Mo Tian menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh pelayan Chi'er itu dengan sempurna. Namun tiba-tiba dirinya memikirkan sesuatu hal yang membuatnya dapat tersenyum lebar. 'Ini adalah pelelangan. Lalu mengapa aku tidak melelang suatu barang dan justru hanya mengikutinya saja? Bukankah ini terlalu tidak menarik dan kurang menguntungkan?' Mo Tian berkata kepada dirinya sendiri dan mengutuk akan kebodohannya, padahal biasanya dalam setiap pelelangan yang diadakan di tempat-tempat yang dia kunjungi, dirinya selalu akan membuat kehebohan dan juga keuntungan. Setelah selesai dengan acara tanya jawab untuk mengisi kartu member pelelangan, Mo Tian kemudian menatap intens ke arah pelayan Chi'er tersebut sehingga membuatnya sedikit salah tingkah. "A-ada apa Tuan Muda Chi'er begitu? Apakah jr telah melakukan kesalahan?" tanyanya dengan gugup. "Ha-ha-ha.. Tidak-tidak. Aku tiba-tiba saja mendapatkan sebuah ide untuk ikut melelang suatu barang. Apakah Tuan Muda ini bisa bertemu dengan
Mata Nona Muda Ling membulat sempurna dan mulutnya tidak dapat lagi berkata-kata ketika menyaksikan sebuah pemandangan yang baru pertama kali sepanjang hidupnya dia lihat di depannya.Buah Abadi!Buah yang hanya akan tumbuh di Alam Dewa dan menjadi buah terlarang, buah yang memiliki sejuta manfaat dan paling hebat jika digunakan untuk menaikkan basis kultivasi yang macet, buah yang menjadi incaran bagi siapapun makhluk hidup meskipun itu adalah hewan biasa sekalipun.Dengan mengkonsumsi buah tersebut maka tidak akan pernah ada yang namanya timbal balik atau sebab akibat buruk!Itulah.. Mengapa Nona Muda Ling yang memiliki nama asli Choi Ling sampai berekspresi sedemikian rupa. Dia terlalu terkejut dengan penglihatannya. Bahkan tubuhnya saat ini terasa membeku karena hasrat ingin memiliki yang meledak seperti bom di dalam hatinya.Namun Nona Muda Ling langsung tersadar dari lamunannya tersebut ketika mengingat kembali aura penekanan yang sebelumnya sengaja diledakkan oleh pemuda di had
"Aku juga tidak tahu namun sepertinya dia memiliki identitas yang tidak biasa. Mungkinkah dia berasal dari tempat itu?" teman yang ada di sebelah pengunjung tersebut memberikan tanggapannya.Ketika kata tempat itu disebutkan oleh temannya, pengunjung tersebut langsung terdiam dan menerka-luka akan suatu hal yang cukup besar sebentar lagi terjadi."Itu mungkin saja, karena Hanya mereka yang berasal dari tempat itu saja yang mendapatkan pelakuan khusus dari seluruh penghuni Alam Neraka!" Ujar si pengunjung kepada temannya."Tapi, Apakah kamu tidak heran mengapa orang yang berasal dari tempat itu jauh-jauh berkunjung ke tempat terpencil seperti Kota Moheng ini?""Kemungkinan akan ada barang spesial yang akan dilelang esok sehingga menarik perhatiannya. Tapi sampai saat ini aku belum juga mendapatkan kabar barang tersebut!" si pengunjung yang juga merupakan salah satu orang berkedudukan cukup tinggi merasa sangat keheranan."Lelang akan diadakan lusa, kemungkinan kabar tersebut baru akan
