Bab 63Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Semalam dia tak bisa tidur dengan nyenyak karena terus saya cuma memikirkan Siti. Rasanya hari ini dia tak bisa melihat wanita itu karena Handi sangat yakin kalau dirinya pasti akan merasa canggung.Suara pintu yang diketuk membuat pria itu menoleh dengan kening yang tampak berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu."Om, Putri boleh masuk?"Setelah Handi mendengar suara celoteh gadis kecil dari balik pintu ruang kerja. Pria itu baru memberi persetujuan."Masuk saja," jawabnya.Untungnya seseorang yang mengantarkan makanan adalah Putri. Andai Siti yang mengantarnya pasti pria itu akan merasa sangat kikuk dan tak bisa mengatakan apapun.Setelah pintu terbuka, Putri berjalan masuk sambil membawa sepiring sarapan. Gadis kecil itu menatap lekat sosok pria yang tampak sibuk mengemas tas kerjanya.Putri lantas meletakkan nampan ke atas meja. "Om sibuk hari ini, ya?" tanyanya penasaran.Handi mengangguk pelan. Bahkan pria itu tak menoleh sama se
Bab 64Siti membuka pintu rumah setelah selesai berbelanja. Wanita itu berjalan seraya menenteng keranjang belanjaannya. Tiba-tiba seorang gadis kecil berlari mendekat sambil mengulas senyum tipis saat melihat ibunya telah pulang."Ibu!"Siti melirik ke arah Putri. Pagi tadi dia memang sengaja tak membawa anaknya untuk ikut pergi berbelanja. Sebab ada banyak barang yang harus dibeli dan Siti yakin kalau dia akan kerepotan jika harus menjaga anaknya juga.Wajah Putri tampak sedikit cemberut. Siti pergi cukup lama dan dia merasa sedikit khawatir. Namun pada akhirnya dia bisa bernapas lega karena ibunya kembali dalam keadaan yang baik-baik saja."Kamu nunggu lama, Put?"Putri mengangguk pelan. Pandangan Siti berlatih menatap sosok wanita yang umurnya jauh lebih tua darinya. Kening Siti tampak berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu."Eh, Bi Yati sudah pulang. Sampai jam berapa, Bi?""Belum lama, kok. Kamu habis belanja dimana, Ti?""Supermarket, Bi. Nggak keburu kalau ke pasar," jel
Bab 65Rosa tampak menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum tipis usai mempresentasikan isi dari proposal yang hendak menjadi pertimbangan dari kliennya. "Untuk contoh jelasnya bisa dilihat di formulir," ujarnya ramah.Pandangan Rosa kini beralih menatap sang atasan yang sejak tadi hanya diam. Awalnya Rosa pikir atasannya itu tengah serius mendengar dirinya bicara, sayangnya dugaan wanita itu salah.Handi sejak tadi justru melamun. Entah kenapa pikirannya melayang. Tapi Rosa yakin kalau ada sesuatu yang terjadi pada atasannya."Saya setuju dengan rencananya proyek kali ini. Tak perlu membuang waktu, saya akan segera menandatangani kontrak kerjanya."Mendengar hal itu, Rosa tak bisa menahan senyum yang kian mengembang. Rosa kini berbalik dan menatap atasannya. Bahkan Handi masih tidak bisa fokus. Rosa mendekat perlahan dan berbisik."Pak Handi," panggilnya lirih. Handi tersentak kaget. Dia baru sadar kalau pikirannya melayang jauh. Pria itu lantas bangkit dari tempat duduknya
Bab 66Handi membuka pintu rumahnya. Baru saja melangkah masuk, pandangan mata pria itu kini beralih menatap sosok gadis kecil yang tengah sibuk mengeja kata perkata yang tertera di bungkus makanan."Bum-bu pe-nye-dap," ejanya lirih dengan serius.Handi menarik sudut bibirnya sedikit. 'Ternyata dia sudah cukup bisa membaca,' batinnya.Meski Putri memang belum terlalu fasih, namun setidaknya dia paham tentang isi tulisannya dan itu cukup untuk ukuran seorang gadis kecil sekitar enam tahunan.Putri yang merasa tengah diperhatikan, lantas menoleh dan kini wajahnya dipenuhi dengan binar penuh kebahagiaan. Diletakkannya bungkus mie instan ke atas meja dan dia lantas beralih dari tempat duduk untuk mendekati Handi.Setelah jarak semakin dekat, Putri memperlambat langkahnya."Kok pulangnya lebih sore, Om?" tanyanya penasaran.Biasanya, Handi sudah sampai di rumah sekitar tiga puluh menit yang lalu. Namun entah mengapa pria itu justru terlambat dan wajahnya juga kuyu karena kelelahan."Ada pek
