Dua hari libur Nasional dihabiskan Davanka dengan berpikir.Diskusi bersama ayah sepulangnya dari Malaysia kemarin hanyalah berisi tentang nasihat agar dia tidak melakukan suatu kesalahan lagi untuk menyelesaikan kesalahan yang telah diperbuatnya.Ayah mewanti-wanti agar Davanka tidak berbuat konyol.Entah dari mana ayah tahu kalau Davanka akan melakukan cara keji untuk membalas dendam kepada pak Broto.Davanka jadi harus mencari cara lain untuk memberi pelajaran kepada pak Broto.Sudah berjam-jam Davanka yang tengah duduk di kursi kebesarannya di ruangan khusus CEO itu memandangi surat permohonan perceraian yang semestinya dia ajukan ke Pengadilan.Davanka tidak bisa, dia mencintai Zevanya tapi dia juga ingin Zevanya terlepas dari tuduhan sebagai seorang pelacur.Terdengar bunyi bip dari intercom yang berada di atas meja Davanka.Davanka menekan salah satu tombol.âYa?â âPak, ada Pak Arkana Gunadhya ingin bertemu Bapak.â Erin memberitahu.âSuruh masuk.ââBaik, Pak.âTid
Zevanya kembali menggunakan motor matic miliknya yang sempat terparkir lama di garasi rumah ibu.Selama perjalanan pulang dati kampus Zevanya terus melamun, memikirkan kembali apakah keputusan meninggalkan Davanka sudah benar?Dan berapa kali pun Zevanya memikirkannya akan selalu kembali ke satu titik yaitu masa lalunya yang pernah bekerja di night club dan mantan anak buah Madam Rossy lah yang membuat masa depannya berantakan seperti ini.Tanpa terasa Zevanya tiba di rumah.Dia tidak curiga saat melihat pintu rumah terbuka, mungkin ibu sedang kedatangan tamu.Pintu rumah akan selalu dibuka setiap ada yang bertamu agar tidak pengap mengingat rumah mereka sangat kecil.Zevanya terkejut saat melihat ibu sedang menangis ditenangkan oleh dua tetangganya yang tidak lain adalah Bu RT dan ibu pemilik rumah ini.âIbu kenapa?â Zevanya bertanya panik sambil berlari ke arah ibu.âBiasa, ada tetangga yang julid ⊠katanya kamu diceraikan suami kamu karena
Bunda curiga ketika Davanka datang sendirian ke rumahnya.Beliau juga tidak bertanya kenapa Zevanya tidak ikut karena masih berakting untuk memberi pelajaran kepada Davanka dan Zevanya.Davanka menarik kursi makan, tidak ada yang menyambut hangat kedatangannya.Pria itu masih mendapat hukuman dari ayah dan bunda.Satu persatu pelayan mulai menghidangkan makan malam.Davanka yang raut wajahnya tampak sendu pun tidak banyak bicara, dia mengambil piring dan mengisinya dengan nasi juga lauk-pauk dengan gerakan lambat tampak tidak berselera.Beberapa saat makan malam yang dilakukan ayah bunda bersama Davanka terasa begitu hening.Sesekali ayah bunda saling melirikan mata bertanya-tanya kenapa sang putra tiba-tiba datang.âAnya minta cerai âŠ,â ucap Davanka tanpa menatap wajah ayah dan bunda menjawab pertanyaan yang ada dalam benak mereka berdua.Seketika itu juga mata bunda melebar sempurna.âKenapa?â tanya bunda terdengar syok sekali.