Sebagai salah satu Raja dari ras yang memiliki watak sangat keras sekaligus gampang sekali emosi, Raja Iblis Wuya San sangat marah karena Paviliun Perdagangan Cabang Kota Moheng sama sekali tidak memberikannya kabar padahal pola tersebut berada di wilayah kekuasaannya.Raja Iblis Wuya San bahkan tidak mau mendengarkan penjelasan dari menterinya yang ingin mengatakan bahwa sebenarnya bukan hanya Raja Iblis penguasa Kerajaan Gunung Setan saja yang tidak dikabari namun bahkan Kaisar Iblis sekalipun tidak mendapatkannya, dikarenakan pemilik dari Buah Abadi tersebut tidak ingin menonjolkan diri atau diketahui identitasnya."Yang Mulia Raja-..""Diam kau, Menteri Quo Zhen! Aku tidak ingin lagi mendengarkan penjelasan apapun darimu atau dari siapapun. Aku masih sangat emosi saat ini!" Raja Iblis Wuya San memotong ucapan dari Menteri Pertahanan Kerajaan Gunung Setan, Quo Zhen.Menteri Quo Zhen tentu saja langsung terdiam seribu bahasa dan tidak berani lagi untuk angkat bicara atau nasibnya ak
Selain di Kerajaan Gunung Setan dan Kekaisaran Iblis, di 3 kerajaan iblis lainnya serta para walikota dan menteri-menteri juga memiliki ketertarikan yang sama.Ya, tentu saja tertarik dengan Buah Anggur Putih Abadi yang tiba-tiba muncul di pelelangan Paviliun Perdagangan Cabang Kota Moheng padahal buah tersebut hanya akan tumbuh di Alam Dewa.Semua orang sibuk dengan mempersiapkan bekal atau lebih tepatnya uang sebanyak mungkin agar dapat memenangkan pertarungan harga pada pelelangan akbar tersebut, namun justru pemuda dengan topeng separuh wajah yang merupakan pelaku yang menciptakan kegemparan tersebut justru saat ini sedang asik-asikan bersantai di sebuah kamar penginapan jangan disewanya.Pemuda itu tampak sedikit menggeliatkan tubuh kesana kemari karena saat ini dirinya sedang menyewa jasa pelayanan pijat dari beberapa pelayan penginapan yang memang menyediakan hal tersebut.Setelah selesai dengan kegiatan tersebut dan membayarnya dengan beberapa batu roh tingkat rendah, Mo Tian
Kheugh!Brukk!Baik Walikota Luanli Kiu Bei dan pamannya Kiu Shi langsung saja memuntahkan seteguk darah dan tersungkur dalam posisi terlentang karena tidak kuasa menahan ledakan aura penekanan yang muncul bersamaan dengan menggemanya suara serak sebelumnya.Ranah Dewa Raja Tahap Awal? Bahkan mereka-mereka yang menjadi para pemimpin kota besar yang juga ikut hadir dalam acara tersebut dan memiliki kultivasi Ranah Dewa Kaisar Tahap Awal dan Menengah saja pasti akan dibuat tertekan sedemikian rupa, apalagi ini hanyalah semut di atas Ranah Dewa Langit? Sungguh ulah dari Walikota Luanli ini benar-benar mencari kematiannya sendiri."T-tuan.. Tolong ampuni kami.." Ucap Kiu Shi dengan terbata-bata. Dia sudah tidak dapat lagi menahan tekanan tersebut untuk waktu yang lebih lama.Kheugh!Kiu Shi kembali memuntahkan standar darahnya lalu pingsan setelahnya. Sedangkan untuk si keponakan atau lebih tepatnya Walikota Luanli, dia masih bisa bertahan cukup lama mengingat kekuatannya memang berada le
Mui Juzi yang melihat tuannya tertawa dengan senang juga ikut senang di buatnya. Sudah cukup lama baginya tidak melihat Yang Mulia Kaisar Dewa Ling mengekspresikan hal yang sedemikian rupa.Sebenarnya Mui Juzi dapat meningkatkan kekuatannya hingga Ranah Dewa Penguasa di dalam Dunia Jiwa ke tingkat yang lebih tinggi lagi karena bakatnya yang ternyata sangat mengerikan. Namun Mo Tian memintanya untuk berhenti berlatih sebab keberadaannya saat ini dibutuhkan untuk menjadi pengawalnya di dalam pelelangan.Setelah menyiapkan segala hal yang dibutuhkan, Mo Tian dan Mui Juzi beserta Jingshen Wangzhi yang ada di dalam bayangannya segera pergi meninggalkan penginapan menuju ke Paviliun Perdagangan.Ketika mereka sampai, seringai tipis segera terpancar dari sudut bibir Mo Tian karena melihat betapa ramainya gedung tersebut dan berbagai jenis macam kultivator iblis dari mulai ranah tingkat rendah hingga ranah yang sangat tinggi yaitu Ranah Dewa Kaisar ada di sana.Mui Juzi yang saat ini menemani
