.
.
.
“Bos. Bagaimana kondisi tangan anda?” Seorang anak buah hari ini berkunjung ke kediaman Rasyid yang ada di pinggiran kota itu.
“Sudah lebih baik. Bagaimana yang lainnya?” Sahut Rasyid balik bertanya kepada anak buahnya itu.
“Sudah lebih baik juga Bos. Hanya beberapa orang saja yang mengalami retak dan patah tulang. Tetapi sebentar lagi, mereka pasti akan sembuh.” Anak buah itu menjelaskan situasi yang ia ketahui kepada Rasyid yang masih berbaring di ranjangnya.
“Baiklah. Apakah kau ada kabar yang lainnya?” Rasyid kemudian bertanya kepada anak buahnya itu. Sudah sebulan, ia menyuruh orang untuk mengawasi Blue Ocean Hill dari jarak jauh. Dan ia ingin mendengar berita tentang kediaman misterius itu.
“Tidak ada Bos. Penguasa itu bahkan tidak pernah keluar rumah. Hanya beberapa karyawannya yang datang untuk mengirimkan dokumen-dokumen. Lalu…”
“Lalu apa? Cepat katakan!” Rasyid menjadi tidak sabar karena anak buahnya itu
. . . Di Pulai Henai, pada pukul 01.00 dini hari, sebuah pesawat terdengar telah mendarat di landasan yang berada tidak jauh dari rumah pantai itu. Bibi Hans yang mendengarnya seketika terbangun dan langsung membuka pintu utama di rumah besar itu. Ia tahu sang Tuan pasti telah datang. Sambil menengok ke arah beranda, ia terus memperhatikan arah jalan yang saat ini telah menampilkan sosok yang sangat dikenalnya. Benar, itu tuannya! Dengan setelan menawan, tuannya itu dengan gagah menyingsingkan jaketnya dan berjalan untuk menuju ke arah rumah itu. Seperti biasanya, tuan-nya itu begitu tampan dan bahkan sangat tampan. Sangat cocok sekali bersanding dengan Nyonya-nya yang begitu cantik. Apabila Nyonya-nya hamil, pasti mereka berdua memiliki anak yang sangat rupawan. Batin bibi Hans di dalam hati sebelum ia menyapa sang Tuan yang baru tiba itu. “Selamat malam Tuan.” Bibi Hans lalu menyapa kedatangannya. “Selamat malam Bi. Dimana Mawar?” Ja
...Siang hari tampak begitu terik di pusat kota. Suasana panas itu pula yang dirasakan oleh Rasyid yang masih tidak tahu keberadaan Mawar. Ia bingung sekali. Ditemani oleh calon kakek mertuanya, ia saat ini sedang berada di ruang tamu untuk menerima informasi dari detektif swasta yang beberapa waktu lalu sempat disewanya.“Informasi apa yang kau dapatkan?” Rasyid bertanya dengan wajah seriusnya. Ia berharap, informasi kali ini sangat valid, karena ia bisa membunuh siapapun yang dicurigainya.“Begini Pak, sewaktu di kampus, Mawar pernah menjadikan seorang pria menjadi budak dan bahkan bertahun-tahun Mawar selalu memeras dan membulinya.” Kata detektif itu yang membuat sang kakek terkejut.“Apa kau bilang? Aku tahu Mawar arogan, tetapi setahuku dia tidak akan seperti itu.” Sahut sang kakek merasa tidak terima. Ia tahu Mawar sangat kasar, tetapi ia tidak suka mendengar ada orang lain yang menfitnah Mawar me
...Sementara itu di pulau Henai, Jayden terlihat mondar-mandir di dalam kamarnya. Ia berpikir kenapa Mawar begitu lama belajarnya? Seharusnya, bukankah para guru itu sudah pulang?! Sambil mengendap-endap ia lalu mengintip pada pintu yang sedikit dibukanya.Shit! Benar. Guru-guru itu masih saja ada disana. Padahal Jayden sudah sangat rindu untuk bertemu dengan istrinya itu. Beberapa waktu menunggu, akhirnya Jayden merasa bosan juga! Meskipun ia sudah mandi sebanyak dua kali dengan air dingin, tetapi pikirannya tidak bisa segar sama sekali. Bagaimana ini, apakah dia harus keluar untuk mengusir guru-guru itu atau tidak? Batinnya dalam hati sambil memegang dagu lancipnya.Setelah memikirkannya beberapa saat, Jayden memantapkan hatinya. Guru-guru itu harus diusirnya! Ini sudah 5 jam Mawar belajar, dan rasanya itu sudah sangat cukup untuk hari ini! Melangkahkan kakinya ke depan, Jayden lalu menyambar gagang pintu di depannya.“Kalian&hell
...Semenjak saat itu, baik Jayden maupun Mawar sama-sama mengunci diri di kamar mereka masing-masing. Mawar dilantai atas dan Jayden di lantai bawah. Bagai sebuah peperangan, mereka berdua tidak bertegur sapa dan tidak berjumpa satu dengan yang lainnya. Bahkan sudah beberapa hari, mereka menolak untuk makan di ruang makan keluarga. Hal itu tentu membuat bibi Hans yang sudah tua merasa sangat cemas.Pertempuran batin itu sudah berlangsung beberapa hari, dan tidak ada penyelesaian diantara mereka. Jayden memilih untuk menahan emosinya dan Mawar memilih untuk diam sampai ia diceraikan. Rumah yang awalnya bahagia itupun dalam sekejap berubah menjadi sebuah neraka. Bibi Hans saja menjadi tidak betah untuk tinggal bersama Tuan dan Nyonya-nya itu.Melihat situasi itu, mau tidak mau Bibi Hans harus mencari sebuah bantuan. Untuk itu ia menghubungi Suseno untuk datang kesana.“Bibi Hans, ada apa?” Setelah memasuki rumah, Suseno be
...Sementara itu Jayden di ruang kerja rahasianya, mencoba untuk melupakan semua yang didengarnya. Mawar, wanita itu, benar-benar brengsek! Berani sekali dia meminta untuk bercerai?!“Shit!!!” Dengan panas hati, Jayden lalu mengumpat Mawar di sela-sela kesibukannya itu. Brengsek! Mawar benar-benar telah membuatnya sangat marah kali ini. Sambil meneguk segelas Vodka, Jayden berusaha menenangkan dirinya tetapi ia tidak bisa.Dunianya sangat kacau dengan kata-kata dari wanita itu. “Ayo kita bercerai.” Kata-kata sialan itu terus saja terngiang di kepalanya yang membuatnya semakin penat. Menyugar rambutnya frustrasi, Jayden kemudian dikejutkan oleh sebuah suara ketukan pintu dari luar.Tok! Tok! Tok!“Masuk” Ucapnya kemudian di-ikuti oleh langkah kaki Bibi Hans yang membawakannya makan siang.“Tuan. Nyonya bilang, dia mau meminjam laptop anda.” Kata Bibi Hans kepada Jayden yang meny
...“Brengsek! Di mana kertas milikku?!” Mawar berteriak sambil mengobrak-abrik seluruh meja belajarnya. Barusaja ia menaruh satu paket lembar kertas kosong berwarna putih di atas meja kamarnya, tetapi sekarang kertas itu tiba-tiba saja menghilang. Dimana dia menaruhnya?! Dengan jengkel Mawar lalu melihat ke kolong tempat tidurnya, lalu ke lemari pakaian, dan juga bahkan ke kamar mandi. Sayangnya, sudah beberapa kali ia mencari tetapi tidak ketemu juga. Sialan! Gerutunya dalam hati.“Bibi Hans, kau itu kemana sih?! Ayo cepat bantu aku mencari kertasnya!” Mawar berteriak dengan sangat kencang dari lantai dua, tetapi Bibi Hans benar-benar menghilang bagai ditelan bumi.Menaruh tangannya ke pinggang rampingnya, Mawar lalu mencoba mengingat-ingat kemana ia terakhir kali menaruh kertas kosong itu. Sepertinya, ia memang menaruh kertas itu di atas meja. Tetapi mengapa kertas itu tidak ada disana?! Dan juga sekotak peralatan menul
...Siang hari tadi, situasi di pantai Henai begitu memanas. Jayden sampai memerlukan waktu berjam-jam untuk menenangkan dirinya sendiri. Meskipun ia sudah mencoba, tetapi mendengar kata perceraian, emosinya selalu kembali meluap. Mawar kali ini benar-benar menguji kesabarannya. Memandangi lantai yang sudah dibersihkan oleh bibi Hans, Jayden kembali teringat dengan kaki wanita brengsek itu yang menginjak serpihan yang sebelumnya ada disana. Shit! Jayden mengumpat di dalam hatinya. Meskipun berkali-kali mencoba, tetap saja ia tidak bisa abai dengan wanita brengsek itu.“Bi!” Panggil Jayden kepada bibi Hans yang segera memasuki kamar miliknya.“Iya Tuan. Apakah ada yang bisa saya bantu?”“Cepat obati luka wanita itu.” Katanya sembari memberikan sebuah kotak obat kepada kepala pelayannya itu.“Eh. Maaf Tuan. Nyonya tidak ada di rumah.” Sahut sang bibi yang membuat Jayden mengernyitkan ali
. . . Mengamati isi cek bernilai puluhan juta dollar itu, Jayden menyipitkan kedua matanya. Sial! Tua bangka itu rupanya telah melangkah lebih jauh dari dugaannya. Batinnya dalam hati dengan begitu geram. Apakah ia mau membeli isterinya hanya dengan puluhan juta dollar?! Sepertinya tua bangka Li terlalu merendahkannya. Meremas selembar cek yang semalam tidak sengaja ditemukannya, Jayden kemudian memikirkan hal lain yang mungkin dilakukan oleh tua bangka itu. Tidak mau berlama-lama, ia lalu segera menuju ke ruang kerjanya untuk membuka perangkatnya. Disana, beberapa monitor kemudian dinyalakannya. Setelah semua siap, ia lalu mengunduh semua rakaman dari sebulan yang telah berlalu ketika dirinya tidak ada di rumah. “Tuan, Nyonya marah-marah meminta kertas, bagaimana?” Bibi Hans terlihat menyela Jayden di ruang kerjanya. “Berikan saja padanya.” Sahut Jayden kemudian. “Tetapi Tuan…” “Berikan saja Bi. Biarkan