âKandungannya lemah sekali, ibu Zevanya tidak boleh kelelahan, stress atau tertekan ⊠saya sarankan untuk rawat inap agar bisa bedrest.â Dokter Obgyn senior di rumah sakit milik kakek buyutnya Davanka memberitahu diagnosanya.âBaik, Dok,â sahut Davanka lemah.Dia tampak kalut sekarang.Dokter dan perawat kemudian pergi.Davanka sudah diberitahu ibu mengenai kehamilan Zevanya dalam perjalanan ke rumah sakit.Ada bahagia bergemuruh di dada karena dia akan menjadi ayah dari seorang anak yang lahir dari rahim wanita yang dicintainya.Tapi perasaan cemas juga menghantuinya, Davanka takut Zevanya tetap memaksa ingin bercerai dan akan menyebabkan anak mereka menjadi korban.âBu âŠ.â Zevanya mengerang, dia akhirnya sadarkan diri.Davanka yang masih mematung di luar langsung menyingkap tirai yang menjadi sekat antar bangsal di IGD.Netra Zevanya dan Davanka bertemu, beberapa saat keduanya hanya saling memaku tatap tanpa bersuara sampai Davanka masuk dan menurunkan tirai kembali.âIb
âHarusnya aku yang sedih, di saat aku mati-matian mempertahankan kamu ⊠kamu mati-matian ingin kita berpisah.â Davanka melirih.Zevanya balas memeluk Davanka, tangisnya malah semakin kencang.âAnya enggak bermaksud gitu, Anya enggak mau jadi beban Abang, Anya enggak mau jadi aib keluarga Gunadhya ⊠Anya sayang sama Abang, sama ayah juga bunda ⊠Anya enggak mau nyusahin kalian hiks ⊠hiks ⊠hiks.âDavanka mengurai pelukan, dia kembali duduk di sisi ranjang hanya saja kali ini posisinya lebih dekat dengan Zevanya.Tangan Davanka menangkup satu sisi wajah Zevanya, mengusapkan lembut ibu jarinya di sana.âKita enggak akan bercerai, By ⊠aku enggak bisa.ââTapââ Kalimat Zevanya terjeda.âAku punya rencana âŠ,â sambar Davanka cepat.Zevanya mengerjap.âAku punya rencana untuk menyelesaikan masalah ini tanpa kita harus bercerai,â imbuh Davanka kemudian.âRencana apa?âDavanka malah tersenyum misterius, menarik wajah Zevanya lalu mencium bibir ranum itu sekilas. âNanti juga kamu t
Sebelum seluruh Negri mengetahui siapa Zevanya dari mulut-mulut orang yang akan mengatakan kebohonganâZevanya lebih dulu memberitahu kebenarannya melalui sebuah karya yang dipersembahkan oleh seorang penulis terkenal.Dan Zevanya tidak mengira kalau dampaknya sampai bisa seluar biasa ini.Yang pertama adalah Universitas tempat dia menuntut ilmu jadi menambah kuota untuk penerima bea siswa karena sebelumnya Zevanya tidak masuk ke dalam kuota meski berprestasi sehingga dia harus bekerja keras untuk membayar biaya kuliah.Lalu yang kedua adalah antusias masyarakat tentang cerita mengenai siapa dirinya.Memang terdapat pro dan kontra, gosip miring akan selalu ada tapi ketika ada yang mencari tahu tentang kebenaran dari cerita tersebut sampai datang ke night club tempat Zevanya pernah bekerja dan bertemu dengan Madam Rossyâmereka mendapatkan apa yang sudah tertulis dalam novel.Tidak ada yang dikurangi maupun dilebihkan.Sekarang Zevanya jadi terkenal, seluruh kampus mengetahui siapa dirin
