Mobil Lidya baru saja sampai di depan rumahnya yang kebetulan Silvia yang baru keluar dari rumah dan berpapasan dengan Lidya. "Kamu mau kemana Lidya?" tanya Lidya. "Mau ke supermarket Tante, soalnya ada yang mau di beli," jawab Silvia. "Begitu rupanya," sahut Lidya. "Tante sendiri dari mana?" tanya Silvia. "Tadi dari rumah sakit sebentar," jawab Lidya. "Oh. Ya sudah tante kalau begitu Silvia duluan ya," ucap Silvia. "Iya Silvia. Kamu hati-hati," ucap Lidya.Silvia menganggukkan kepala dan langsung pergi memasuki mobil. Saat Lidya ingin memasuki mobil tiba-tiba mobil Mahendra muncul. Lidya tersenyum yang tidak memasuki rumah terlebih dahulu dan menunggu Mahendra sampai Mahendra menghampiri Lidya. "Mama baru pulang?" tanya Mahendra. "Iya Mahendra, Mama tadi ke rumah sakit sebentar hanya untuk bertemu beberapa pasien saja karena Dokter Lia sedang tugas ke Luar Negeri," jawab Lidya. "Begitu rupanya," sahut Mahendra. "Kamu sendiri kembali sekali pulang siang-siang sep
Karin yang sudah menutup mobilnya langsung melihat kearah Silvia yang sejak tadi memperhatikan dia. "Kenapa matamu seperti itu?" tanya Karin tampak dengan sinis yang mendapatkan tatapan seperti itu. "Oh tidak apa-apa," sahut Silvia yang sedikit kaget dengan teguran dari Karin. "Hmmm! kak Karin dari mana?" tanya Silvia basa-basi. Karena dia memang ingin memastikan apa yang terjadi. "Itu bukan urusan mu!" jawab Karin dengan sinis. "Mau aku melakukan apapun itu sama sekali tidak urusanmu. Jadi jangan mencampuri urusanku!" tegas Karin dengan sewot. Silvia yang hanya diam saja dengan apa yang di katakan Karin yang memang seperti itu Karin berbicara. Karin yang tidak banyak bicara lagi langsung masuk kedalam. "Padahal aku hanya bertanya saja kenapa menjawab begitu sewot," batin Silvia dengan menghela nafas. "Tapi kenapa dia begitu mirip dengan wanita yang aku lihat tadi ya. Mungkin itu hanya perasaan ku. Karena postur seperti tubuh Kak Karin memang sangat banyak sekali. Sudahlah unt
Tsamara yang semakin shock dengan apa yang dia lihat membuat Tsamara yang langsung berlari dan yang benar saja, pria yang tidak bisa di kenali siapa wajahnya itu yang terus mengejar Tsamara."Siapa dia?""Apa dia sejak tadi mengikutiku?" batin Tsamara dengan penuh tanya yang terlihat sangat ketakutan yang terus mempercepat larinya dan semakin dia cepat semakin orang tersebut selain dekat yang membuat Tsamara yang semakin takut.Langkah Tsamara terus semakin cepat berjalan dengan langkah yang tertatih-tatih dengan penuh rasa ketakutan yang di kejar orang yang sama sekali tidak dia kenal sama sekali.Jalanan itu justru semakin sepi dan tidak ada satu orang pun yang lewat. Kendaraan bahkan hanya satu-satu yang lewat membuat Tsamara yang benar-benar semakin panik yang terus bergerutu ketakutan dengan wajah panik dan merah. Mata itu begitu semakin takut dengan debaran jantung yang kencang."Siapa orang itu sebenarnya?" "Kenapa dia mengikutiku?""Siapa dia?" Tsamara yang bertanya-tanya de