Mo Tian dengan senyuman tipis terpancar dari sudut bibir yang ada di balik topengnya mengeluarkan beberapa buah Abadi yang terdiri dari Labu Kristal, Apel Perak dan terakhir Buah Bodhi. Mata Pimpinan Tertinggi Paviliun Perdagangan Pusat Choi Du langsung terbelalak ketika melihat pemandangan menakjubkan tepat di depan matanya. Terlintas jejak keserakahan pada sorot matanya namun tiba-tiba di detik berikutnya dia langsung memuntahkan seteguk darah karena merasakan ledakan aura yang memancar dari tubuh pelayan pemuda bertopeng separuh wajah di hadapannya. "Uhuk!" "Buang sifat serakah mu itu, Pak Tua! Atau pengawalku akan benar-benar membunuhmu!" Mo Tian berkata dengan ekspresi wajah yang telah berubah menjadi dingin dan tatapan tajam menatap Choi Du. Choi Du segera tersadar dari sifat buruknya itu dan buru-buru meminta maaf atas apa yang dilakukannya. Tubuhnya juga bergetar hebat karena tidak percaya dengan aura pria paruh baya pengawal Mo Tian yang sebelumnya sengaja hanya ditujukan
Tuan Muda Yui Cheng hanya bisa menggelengkan kepala serta menghela nafas panjangnya ketika melihat ekspresi wajah dari iblis muda yang mengenakan topeng separuh wajah di hadapannya.Dia mungkin bisa menganggap bahwa pemuda itu benar-benar telah gila karena ingin menuju suatu tempat di mana tempat tersebut justru hanya akan menjadi kuburannya. Setor mati saja, jika dalam pembahasaan gampangnya. Tuan Muda Yui Cheng tidak lagi membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan Makam Sejuta Pedang ataupun membujuk iblis muda di depannya agar tidak mendatanginya. Dia merasa akan sangat sia-sia saja. Namun dalam hatinya ada sedikit harapan yang timbul agar pemuda gila ini akan selamat seperti halnya sang jenius sejati di seluruh Alam Neraka alias Yang Mulia Kaisar Iblis, Mogui Tufui.Selesai dengan hidangan yang disajikan, Mo Tian kemudian pamit undur diri kepada Yui Cheng dengan alasan ingin beristirahat, karena merasakan sedikit kelelahan akibat melakukan latihan bersama dengan Patriark Yui Qui
Di Klan Yui.Mo Tian yang tidak tahu dengan rencana Patriark Klan Wen serta putranya Wen Danye yang akan melakukan hal sama dengan apa yang dilakukan oleh Patriark Yui Qui ketika dirinya berkunjung ke Klan Wen suatu hari nanti saat ini sedang menikmati jamuan mewah yang disuguhkan oleh Tuan Muda Yui Cheng.Mo Tian sama sekali tidak sungkan dan memakan semua jamuan itu dengan sangat lahap. Baginya, makan-makan merupakan hal penting sekaligus menyenangkan, meski sebenarnya bagi tingkatan kultivator yang telah mencapai Ranah Dewa Raja Tahap Akhir sepertinya dapat tidak makan sampai waktu tak terbatas lagi masih ada energi Qi di tempat yang dia pijaki."Senior Mo Tian, jika saya boleh tahu, ke manakah senior akan pergi setelah dari klan kami?" Tuan Muda Yui Cheng mencoba bertanya dan mengakrabkan diri dengan iblis muda yang begitu kuat di depannya itu."Emm.. Sebenarnya aku sedang dalam perjalanan menuju ke Kekaisaran Iblis atau lebih tepatnya Makam Sejuta Pedang. Jadi, aku hanya ingin me