Davanka berjalan menyusuri lorong di kantornya yang dulu, dia belum membuat janji dengan Raga yang sekarang menjabat sebagai CEO di sana tapi kebetulan arah jalan yang ditempuh untuk kembali ke kantor usai mengunjungi suatu proyek melewati kantor ini jadi Davanka putuskan untuk mampir sebentar karena ada yang akan dia bicarakan dengan sahabatnya itu.Dengan sangat kebetulan, seorang wanita yang kini sedang berjalan berlawanan arah dengannya baru saja keluar dari ruangan Raga nyaris membuat Davanka memutar badan mengurungkan niat bertemu sang sahabat.Namun dia tidak ingin wanita itu mengatainya sebagai pengecut sehingga Davanka ayun langkahnya tegas hingga akhirnya mereka berpapasan.Wanita itu mencekal tangan Davanka menghentikan langkahnya.âMau sampai kapan lo pura-pura enggak kenal sama gue?â Ramona bersarkasme.Davanka masih tetap tenang menatap ke depan.âSampe lo enggak nyinggung sedikitpun tentang gue dalam cerita Anya,â sambung Ramona lalu tertawa sumbang.Sengaja Davanka tid
âApa kabar Anya? Perut kamu besar banget.â Adalah Noah yang menyambut Zevanya duluan.Terakhir kali dia bertemu Noah saat ditonjok oleh Davanka di Malaysia sebelum mereka pulang ke Indonesia.âBaik ⊠iya nih, sebentar lagi melahirkan.â Zevanya mengusap perutnya.âKamu berdua aja? Enggak sama Dava?â Itu Alvaro yang bertanya.âEnggak ⊠Abang enggak tahu kalau Anya ngemall, tadi minta ijin malah dilarang ⊠tapi besok Abang ulang tahun dan Anya harus beli kado.â Zevanya menunjuk paperbag yang di pegang Maria, wajah Maria memucat mendengar pengakuan Zevanya.âPasti gue yang kena semprot nih.â Maria membatin.âOh iya, si Dava ulang tahun besok.â Noah seakan diingatkan.âDuduk sini, Nya ⊠makan bareng kita.â Alvaro mempersilahkan.âEnggak usah, Anya cari meja lain aja.â Zevanya takut kalau Davanka tahu lantas mengamuk.âEnggak apa-apa, sini duduk sama kita aja ⊠duduk di sebelah gue, si Dava enggak cemburu sama gue.â Noah menarik tangan Zevanya agar duduk di kursi sebelahnya membuat dia ti
Matahari terbenam di atas horizon, memancarkan warna keemasan yang indah di langit Hawai. Di tepi pantai yang tenang, Davanka dan Zevanya berjalan beriringan, tangan mereka saling menggenggam erat. Di depan mereka, Aksara dan Ashera sedang bermain dengan gembira di pasir, membangun istana pasir dan tertawa riang. Davanka tersenyum menatap ke arah Aksara dan Ashera, sambil mengeratkan genggaman tangannya. âBy, lihat betapa bahagianya mereka. Abang rasa mereka enggak akan pernah melupakan liburan ini.â Zevanya mengangguk, matanya menatap putra dan putrinya penuh cinta. âLiburan ini memang sempurna. Terima kasih karena telah memilih tempat yang indah ini, Abang.â Davanka tersenyum, menatap laut dengan mata penuh kebahagiaan. âKakek selalu mengatakan kalau tempat ini adalah tempat terbaik untuk menciptakan kenangan keluarga. Abang ingin anak-anak kita tumbuh dengan kenangan indah seperti ini.â Aksara berlari mendekat, ekspresi di wajahnya penuh semangat. âAyah, B
Di sebuah rumah sakit bersalin yang mewah nyaman, Davanka berjalan mondar-mandir di koridor seperti ayam jago yang kebingungan. Wajahnya pucat, tangan kanan memegang ponsel, tangan kiri mengacung gelas kopi yang isinya sudah habis sejak sejam lalu.Dari dalam kamar bersalin, suara Zevanya terdengar berteriak-teriak, membuat Davanka berkeringat lebih banyak daripada saat jogging pagi.âAbang! Kalau kamu cuma mau mondar-mandir, sini gantikan Anya dulu!â teriak Zevanya dengan nada bercampur emosi dan kesakitan.âGantikan? Gantikan apa, Anya? Abang enggak mungkin melahirkan untuk kamu, sayang âŠ,â jawab Davanka gugup sambil setengah membuka pintu.Zevanya menatapnya dengan mata menyala. âYa kalau enggak bisa bantu melahirkan, minimal kasih Anya semangat! Abang itu suami atau figuran sih di sini?ââSemangat, sayang! Kamu pasti bisa!â seru Davanka, setengah meloncat sambil mengepalkan tangan seperti cheerleader yang salah tempat.âAbang, serius! Duduk di sini, pegang tangan Anya! Kalau Anya
Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi ketika suara aneh terdengar dari kamar tidur. Suara itu datang dari sisi tempat tidur, tempat di mana Zevanya biasa tertidur dengan tenang. Namun malam ini, situasinya berbeda.Zevanya tiba-tiba terbangun, matanya yang bulat terbelalak seperti baru tersadar dari mimpi buruk. Dengan suara terengah-engah, dia menoleh ke arah suaminya, Davanka, yang sedang terbaring di sampingnya."Abang ...." Zevanya bergumam dengan wajah setengah bingung. "Anya ngidam."Davanka mengerutkan kening, mengira istrinya hanya terjaga karena mimpi. "Ngidam? Anya, ini âkan sudah hampir jam tiga pagi, kamu yakin?"Zevanya duduk, memegangi perutnya yang mulai membesar, matanya tetap terjaga. "Iya, Anya ngidam banget, Abang ⊠Anya pengen makan ... nasi goreng dengan buah durian!" Suaranya penuh dengan keyakinan, seolah itu adalah hal yang paling masuk akal di dunia ini.Davanka terdiam sejenak, mencoba mencerna permintaan itu. "Nasi goreng ... durian
âAksaraaaa âŠ.â Bunda Arshavina memanggil dengan suara mendayu dari arah pintu utama. Aksara langsung berlarian menuju ke sana tanpa menggunakan celana. âEh ⊠ke mana celananya?â Ayah Kama bertanya. âAbis pipis.â Aksara memberitahu sembari menepuk bokong. âIiiih belum sunat.â Bunda menunjuk bagian bawah Aksara yang langsung ditutupi bocah laki-laki itu sembari cekikikan. âAksaraaaa, pakai celana dulu!â Zevanya berseru dari dalam rumah. âEh ⊠Ayah ⊠Bunda.â Zevanya baru menyadari kedatangan kedua mertuanya dan langsung menyalami mereka. âAbang pakai celana dulu ya,â kata Zevanya tapi Aksara malah lari ke dalam gendongan sang kakek. âAduuuuh, cucu kakek sudah berat.â âKakek! Abang enggak mau pakai celana.â Aksara meronta-ronta dalam gendongan sang kakek saat bundanya berusaha memakaikan celana. âAyo pakai dulu celananya atau nanti Nenek sunat? Mana gunting? Mana gunting?â Bunda Arshavina pura-pura mencari gunting. âEnggak mau!â Aksara menjerit sambil terta
Davanka benar-benar menjadi bapak-bapak sekarang, tapi bukan bapak-bapak biasa.Pria itu pantas diberi julukan hot daddy dengan perawakan tinggi dan tubuhnya yang atletis serta ketampanan bak Dewa Yunani yang dia miliki membuat para gadis, janda dan istri orang tidak bisa melepaskan tatapan setiap kali melihat Davanka.Seperti saat ini, para papa yang lain seolah tidak memiliki harga diri karena para mama yang menemani putra dan putri mereka di play ground mall ternama di Jakarta terus menatap Davanka yang tengah menemani Aksara bermain sementara Zevanya sedang melakukan perawatan rambut di salon yang masih ada di mall tersebut.Kegiatan rutin di saat weekend yang dilakukan Davanka sekeluarga adalah ngemall karena Aksara masih berusia tiga tahun yang kalau diajak jalan-jalan keluar kota atau keluar Negri masih sering tantrum.Jadi ketika Davanka ada perjalanan bisnis saja baru Zevanya dan Aksara ikut.âMa ⊠itu liatin anaknya, jangan liatin suami orang terus!â tegur salah seorang
