dari yang efek kemampuan Healing Factor miliknya."Inikah kekuatan yang aku dapatkan dari pil NTZ?" gumam Ian, memandangi kedua tangannya dengan keterkejutan.Namun, suara tajam membuyarkan lamunan Ian. "Tentu saja tidak, bodoh!" ujar sosok yang muncul dari atas langit. "Itu adalah kekuatan dari Api Lotus Hijau milikku."Sosok itu turun perlahan, sayap-sayapnya yang berjumlah dua belas terbentang dengan megah. Setiap sayapnya memiliki warna yang berbeda, mereka semua terbuat dari berbagai macam Api Surgawi."Ian Herlambang," kata sosok itu dengan nada dingin, "aku tak menyangka kamu telah mencapai ranah Celestial. Namun, aku melihat bahwa ini bukanlah pencapaianmu sendiri. Ranah kultivasimu masih belum stabil. Beristi
Gelombang kejut dari benturan kekuatan yang dahsyat itu merambat dengan cepat, mengguncang bumi dan langit. Bumi bergetar, seakan-akan planet ini menahan nafas terakhirnya. Di kota-kota besar Indonesia, gedung-gedung menjulang seperti pohon-pohon raksasa yang terguncang oleh badai. Kaca-kaca jendela pecah, mengirimkan serpihan tajam ke jalanan yang berubah menjadi medan perang. Teriakan panik memenuhi udara, menciptakan simfoni ketakutan yang menggema di antara reruntuhan.Di wilayah pesisir, air laut mengundur sejenak, mengejar takdirnya yang tak terhindarkan. Lalu, ombak raksasa muncul, menggulung daratan dengan amarah yang tak terkendali. Tsunami itu menghancurkan segala yang ada di jalurnya: kapal-kapal terangkat dan terhempas ke darat, rumah-rumah luluh lantak, dan manusia berlarian tanpa arah, berusaha menyelamatkan diri dari amukan alam yang tak terbendung. Mata mereka dipenuhi ketakutan, melihat bencana bak kiamat ini.Jakarta, kota yang pernah ramai dan be
Angin malam berhembus kencang, membawa desau yang menegangkan. Ian, dengan napas yang tersengal, mengumpulkan sisa kekuatannya. "Aku belum selesai, Zeus!" serunya, matanya menyala dengan tekad yang tak tergoyahkan. “Aku tak akan pernah membiarkanmu menyentuh Lisa!”Zeus hanya tertawa, suaranya bergema seperti guntur yang menggelegar. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku hanya dengan kekuatan sebesar itu?" ejeknya sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dari ujung jari-jarinya, tombak petir mulai terbentuk, cahayanya menyilaukan dan memancarkan energi yang mengerikan. “Baiklah, aku beri kamu kesempatan untuk menghiburku lagi. Dan kali ini, aku tidak akan diam saja, jadi …”“Jangan kecewakan aku,” bisik Zeus dengan suara yang tegas dan berat. Setiap kata yang terucap menekankan ancaman yang tersirat.Ian mengencangkan genggaman tangannya, cahaya di matanya semakin berkobar. "Demi Lisa, dan demi seluruh orang yang takdirnya telah kau permainkan, aku tidak aka
Bulan purnama yang terang benderang seakan menjadi saksi atas pertemuan dua kekuatan besar di langit Jakarta yang malam itu terasa berbeda. Aura tegang menyelimuti kota, dan angin malam berhembus seolah-olah ingin menceritakan kisah epik yang akan terjadi.Di bawah sinar bulan yang memantulkan cahaya putih, Ian berdiri dengan rambutnya yang mengalir bagai sungai perak. Matanya yang biru kehijauan bersinar tajam, menembus kegelapan malam, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Di hadapannya, Zeus berdiri megah, senyumnya lebar dan penuh dengan kegembiraan pertempuran. Sorot matanya yang berkilau menandakan ia siap untuk pertarungan yang telah lama dinantikan.Baik Ian ataupun Zeus, mereka berdua adalah Overgod, eksistensi yang telah melampaui batas-batas manusia biasa, dan malam itu, mereka akan menunjukkan kekuatan mereka yang bisa mengguncang alam semesta.Dalam kesunyian malam yang hanya ditemani gemerlap bintang, Ian berbisik mengucapkan nama
Zeus terbang di atas langit Jakarta yang kelabu, pakaian putih yang biasa ia kenakan kini terkoyak-koyak, menandakan ledakan dahsyat yang baru saja terjadi. Di bawahnya, kawah raksasa seluas 10 kilometer membentang, asap dan debu masih mengepul dari tanah yang hangus. Sekitar 20 Celestial tergeletak dengan luka-luka mendalam, termasuk Fortuna yang terbaring lemah, sementara yang lainnya lenyap ditelan ledakan.Bagaimanapun juga, Hades adalah kultivator dengan ranah Celestial Puncak. Meski dia telah memberikan otoritasnya pada Ian, tapi dia masih memiliki energi melimpah yang cukup untuk membunuh semua kultivator di bawah ranah Celestial Puncak. Tindakan Hades ini telah mengguncang fondasi organisasi Kadukeus, namun Zeus hanya tertawa ringan di atas sana. Zeus tampak tidak mempedulikan ada atau tidaknya Kadukeus. Karena baginya, selama hal itu menyenangkan, maka ia tidak akan memperdulikan hal lain. Dan apa yang dilakukan Hades, cukup menghiburnya."Adikku
“Huh?” Ian menoleh ke samping, telinganya menangkap suara ledakan yang menggema dari kejauhan. Langit malam yang sebelumnya gelap kini terang benderang oleh letupan cahaya yang mirip dengan matahari terbenam, namun tiba-tiba saja, sebuah cahaya keemasan yang menyilaukan melintas bagai bintang jatuh dan menghantam tubuhnya dengan kekuatan yang luar biasa, menghempaskan tubuh Ian ke tembok. Dalam sekejap, tembok tersebut langsung retak dan hancur berkeping-keping, debu dan puing berserakan di udara.Cahaya itu kemudian meresap masuk ke dalam tubuh Ian, menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan. Cahaya keemasan itu seolah menjadi cairan panas yang mengalir di setiap pembuluh darahnya, membuat Ian meronta kesakitan seperti binatang buas yang terluka parah.Di tengah rasa sakit yang memuncak, suara sistem terdengar kacau di telinganya.[Ding!][Mendeteksi adanya energi asing yang mencoba menyingkirkan sistem]Ian mengerang kesakitan, tubuhny
Zeus melayang di atas reruntuhan yang masih mengepulkan asap, tatapannya dingin dan tak tergoyahkan menembus ke bawah ke arah para anggota Zodiak yang terkapar tak berdaya."Sampai di sinilah perjuangan kalian berakhir," suaranya tenang namun mengandung otoritas yang tak bisa ditolak. "Sekarang, aku akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milik kami."Zeus mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Petir berkumpul di telapaknya, berputar dengan liar dan bersinar terang hingga menyilaukan mata. Dengan satu gerakan tegas dan pasti, ia melepaskan bola petir itu ke arah Libra dan rekan-rekannya yang sudah tidak berdaya.Mereka hanya bisa menatap dengan pasrah pada serangan maut yang mendekat. Cahaya biru yang menyilaukan memancar dengan intensitas yang memenuhi pandangan, menelan tubuh Libra, Virgo, Sagitarius, dan Aquarius dalam kilauan yang membutakan.Dentuman keras menggema, membelah kesunyian malam yang kacau. Ledakan itu begitu dahsyat hingg