Patriark Yui Qui sadar betul dengan kekuatan yang dimiliki oleh iblis muda bertopeng separuh wajah di sampingnya ini. Bahkan, setelah dia mengerahkan seluruh kekuatannya yang telah mencapai kultivasi Ranah Dewa Kaisar Tahap Menengah, pemuda ini masih saja sanggup mengimbanginya serta teknik pedang yang dimilikinya benar-benar terlalu mengerikan. Patriark Yui Qui masih ingat dengan jelas ketika pemuda ini hendak menebaskan pedangnya ke arah lehernya dibatalkannya sehingga pria paruh baya yang menjadi salah satu entitas terkuat di Kota Yunluo terselamatkan. Lalu bagaimana mungkin para tertuanya yang hanya berada di tingkatan di bawah kultivasinya dapat mengalahkan sosok semengerikan ini? Itu benar-benar sangat mustahil di dalam penilaian Patriark Yui Qui. Yang ada, mereka semua pasti akan dibantai habis oleh Mo Tian jika dirinya merasa tersinggung. Beruntungnya ayah Yui Cheng atau Patriark Yui Qui tidak bertindak impulsif sejak awal kepada pemuda ini sehingga menghindarkan dari sesuat
Wush!Bammmm!Bammmm!Mo Tian dan Patriark Yui Qui sama-sama terpental mundur akibat ledakan pertemuan antara dua jurus terkuat. Keduanya terlihat imbang dalam segala aspek dan hal ini tentu saja mengejutkan salah satu orang paling kuat di Kota Yunluo itu."Cukup, temanku!" Patriark Yui Qui dengan cepat berbicara seraya mengangkat tangannya menghentikan Mo Tian yang telah bersiap untuk melakukan serangan selanjutnya menggunakan jurus terkuat lainnya."Oh..? Apakah disini anda menyerah, Patriark Yui?" Mo Tian bertanya dengan seringai tipis terpancar dari sudut bibirnya."Ha-ha-ha.. Tentu saja tidak, teman Mo Tian! Aku tidak mungkin kalah darimu yang hanya memiliki kekuatan Ranah Dewa Raja Tahap Akhir!" Patriark Yui Qui menjawab sembari tertawa terbahak-bahak. Namun dalam hatinya dia mengakui bahwa kekuatan pemuda bertopeng di hadapannya ini benar-benar sangat luar biasa menakutkan karena dapat mengimbangi dua tahapan tingkatan kultivasi. Hanya mereka yang dianggap sebagai monster atau
Tempat latih tanding antara Mo Tian dan Patriark Yui Qui memang telah dilindungi oleh susunan formasi array yang sangat kuat. Namun, hal itu masih saja tidak dapat menyamarkan dari suara dentuman yang sangat keras disertai sebuah getaran yang melingkupi dihampir keseluruhan wilayah mansion Klan Yui.Kepanikan tentu saja terjadi dan semua orang mengira bahwa terjadi sebuah penyerangan di kediaman keluarga Yui. Bahkan Yui Cheng yang sebelumnya mengantarkan Mo Tian untuk menghadap kepada sang ayah ayahnya melakukan suatu hal yang sependapat dengan Yui Gong hingga terpantik lah sebuah perseteruan yang berujung pada pertarungan.'Apa ayah lebih memilih mengambil pendapat iblis tidak masuk akal itu daripada putranya sendiri?' Yui Cheng bergumam dalam hatinya dan merasakan kekecewaan kepada sang ayah karena setelah menyerang dermawannya.Di tempat salah satu Tetua Klan Yui, Yui Zo dan Yui Gong yang sedang berbicara beberapa hal di kejutkan dengan suara dentuman keras dan getaran hebat. Kedua
"Salam, ayah!" Yui Cheng memberikan salam sembari menangkupkan kedua tangan dan membungkukkan badan kepada sosok pria paruh baya yang sedang duduk di gazebo taman belakang kediaman Patriark."Salam, Patriark Yui!" Mo Tian juga melakukan hal sama namun sama sekali tidak membungkukkan badannya."Hmm.. Yui Cheng, kau boleh pergi! Ayah ingin berbicara empat mata dengan dermawan mu ini. Tuan Muda Mo Tian, silakan duduk bersamaku! Aku telah menyiapkan teh galaxy untuk kita nikmati bersama!" Patriark Yui Qui berkata dengan sangat ramah."Baik, ayah!" Yui Cheng menurut dan pergi."Terima kasih, Patriark Yui!" Sedangkan Mo Tian dengan tanpa sungkan langsung duduk di tempat yang dipersilahkan oleh sang Patriark Yui.Mo Tian dengan santai menyeruput teh galaxy itu hingga sudut bibir Patriark Yui Qui terangkat sedikit. Dia cukup kagum dengan pemuda bertopeng separuh wajah ini karena masih begitu tenang meskipun sebenarnya sejak awal dia telah mengumbarkan aura kultivasi Ranah Dewa Kaisar Tahap Me