âPak, malam ini ada acara charity sama komunitas Pengusaha Muda ⊠Mentri Perdagangan dan Mentri Investasi juga jadi tamunya, kesempatan yang bagus mendekati mereka untuk proyek baru yang akan mulai dikembangkan oleh AG Group.â Arman mencetuskan sebuah ide brilliant. âKamu yang datang temani ayah, ya!â Davanka bukan sedang bertanya tapi memerintah. Pria itu bangkit dari kursi kebesarannya bergerak ke sudut ruangan meraih jas yang tergantung di sana lalu memakainya. âLaporkan hasil yang kamu dapat dari acara itu.â Davanka memberi instruksi pada sekertarisnya. âTa-tapi, Pak âŠ,â sergah Arman saat Davanka melewatinya. Davanka menghentikan langkah membalikan badannya menatap Arman tanpa ekspresi. âKamu enggak mampu?â Pertanyaan Davanka adalah sebuah tekanan agar Arman menjawab sebaliknya. âMampu, Pak!â Arman menjawab lugas. Davanka membalikan badannya lagi. âSaya pulang duluan ya, Man.â Pria itu mengangkat tangan sembari melangkah keluar dari ruangannya meninggalkan A
Davanka lupa mengganti mode hening ke bunyi di ponselnya usai bertemu klien di meeting room sebuah hotel.Selama hampir lima jam lamanya Davanka ditemani sekertaris barunya melakukan pertemuan dengan klien dari Korea untuk menjalin kerjasama bisnis.Tapi tidak sia-sia karena Davanka akhirnya berhasil meyakinkan klien dari Negri ginseng itu untuk bekerja sama dengan perusahaannya.Sekarang Davanka merasakan tubuhnya lelah sekali, kepalanya bersandar pada sandaran jok mobil yang nyaman dengan mata terpejam.âPak Dava, apa Bapak sudah mengecek ponsel Bapak?â Arman-sang sekertaris berujar dari kursi penumpang depan.âBelum ⊠kenapa, Man?â Davanka menegakan tubuhnya merogoh saku jas mencari ponsel.âIbu sudah melahirkan, Pak.â Arman berujar hati-hati.Dia juga tidak mengecek ponselnya karena sibuk memperhatikan jalannya rapatu tuk membuat Notulen.âApa?â Davanka tersentak, matanya terbelalak.
âApa kabar Anya? Perut kamu besar banget.â Adalah Noah yang menyambut Zevanya duluan.Terakhir kali dia bertemu Noah saat ditonjok oleh Davanka di Malaysia sebelum mereka pulang ke Indonesia.âBaik ⊠iya nih, sebentar lagi melahirkan.â Zevanya mengusap perutnya.âKamu berdua aja? Enggak sama Dava?â Itu Alvaro yang bertanya.âEnggak ⊠Abang enggak tahu kalau Anya ngemall, tadi minta ijin malah dilarang ⊠tapi besok Abang ulang tahun dan Anya harus beli kado.â Zevanya menunjuk paperbag yang di pegang Maria, wajah Maria memucat mendengar pengakuan Zevanya.âPasti gue yang kena semprot nih.â Maria membatin.âOh iya, si Dava ulang tahun besok.â Noah seakan diingatkan.âDuduk sini, Nya ⊠makan bareng kita.â Alvaro mempersilahkan.âEnggak usah, Anya cari meja lain aja.â Zevanya takut kalau Davanka tahu lantas mengamuk.âEnggak apa-apa, sini duduk sama kita aja ⊠duduk di sebelah gue, si Dava enggak cemburu sama gue.â Noah menarik tangan Zevanya agar duduk di kursi sebelahnya membuat dia ti
Davanka berjalan menyusuri lorong di kantornya yang dulu, dia belum membuat janji dengan Raga yang sekarang menjabat sebagai CEO di sana tapi kebetulan arah jalan yang ditempuh untuk kembali ke kantor usai mengunjungi suatu proyek melewati kantor ini jadi Davanka putuskan untuk mampir sebentar karena ada yang akan dia bicarakan dengan sahabatnya itu.Dengan sangat kebetulan, seorang wanita yang kini sedang berjalan berlawanan arah dengannya baru saja keluar dari ruangan Raga nyaris membuat Davanka memutar badan mengurungkan niat bertemu sang sahabat.Namun dia tidak ingin wanita itu mengatainya sebagai pengecut sehingga Davanka ayun langkahnya tegas hingga akhirnya mereka berpapasan.Wanita itu mencekal tangan Davanka menghentikan langkahnya.âMau sampai kapan lo pura-pura enggak kenal sama gue?â Ramona bersarkasme.Davanka masih tetap tenang menatap ke depan.âSampe lo enggak nyinggung sedikitpun tentang gue dalam cerita Anya,â sambung Ramona lalu tertawa sumbang.Sengaja Davanka tid