“Masa lalu mana yang kamu maksud?” tanya Hanzel dengan tatapan bingung. “Milea,” jawab Jill, “kamu masih mengharapkannya, Hanz.” “Aku dan dia sudah berakhir,” balas Hanzel meyakinkan. “Tidak, tatapan matamu cukup menunjukkan jika masih ada cinta untuknya, Hanz. Jangan mengelak dari hal itu, jangan menyakiti dirimu, diriku, atau dia dengan keputusan spontanmu. Meski aku menyukaimu, tapi bukan berarti aku bisa mengesampingkan perasaan orang lain. Aku tidak begitu. Sejak melihat tatapanmu kepadanya, aku tahu kalau dia masih memiliki tempat di hatimu.” Jill menatap Hanzel penuh keseriusan. Dia mencintai pria itu sejak pertama kali bertemu, tapi Jill memiliki alasan lain untuk tak egois dengan perasaannya. “Itu hanya pemikiranmu saja. Berhenti membahasnya, aku hanya berusaha untuk mengakhiri perasaanku kepadanya, apa salah jika aku ingin membuka hati untuk orang lain?” Hanzel menatap Jill untuk terus meyakinkan. “Tidak ada yang salah dengan itu, Hanz. Hanya saja, akan ada yang dikorb
Hanzel sangat terkejut dengan yang dilihat. Dia langsung mendekat dan mengambil Kainan dari pelukan Milea. Milea sangat syok melihat Hanzel di sana, apalagi pria itu langsung menggendong Kainan. “Kita bawa ke rumah sakit,” ucap Hanzel tanpa berpikir lama. Hanzel setengah berlari sambil menggendong Kainan menuju mobilnya. Milea ikut berlari di belakang Kainan dengan air mata yang terus mengalir. “Masuklah!” perintah Hanzel. Milea masuk ke bagian belakang, lantas Hanzel meminta Milea memangku Kainan. Setelah memastikan Milea memangku dengan benar. Hanzel segera masuk ke belakang kemudi, lantas melajukan mobil menuju rumah sakit. Sesekali Hanzel melirik dari spion tengah. Dia melihat Milea yang masih menangis sambil memeluk erat bocah laki-laki itu. Sesampainya di rumah sakit. Hanzel yang menggendong Kainan keluar dari mobil, lantas buru-buru membawa ke IGD diikuti Milea yang sudah lemas karena panik dan ketakutan. Perawat dan dokter jaga langsung mengambil alih Kainan, mereka l
“Kita tak seharusnya pergi ke pesta malam itu,” ucap Milea akhirnya mau membahas masa lalu. Milea dan Hanzel kini duduk di ruang inap Kainan sambil membahas masa lalu. “Karena kejadian itu? Bahkan karena ketidaksengajaan itu?” Hanzel menatap Milea yang duduk di seberangnya. Milea awalnya menatap Kainan, lantas beralih menatap Hanzel yang sudah memandangnya. “Iya, aku lupa sedang berada di fase masa subur, Hanz. Aku tidak pernah menyesal, hanya saja ….” Milea menghentikan ucapannya, lantas kembali menatap Kainan. “Hanya saja apa?” tanya Hanzel penasaran. Milea kembali menatap Hanzel, lantas tersenyum tipis. “Aku tidak bisa memberitahumu saat tahu hamil. Ada mimpi yang harus kamu gapai, sedangkan orang tuaku sempat tak menginginkannya. Saat itu, sulit bagiku membuat keputusan,” ujar Milea menjelaskan. Hanzel terkejut mendengar ucapan Milea, tapi dia tak mau memotong apa yang diucapkan wanita itu. “Papa murka. Jika aku menyebut namamu, maka aku yakin semua impianmu dan orang tuam
“Hanz!” Aruna begitu syok sampai kepalanya pening mendengar pengakuan Hanzel. Ansel hanya menggaruk kepala karena bingung dengan yang terjadi. Hanzel menemui Aruna dan Ansel, dia merasa jika bisa bicara dulu dengan mereka sebelum membicarakan soal Kainan ke keluarganya. “Jangan bercanda, Hanz. Jangan karena kamu sangat mengharapkan Milea, kamu mengaku-ngaku kalau anak Milea itu anakmu,” ujar Aruna masih menyangkal pengakuan Hanzel. “Aku tidak mengaku-ngaku. Kainan mirip denganku saat kecil, golongan darah kami pun sama, bahkan Milea mengakui kalau anak itu, anakku,” balas Hanzel meyakinkan. Aruna dan Ansel saling tatap mendengar ucapan Hanzel. Mereka benar-benar tak menyangka jika Hanzel memiliki anak dari Milea. “Jika memang itu anakmu, lalu sekarang kamu ingin melakukan apa? Kamu akan memberitahu kedua orang tuamu?” tanya Aruna. “Aku harus memberitahu mereka, karena itu aku ke sini meminta pendapat kalian. Aku tidak mungkin membiarkan Milea terlantar lagi, sudah cukup dia meng