Mahendra dan Tsamara yang sama-sama bersembunyi yang terlihat panik. Mahendra yang melihat ke arah Tsamara dan melihat Tsamara yang terlihat sangat panik yang sebentar-sebentar melihat ke jalanan. "Kamu mengenal dia?" tanya Mahendra. "Aku tidak mengenalnya dan aku juga heran kenapa dia tiba-tiba mengikutiku," jawab Tsamara yang masih terlihat sangat gugup. Dari wajah itu masih begitu panik yang pasti karena berhubungan dengan apa yang terjadi. "Apa orang itu masih mengejar kita?" tanya Tsamara dengan memeluk tubuhnya yang terasa begitu kedinginan. "Tadi aku sempat melihat lampu mobil dan mungkin mereka masih mengejar," jawab Mahendra. "Apa tujuan dia dan aku lihat dia bukan satu orang?" tanya Mahendra. Dia merasa orang-orang itu tidak berhubungan dengan dia. Mahendra sangat yakin orang-orang itu berhubungan dengan Tsamara. "Aku juga tidak tahu. Seperti yang aku katakan. Aku justru tidak mengenal mereka," jawab Tsamara. "Aku akan telpon Polisi!" ucap Mahendra yang langsu
Tsamara yang begitu kedinginan dengan tubuh yang sangat menggigil, bibir memucat dan wajah tampak memerah yang sudah tidak bisa menjawab pertanyaan Mahendra. Dia hanya bisa melihat mata pria yang memerah itu terlihat sangat khawatir. "Tsamara kamu harus bertahan!" pinta Mahendra dengan suara lembut yang berusaha untuk menguatkan Tsamara. Tangan Mahendra menyatukan kedua telapak tangan Tsamara lalu menyatukan kedua tangannya yang mengusap-ngusap punggung tangan itu untuk mengurangi rasa dingin di tubuh Tsamara. Tidak lupa Mahendra juga membuangkan nafasnya pada tangan Tsamara yang melakukan tindakan agar Tsamara baik-baik saja. "Kita akan pergi dari sini!" ucap Mahendra. "Kamu harus bertahan sebentar lagi. Percaya padaku!" suara itu semakin jauh terdengar Tsamara. Karena dia yang sudah tidak mampu untuk berbicara apa-apa. Dia begitu sangat lemah dan sudah tidak memiliki tenaga. Mahendra yang langsung memeluk erat Tsamara yang memberikan kehangatan pada tubuh wanita yang
Tsamara yang sudah mulai merasa enakan akhirnya memilih untuk pulang kerumah. Tsamara yang pulang menggunakan Taxi dan sebelumnya pasti itu sudah dipesankan oleh Suster ternyata dipercayakan Mahendra. Tsamara mengetahui jika Suster itu berusaha melindungi Tsamara dan memastikan Tsamara untuk sampai ke rumah. Tsamara sama sekali tidak menolak.Tsamara yang turun dari taxi dan langsung memasuki toko yang pagi-pagi seperti ini pasti sudah buka dan sudah banyak orang-orang berkunjung seperti biasa yang sekedar nongkrong sembari menikmati kopi dan juga memakan roti. "Tsamara!" tegur Indah yang melihat Tsamara pulang tampak sangat linglung."Kak Indah!" sahut Tsamara. Indah yang langsung menghampiri Tsamara."Kamu kenapa Tsamara?" tanya Indah yang memang bisa melihat ada yang tidak beres pada Tsamara."Kamu terlihat sangat pucat. Apa kamu sakit dan Kenapa tadi malam kamu tidak pulang?" tanya Indah."Maaf kak Indah. Tsamara menginap di rumah om Bayu," jawab Tsamara bohong."Begitu rupanya,"
"Lain kali hati-hati berjalan!" ucap Mahendra.Tsamara merasa jika pria yang dihadapannya itu adalah pria yang sangat berbeda. Berbicara begitu lembut dan memiliki arti rasa khawatir begitu dalam. Mahendra yang tidak mengatakan apa-apa lagi langsung pergi dari harapan Tsamara."Terima kasih!" langkah Tsamara berhenti ketika mendengar ucapan terima kasih itu. Mahendra yang menoleh kearah Tsamara."Kamu sudah menyelamatkanku malam itu. Apapun itu aku harus mengucapkan terima kasih dan kamu juga membawaku ke rumah sakit," ucap Tsamara.Boleh membenci. Tetapi dia juga adalah wanita yang tahu diri dan memang semua karena Mahendra yang telah menyelamatkan dia dan kata terima kasih wajib diucapkan Tsamara."Yang penting kamu tidak apa-apa," ucap Mahendra.Tsamara menganggukkan kepala. Dalam situasi seperti itu memang membuat Tsamara yang lumayan canggung."Permisi!" Tsamara menundukkan kepala dan langsung pergi dari hadapan Mahendra. Mahendra yang masih melihat kepergian Tsamara dengan eksp