Sehari berlalu dan di dalam Dunia Jiwa telah berlalu 3 hari disebabkan perbedaan waktu antara dimensi nyata dan juga dimensi milik Mo Tian.Selama itu pula Mo Tian menggunakannya untuk beristirahat sekaligus menemani Putri kecil serta muridnya untuk berlatih.Dan kini, tibalah waktu bagi Mo Tian berpisah dengan dua murid sekaligus saudara-saudarinya yang menghuni Dunia Jiwa."Ayah, sering-seringlah mengunjungi kami!" Rengek Tian Ru'er dengan manja karena merasa bahwa waktu 3 hari kebersamaannya dengan sang ayah masih begitu kurang. "Benar yang dikatakan saudari Ru'er, guru! Sering-seringlah guru mendatangi Dunia Jiwa. Latihanku dengan guru sangat terasa berbeda dan lebih mudah dipahami. Lain halnya jika dengan paman Ja Bu atau pun yang lainnya!" Muridnya, Ye Lan'er menambahkan."Baiklah-baiklah.. Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk sering mengunjungi kalian. Tapi, ada satu syarat yang harus kalian tepati jika kita bertemu lagi,""Syarat?" Tian Ru'er dan Ye Lan'er berucap serentak.
Mo Tian berjalan santai memasuki Kota Yunluo dengan rombongan Tuan Muda dari Klan Yui. Tidak ada satupun masalah lagi yang menghampiri rombongan mereka karena beberapa orang telah melihat dengan jelas keberanian pemuda bertopeng separuh wajah yang mencekik Wen Danye bahkan hampir membunuhnya.Tidak ada orang waras yang mau berselisih dengan sosok seperti itu. Mereka yakin bahwa pemuda itu sangat kuat sekali karena dengan mudahnya dapat membuat tidak berdaya Tuan Muda Wen Danye padahal kultivasinya telah mencapai Ranah Dewa Raja Tahap Awal.Rombongan itu akhirnya sampai di sebuah mansion yang sangat besar dan megah di tengah-tengah kota."Selamat datang di kediaman keluarga Yui, senior!" Yui Cheng berkata kepada Mo Tian.Mo Tian hanya menganggukkan kepala saja untuk menanggapinya.Yui Cheng lalu membawa Mo Tian di salah satu bangunan megah guna mempersilahkannya beristirahat. Dia tahu bahwa pemuda bertopeng separuh wajah ini cukup kelelahan karena ketika dalam perjalanan menuju Kota Yu
Tuan Muda Wen Danye meraung-raung dengan marah seraya meledakkan Niat Membunuhnya yang sangat pekat ke arah Mo Tian. Zheep! Namun baru saja ketika dia selesai berbicara, pemuda bertopeng separuh wajah yang di cacinya tiba-tiba muncul tepat di depannya lalu dengan tanpa basa-basi mencekik lehernya dengan sangat kuat. Ugh! Tuan Muda Wen Danye terkejut bukan main saat tubuhnya tiba-tiba terangkat dan nafasnya susah untuk di tarik. Energi Qi di dalam tubuhnya juga terasa tersegel seketika itu juga. "Katakan sekali lagi padaku, kau ingin membunuhku? Apa kau layak di mataku?" Mo Tian berkata dengan nada dalam serta sorot matanya yang tajam memberikan perasaan menakutkan bagi Wen Danye. "Ugh! S-senior.. T-tolong lepaskan dan ampuni aku yang lemah ini.." Wen Danye berbicara memohon dengan terbata-bata. Dia bukanlah iblis bodoh seperti Yui Gong yang serta merta menyinggung sosok yang tidak takut sama sekali dengan identitasnya, padahal jelas-jelas dia sebelumnya telah meneriakkan dengan l