“Hanz!” Cheryl sangat terkejut mendengar pengakuan putranya.“Jangan bercanda, Hanz.” Orion juga sangat terkejut mendengar pengakuan putranya itu.Hanzel melihat kedua orang tuanya yang sangat syok, bahkan sang mami sampai memegangi dada karena sangat terkejut.“Aku tidak bercanda. Aku juga baru tahu hari ini. Dia memang anakku, dari segi wajah sama, bahkan golongan darah pun sama,” ujar Hanzel meyakinikan.“Hanz!” Cheryl mendadak seperti terkena serangan jantung karena dadanya terasa sesak.Orion yang mengetahui hal itu buru-buru mengambil air agar sang istri agak tenang.Hanzel sangat cemas melihat sang mami yang sangat syok. Dia menatap sang mami yang sedang minum, sebelum kembali meyakinkan.Orion menatap Hanzel yang tampak tenang. Dia sampai menghela napas kasar.“Kamu tidak bercanda, Hanz? Jangan bilang kamu mengakui untuk suatu tujuan saja,” ucap Orion masih mencoba tenang meski hatinya tak karuan mengetahui putranya mempunya anak di luar nikah.“Aku tidak bercanda, Pi. Dia ben
“Bagaimana bisa tertabrak? Mama sudah bilang, biarkan Kai di rumah, kamu ngotot ngajak dia ke toko. Lagi pula, apa toko perhiasan kurang mencukupi untuk biaya hidupmu? Apa jatah dari mama kurang untuk jajannya Kai?” Milea malah kena sembur sang mama karena kelalaiannya menjaga Kainan menyebabkan kecelakaan. “Kai yang ingin ikut, Ma. Lagi pula Kai tak betah di rumah. Dia tak mau dekat dengan Mama atau yang lainnya, lalu apa aku harus meninggalkannya di sana, membuatnya sedih karena kutinggal?” Milea tak mau disalahkan secara sepihak oleh sang mama atas kejadian yang menimpa Kainan. “Papa yang bilang kalau aku tidak boleh bergantung dengan siapa pun jika bersikukuh mempertahankan Kai. Sekarang, apa aku salah kalau bekerja keras demi masa depan Kai? Aku juga tidak pernah minta uang dari Oma atau nenek, bahkan sama Mama dan Papa juga tidak. Apa aku salah lagi? Mama yang mau ngasih uang untuk Kai, tapi aku tak pernah memakainya. Aku membelikan segala kebutuhan Kai dengan uangku sendiri!
“Kai tidak boleh bilang begitu. Pa … Paman datang ke sini karena maksud baik. Lihat, mama dibawakan makanan dan minuman. Paman ke sini bukan untuk berbuat jahat,” ucap Milea menjelaskan. Awalnya dia ingin menyebut nama papa, tapi diganti paman karena tak ingin membuat Kainan bingung.Hanzel terkejut mendengar Milea menyebutnya paman, tapi dirinya tak memprotes karena yakin Milea punya alasan.Kainan menatap Hanzel yang berdiri di samping ibunya, dia memalingkan muka seolah tak suka dengan pria itu.Hanzel menoleh Milea yang menggelengkan kepala. Dia tak tahu apa maksudnya, tapi Hanzel tak mau memaksa.Kainan tak mau bicara karena ada Hanzel. Milea sendiri bingung harus bagaimana, hingga akhirnya meminta Hanzel untuk menunggu lebih dulu sampai emosi Kainan terkendali.“Kenapa Mama membiarkan orang itu di sini? Dia sudah jahat ke Mama. Dia bentak Mama sampai sedih,” ucap Kainan sambil menatap Milea yang duduk di samping ranjang.Milea terkejut mendengar ucapan Kainan. Dia pun menggengga
“Apa?”Bintang sangat terkejut mendengar cerita sang adik. Tiba-tiba saja adik dan iparnya datang, lantas membahas soal anak Hanzel yang tentunya membuat Bintang sangat syok.Aruna dan Ansel hanya diam karena mereka sudah tahu tapi memilih berpura-pura tidak tahu.“Aku juga sangat terkejut sepertimu saat pertama kali mengetahuinya,” ucap Cheryl saat melihat keterkejutan kakak iparnya itu.Bintang benar-benar tak menyangka jika Hanzel akan sampai punya anak di luar nikah.“Lalu, kalian menyalahkan atau memarahinya?” tanya Langit sambil menatap Orion dan Cheryl bergantian.“Kalau marah itu sudah pasti,” jawab Cheryl.“Tapi kami juga tidak egois. Bagaimanapun Hanz juga harusnya bertanggung jawab karena dia menyukai wanita itu juga,” timpal Orion.Langit mengangguk-angguk mendengar jawaban sang adik.“Lalu, apa kalian sudah tahu wanita itu dari keluarga mana?” tanya Bintang penasaran.“Sudah,” jawab Orion.“Wanita itu masih keluarga dari menantumu,” timpal Cheryl.Bintang dan Langit langs