Tsamara yang berada di kantin Perusahaan yang sekarang sedang makan siang bersama Lusi. Mereka yang duduk saling berhadapan dengan menikmati makanan tersebut."Lusi!" tegur Tsamara."Iya kenapa?" tanya Lusi."Pembahasan saat rapat tadi menurutku sangat menegangkan. Padahal hanya mengeluarkan ide biasa saja. Tetapi begitu di pertimbangkan oleh pak Mahendra," ucap Tsamara Yang sepertinya sudah mulai mengorek-ngorek informasi yang ingin dia dapatkan. "Ya harus di pertimbangkan Tsamara. Jika tidak kejadian yang kedua kali bisa terulang kembali," jawab Lusi."Kejadian! kejadian apa?" tanya Tsamara dengan alis terangkat."Hmmm, memang kamu tidak tahu. Jika kakak ipar pak Mahendra pernah membuat Perusahaan ini hampir hancur karena penggelapan dana yang besar-besaran yang telah dia lakukan," ucap Lusi."Benarkah!" sahut Tsamara."Iya. Pak Alex. Dia salah satu menjadi orang kepercayaan pak Mahendra. Padahal dia sangat baik dan merupakan pemimpin yang sangat bijaksana, dia juga dikenal sebaga
Setelah menghabiskan malam pertama mereka berdua Mahendra dan Tsamara yang melanjutkan dengan bermain-main di pinggir pantai. Tsamara yang tampil begitu anggun menggunakan dress putih sampai mata kakinya yang sekarang berlari-lari dikejar-kejar Mahendra yang juga menggunakan setelan kemeja berwarna putih dengan celana pendek berwarna coklat susu. Pasangan itu sama sekali tidak hentinya saling bercanda satu sama lain.Sekarang Mahendra yang memutarkan tubuh sang istri dengan menggendongnya yang membuat Tsamara terus saja berteriak dengan kedua tangannya berada di leher Mahendra.Kedua tangan Mahendra yang berada di bawah pantat Tsamara yang menggendong istrinya itu dan sesekali Tsamara merentangkan tangannya dan sampai akhirnya menempelkan dahinya di dahi Mahendra. "Kamu sangat bahagia?" tanya Mahendra.Tsamara menganggukkan kepalanya."Bagaimana mungkin aku tidak bahagia dan aku juga tidak bisa menggambarkan kebahagiaanku seperti apa," jawab Tsamara."Aku juga sangat bahagia," sahut
Acara pernikahan yang telah selesai. Mahendra dan Tsamara yang sekarang berada di dalam kamar Hotel. Kamar pengantin pada umumnya yang penuh dengan suasana romantis. Tempat tidur king size dengan sprei berwarna putih yang ditaburi dengan kelopak mawar yang dibentuk dengan love dan di bagian tengahnya terdapat dua angsa yang saling berhadapan. Selain itu juga terdapat banyak tangkai mawar yang berada di atas lantai yang menambah suasana kamar tersebut yang semakin romantis dan belum lagi dengan lampu yang tidak terlalu terang dan juga tidak terlalu gelap. Di tambah dengan aroma kamar tersebut yang begitu khas dan sangat menyejukkan. Tsamara yang duduk di depan cermin yang sedang menyisir rambutnya. Setelah acara pernikahan yang sangat melelahkan itu selesai. Tsamara langsung membersihkan diri agar terlihat fresh. Dia sudah mandi dan tidak lupa keramas yang juga sudah melepas gaun pengantinnya dengan baju tidur berwarna merah mencolok yang panjang sampai mata kaki. Krrekkk Su
"Itu calon istrimu!" tunjuk Andre yang membuat Mahendra langsung menoleh. Mahendra melihat calon istrinya berjalan begitu cantik dan anggun yang didampingi oleh sahabat-sahabatnya. Tsamara terlihat sangat tenang dengan memegang buket bunga di tangannya. Mahendra sampai tidak berkedip melihat calon istrinya yang benar-benar seperti bidadari yang sangat cantik.Bukan hanya mata calon suami yang tidak berkedip melihat pengantin yang sangat cantik itu. Semua tamu undangan juga langsung tertuju pada Tsamara yang benar-benar harus memuji kecantikan Tsamara. Mereka tidak tanggung-tanggung yang pasti berbisik-bisik membicarakan Tsamara yang pasti mengagumi calon pengantin tersebut. "Ngedip woy!" tegur Andre yang membuat Mahendra tersentak dengan dirinya yang tersenyum geleng-geleng. Bagaimana dia bisa berkedip jika calon pengantinnya saja seperti itu."Tenang bentar lagi kamu akan bisa menatapnya secara dekat dan tidak perlu khawatir akan hal apapun," sejak tadi Andre terus saja menggoda Ma
Hari Pernikahan. Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu datang juga. Hari pernikahan Tsamara dan Mahendra. Pernikahan mereka yang diadakan secara order di salah satu tempat yang sudah di dekor dengan seindah mungkin yang sesuai dengan keinginan Tsamara dan Mahendra. Tempat pernikahan itu sudah mulai dikunjungi para tamu yang berdatangan yang turut menghadiri acara sakral tersebut. Dengan susunan bangku yang rapi yang berwarna putih yang sudah disusun sedemikian rupa. Tidak lupa dengan paduan dekorasi yang indah dengan bunga berwarna putih yang dipadukan dengan pink. Para tamu undangan yang benar-benar dimanjakan dengan pemandangan yang sangat indah itu. Sementara Tsamara yang masih berada di salah satu ruangan yang khusus untuk pengantin wanita yang masih sedang di make up. Tsamara juga terlihat sangat cantik menggunakan gaun panjang berwarna putih tanpa lengan. Gaun Indah itu sampai menyapu lantai. Tsamara yang berdiri dengan memegang bunga dan menatap dirinya di cermin. Ame
Tsamara yang berada di dalam kamar yang baru saja selesai dari kamar mandi dan menghampiri cermin yang seperti biasa sebelum tidur memakai skin care terlebih dahulu. Ponsel Tsamara yang berdering membuat Tsamara yang langsung melihat panggilan masuk tersebut yang ternyata dari Mahendra. "Kenapa dia menelpon? apa ada sesuatu?" tanyanya dengan rasa penasaran. Tanpa berpikir panjang yang akhirnya Tsamara mengangkat panggilan telepon tersebut. "Hallo!" sapa Tsamara."Kamu sedang apa?" tanya Mahendra dengan suara yang sangat lembut. Tsamara pasti sangat merindukan suara yang berbicara itu. "Ingin tidur," jawab Tsamara."Kamu bisa tidur dan kamu tahu tidak tahu, bahwa aku sama sekali tidak bisa tidur," ucap Mahendra."Oh iya. Memang kenapa?" tanya Tsamara "Bagaimana aku bisa tidur jika beberapa hari ini kita tidak pernah bertemu dan bahkan baru kali ini aku menelpon kamu. Walau dilarang berkomunikasi dengan kamu. Ternyata hal itu membuatku tidak tahan dan mau tidak mengulur menghubungi
Tsamara begitu sangat bahagia mendapatkan kejutan dari sahabatnya. Tsamara sampai meneteskan air mata yang mungkin tidak bisa berkata-kata dengan apa yang telah diberikan sahabatnya kepada dia. Sangat wajar dalam situasi seperti itu dia sangat terharu."Kamu oke Tsamara?" tanya Rora yang mendapati sang sahabat menegaskan air mata.Tsamara hanya menganggukkan kepala dengan terharu."Tapi aku melihat kamu tidak baik-baik saja. Kamu sampai meneteskan air mata. Apa kita melakukan kesalahan?" tanya Rora dengan panik.Tsamara menggelengkan kepala, "kalian sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun. Bagaimana aku tidak meneteskan air mata dengan keadaan yang sekarang aku dapatkan. Selama ini aku hanya punya kalian bertiga. Aku bersama dengan Amel perjuangan kami yang besar dan perjuangan itu juga tidak mudah. Aku mengenal kamu Rora yang selalu memberikan dukungan kepadaku. Kamu juga Karin. Di luar semua yang terjadi. Kamu adalah orang satu-satunya yang sangat mengerti aku dan terus memberi
Setelah melakukan semua kegiatan Mahendra dan Tsamara yang akhirnya hari ini Tsamara dan Mahendra yang sudah sampai di depan rumah Tsamara dengan mereka berdua yang masih berada di dalam mobil. Mahendra memegang tangan Tsamara dengan tersenyum pada Tsamara."Sebentar lagi kita berdua akan menikah," ucap Mahendra yang membuat Tsamara menganggukkan kepala."Kata kak Indah menjelang hari pernikahan kita tidak boleh bertemu dulu," ucap Tsamara yang membuat Mahendra mengkerutkan dahi."Kita tidak boleh bertemu!" tanya Mahendra memastikan. Tsamara menganggukkan kepala."Kak Indah mengatakan jika hal itu pamali menghindari hal-hal yang tidak terduga. Jadi kita berdua jangan bertemu sampai pernikahan minggu depan dan lagi pula persiapan pernikahan kita sudah sampai 95%. Kita sudah menyiapkan lokasi pernikahan, undangan pernikahan, catering dan hal-hal lainnya," ucap Tsamara."Tapi masa iya kita tidak bertemu selama satu minggu," sahut Mahendra yang sangat keberatan dengan keinginan Tsamara.
Setelah seharian Mahendra dan Tsamara bersama mengurus segala persiapan pernikahan mereka berdua yang akhirnya sekarang pasangan itu yang berada di dalam mobil yang berhenti di kediaman Mahendra."Ayo turun!" ajak Mahendra."Memang kita harus mampir lagi ya?" tanya Tsamara yang mungkin terlihat begitu capek dan rasanya ingin pulang saja. "Sebentar saja Tsamara. Ada yang ingin dikatakan mama kepada kamu dan mungkin saja mama harus mengatakan sekarang," ucap Mahendra yang membuat Tsamara menghela nafas.Mahendra yang langsung meraih tangan kekasihnya itu."Kamu capek ya seharian?" tanya Mahendra yang membuat Tsamara menganggukkan kepala dan memang benar-benar begitu capek dan sangat melelahkan."Bagaimana? kalau kamu menginap saja di rumah. Besok kamu baru pulang?" tanya Mahendra memberikan saran. "Mana boleh seperti itu," sahut Tsamara membuat Mahendra mengkerutkan dahi. "Kenapa?" tanya Mahendra heran."Kita belum menikah dan aku tidak mau menginap di rumah calon suamiku," ucap Tsam
Tsamara yang tiba di rumahnya dan ingin memasuki kamar yang bersamaan dengan Amel yang juga baru pulang. "Aku pikir kamu sudah kembali sejak tadi," ucap Tsamara yang memang tadi Amel duluan pulang terlebih dahulu bersama dengan Mahendra dan ternyata mereka bahkan malah sampai berbarengan dan padahal Tsamara dan Mahendra tadi tidak langsung pulang. "Iya aku memang baru sampai," jawab Amel."Memang kamu habis dari mana?" tanya Tsamara kebingungan."Tadi aku sama Andre mampir sebentar ke minimarket. Aku membeli beberapa cemilan yang memang stoknya sudah habis," jawab Amel "Hmmm, aku lihat kamu dan Andre belakangan ini sangat dekat. Apa akan ada hilal setelah ini," ucap Tsamara yang menatap curiga sahabatnya itu. "Hilal apa maksud kamu Tsamara. Kamu itu ada-ada saja!" ucap Amel dengan geleng-geleng kepala."Ya, hubungan kalian berdua itu sangat tidak biasa dan bukankah wajar aku mempertanyakan hal itu dan siapa tahu saja kalian berdua memiliki hubungan yang spesial yang tanpa aku keta