Bab 67"Apa kamu tidak ada niat untuk menyekolahkan Putri?"Sejurus dengan pertanyaan Handi, Siti tampak membelalakkan matanya. Wanita itu merasa cukup terkejut karena selama ini dia tak membahas apapun mengenai pendidikan Putri. "Maaf? Kenapa Bapak menanyakan hal ini?" tanyanya balik sambil mengerutkan kening.Sejujurnya, Siti merasa kurang nyaman saat hal pribadi dikorek lebih dalam oleh Handi. Walau pria itu memang bersikap baik dan ramah, Siti tetap saja tak nyaman. "Maaf jika pertanyaanku barusan membuatmu tersinggung."Siti menggeleng pelan. "Bapak nggak perlu sungkan. Hanya saja saya heran karena Bapak menanyakan hal ini secara mendadak," pungkasnya."Putri sempat mengatakan sesuatu," ujar Handi."Mengatakan apa, Pak?"Handi perlahan mulai menceritakan soal tanda tanya besar yang sempat muncul dalam hatinya. Lagi, Siti tampak terkejut. Apalagi saat dia tahu kalau suaminya sempat mengatakan sesuatu yang buruk pada Putri.Jelas wajahnya kini tampak memerah. Bukan karena malu,
Bab 68Besok paginya, keadaan masih terasa cukup canggung. Bahkan Siti juga tak banyak bicara sejak semalam. Bukannya dia marah ataupun kecewa pada Handi, Siti hanya ingin menenangkan dirinya sendiri agar tak tersulut emosi.Semalam Siti menatap lekat putrinya yang tengah tertidur. Ada rasa bersalah yang terus muncul. Sebagai seorang ibu, Siti merasa perannya masih kurang. Dia ingin merubah segalanya. Tapi satu hal yang paling penting, Siti ingin membalut luka di dalam diri Putri. Gadis kecil yang tak tahu apapun itu harus menerima banyak hal mengejutkan karena Adi. Handi turun dari lantai atas dan bersiap untuk pergi bekerja. Pandangan pria itu kini beralih menatap sosok wanita yang berada di dapur.'Bagaimana caranya aku bisa menebus kesalahan kemarin?' batinnya.Tiba-tiba seorang gadis kecil mendekat dan membuyarkan lamunan Handi. Putri tampak menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum tipis."Pagi, Om!"Handi mengangguk pelan. Sudut bibirnya tampak terangkat sedikit. Tapi se
Bab 69"Putri sayang Ayah, Ibu. Tapi Ayah nggak sayang Putri," cicitnya.Siti terhenyak mendengar penuturan putrinya. Dia lantas melonggarkan pelukan dan melepasnya. Ditatapnya lekat netra hitam milik Putri."Kenapa Putri ngomong kayak gitu? Ayah sayang kok sama Putri," lirihnya sambil mengusap air mata yang masih menghiasi wajah putrinya.Saat Siti melihat anaknya menangis, dia juga ikut merasakan kesedihan yang begitu kentara. Padahal Putri bukanlah anak yang mudah menangis karena hal-hal sepele. Tapi gadis kecil itu menangis hanya karena berpikir kalau ayahnya tak menyayanginya.Putri menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Kalau Ayah emang sayang sama Putri, kenapa kita diusir dari rumah?"Pertanyaan gadis kecil itu kembali mengejutkan Siti. Dia tak memiliki jawaban atas pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh putrinya.Semenjak diusir dari rumah, ini juga merasa kalau suaminya tak lagi peduli pada dirinya dan juga Putri. Jika Adi memang masih menyayangi anaknya, setidaknya pria
Bab 70Siti tampak mengulas senyum tipis setelah mengirimkan bab terakhir dari novelnya. Tak terasa dia telah meluangkan waktu hingga berhasil memenuhi jumlah kata yang diperlukan untuk mencetak buku."Alhamdulillah, Ya Allah. Akhirnya aku bisa menyelesaikannya dengan tepat waktu," lirihnya.Setelah berpikir beberapa kali pada akhirnya dia memutuskan untuk menandatangani kontrak agar bisa mencetak novelnya.Para pembaca setianya juga bersedia untuk membeli novelnya jika memang akan dibuat sebagai buku.Tak pernah sekalipun terpikir dalam benaknya bahwa karyanya akan menuai banyak penggemar dan juga dilirik oleh salah satu agensi besar yang telah menaikkan nama para penulis.Padahal Siti masih berpikir bahwa karyanya memiliki banyak kekurangan. Tapi untungnya dia mendapat bantuan dari para tim agensi.Tak berselang lama sebuah pesan masuk ke ponselnya. Siti lantas membacanya dengan teliti.[Terimakasih karena telah mengirimkan bab terakhir dari novel 'Cinta di atas Luka'. Kami akan seg
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili