Beranda / Lain / KUNYIT DARI SARANJANA / BAB. 13 MENGINTAI

Share

BAB. 13 MENGINTAI

Penulis: Mu Ka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-03 17:06:23

Manaf dan anak buahnya sedang sibuk mengangkut kotak kayu yang sangat besar, ke dalam mobil box entah apa isi di dalam kotak itu. “Cepat-cepat jangan sampai ada yang ketinggalan.”

“Aku curiga di dalam kotak itu, adalah hasil rampokan.” Ucap Lawen yang bersembunyi di dalam semak-semak bersama Kecek dan Abdullah.

“Emang apa dalam kotak kayu itu.?”

“Kunyit Cek.”

“Orang Saranjana doyan makan kunyit ya Wen.”

“Bodoh, kunyit itu artinya emas.” Lawen memukul kepala Kecek, sehingga ia mendesis kesakitan.

“Panglima, kapan kita pergoki mereka.?”

“Sekarang lebih baik kita intai dulu, kemana mereka membawa kunyit itu.”

Semua sudah selesai terangkut pintu belakang di kunci oleh salah satu dari anak buah Manaf, dan mobil box segera melaju meninggalkan rumah betang. Lawen dan kawan-kawan langsung mengejar mengunakan 2 motor trail, jalan yang hanya dari tanah liat membuat laju mobil box sangat lambat.

“Wen sebenarnya kamu bisa enggak sih pake motor.!”

“Bisa lah, ini buktinya kita di atas motor.”

“Iya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB . 14 DENDAM LAMA

    Dari Sampit Lawen dan kawan-kawan pergi ke Saranjana menggunakan portal demensi dari kekuatan mandaunya, mereka menuju kediaman Kakek Jawo. Dari arahan Abdullah yang telah paham atas kelicikan Ayah dan adik tirinya, mereka langsung masuk ke halaman rumah dengan sangat marah.“Manaf, aku tau kamu berada di sini.” Teriak Abdullah dengan keras dan lantang.Jawo dan Manaf keluar dari rumahnya dengan senyum menyeringai, mereka sudah menunggu Abdullah.“Akhirnya sekian puluh tahun kamu kembali anak ku.” Jawo tersenyum licik menyambut Abdullah.“Cuih... dasar orang tua licik, aku sudah terkecuh karna olahmu ternyata kamu adalah dalang dari semua rencana ini.”Jawo bertepuk tangan. “Tidak aku sangka anak ku secerdas ini.”Lawen dan Kecek semakin bingung, mereka tidak menyangka Jawo yang mereka kira berada di pihak mereka adalah penjahat yang sebenarnya.“Dimana Uma ku.?” Ucap Lawen yang teringat Enon masih dalam rumah Jawo.“Jika kamu ingin Uma mu selamat lawan dulu aku.” Ucap Manaf santai se

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 15 MELAWAN

    Ketika Lawen sudah sadar ia terkejut mendapati dirinya sudah berada dalam kamar kerajaan, di sampingnya Kecek masih terbaring dalam kondisi pingsan. Lawen memegang kepalanya yang berdenyut dan di bagian dadanya masih terbalut perban.“Kamu sudah sadar.” Raja berdiri penuh wibawa di depan pintu. Untuk sementara waktu mereka di suruh istirahat oleh Raja, guna memulihkan kekutan dan menyebuhkan luka. Raut wajah Raja sekarang tidak setegang kemaren, tampak Raja sudah bisa mengikhlaskan kematian anaknya.Di istana yang megah nan luas, Lawen berjalan keluar kamar menuju taman bunga yang sangat indah, di sana Putri Lisa sedang duduk termenung di atas sebuah kursi. Hamparan bunga bunga yang indah bermekaran mengeluarkan harum semerbak di dalam rongga penciuman.Dari kejauhan Lawen memandang Lisa yang sedang menikmati sanset di pagi hari, di dalam hatinya sungguh mengagumi kecantikan Lisa yang mengalahkan bidadari. Tapi apalah daya Lisa adalah putri Raja dan ia hanya sebatas manusia biasa,

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 16 UPACARA MILITER

    Lawen dan Kecek harap cemas, menunggu kabar baik dari Abdullah yang sedang berduel dengan Manaf, mereka hendak menyusul Abdullah tapi di halangi oleh Raja.“Kenapa baginda Raja menghalangi kami menyusul Panglima yang lagi bertempur seorang diri.”“Ini amanat Abdullah sendiri agar melarang kalian untuk menyusul, karena ini adalah masalah keluarganya.”“Tidak, walau bagaimanapun kita di sini juga keluarga Panglima.” Lawen bersikeras hendak menyusul Panglima Abdullah.Seorang prajurit berlari dengan sangat panik ke arah baginda raja, sepertinya ada kabar yang sangat penting di bawa oleh prajurit ini.“Ampun Paduka, hamba membawa berita dari duel Panglima.” Prajurit ini tidak mampu melanjutkan kata – katanya ia hanya menatap ke bawah.“Teruskan, berita apa yang engkau Bawa.”Prajurit itu menarik napas panjang “ Panglima Abdullah telah meninggal setelah memenangkan pertarungan atas Manaf.”“Abdullah,...... ia pasti menggunakan jurus terlarang, jurus terlarang yang hanya ia yang mampu meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 17 KEMBALI KE RUMAH

    Lawen kembali melanjutkan petualangannya seorang diri, misi kali ini mencari ibunya Enon. Di mulai dari rumah Jawo, tempatnya menitipkan Enon tempo hari, namun tidak ada pertanda yang menunjukan keberadaan uma nya. Rumah Jawo penuh dengan mesteri, padahal sekarang tidak ada penghuni di sini tapi perabotan masih rapi hingga alat memasak masih dalam posisi bersih tanpa ada kotaran debu. Lawen terus menyisir setiap ruangan yang ada di rumah guna mencari petunjuk keberadaan umanya kemana mereka sembunyikan, di benak Lawen sangat ber harap Enon dalam ke adaan masih hidup.Ia memutuskan untuk kembali ke dunia nyata untuk menuju rumah betang, kerinduan yang bergejolak di dalam hati membawa air mata mengalir deras di pelupuk mata. Rumah betang kini terhambur berantakan penuh dengan debu, kenangan bersama Enon kembali terbayang bayang di dalam kepala. Tidak ada seorang anak pun yang tidak merindukan bidadari yang melahirkannya ke dunia.“Uma dimana? Maafkan Lawen tidak bisa menjaga Uma.” La

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 18 BEKAS PEMBUNUHAN

    Di samping rumah ada sembilan gundukan tanah, ia berjalan menyusuri ke sembilan gundukan yang tampak seperti kuburan, di atasnya masing – masing gundukan tanah di tanami bunga hias. Tidak sampai di situ Lawen melanjutkan langkahnya mendekati satu lobang besar yang menjadi pusat perhatiannya sedari awal, lobang besar ini tampak baru di gali beberapa hari lalu. Terlihat dari tanah yang masih basah, di dalamnya ada bangkai mobil hilux yang sudah rusak. Di sana ada ransel yang tertumpuk, dan ada satu kain yang keluar menyempul seperti kain baju.“Lawen kah itu.” Suara wanita dari dalam rumah betang.“Iya Bue Marna, ini Lawen.”Marna dengan cepat menurini anak tangga rumahnya, dan menghampiri ke arah Lawen.“Ini kuburan.?” Tanya Lawen.“Iya itu kuburan”“Kuburan siapa,? perasaan kuburan Nini sama Datu di atas bukit sana.”“Ini hanya kuburan orang yang kemaren tersesat, mereka meninggal di sini.”“Semuanya ada sembilan kuburan Bue!” ucap Lawen yang masih memperhatikan setiap gundukan, ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 19 RUSA

    Kegiatan yang paling menyenangkan adalah berburu di hutan, sebagai penghuni hutan yang menjadi paru paru dunia. Tentunya kegiatan berburu memang sudah sangat Lawen kuasai. Hari ini ia dan Marna rencana akan berburu ke desa atas, karena di desa atas hutannya masih asri dan tidak terjamah oleh manusia sehinnga hewan masih banyak yang berkeliaran.Pagi ini mereka membawa peralatan berburu seperti sumpit, panah, tombak, dan lanjung untuk membawa hasil buruan nanti. Untuk menuju ke desa atas perlu waktu satu jam berjalan kaki, karena di samping jalan yang memang asri hanya ada jalan setapak, di sana juga kondisi jalannya terjal harus merangkak naik berpegangan dengan akar pohon.“Anak itu tidak ubahnya seperti masih kecil dulu.” Marna menggelengkan kepala melihat Lawen naik seperti monyet, bergelantungan menyusuri jalan tebing.“Ayo Bue, jangan kaya siput,” teriak Lawen nyaring dari atas hingga menggema di dalam hutan.“Tunggu dulu, Bue sebentar lagi sampai.”Jawab Marna di bawah sana.Te

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 20 BERTEMU GALIN

    Deru mobil hilux mengaum di udara, lampu sorotnya menerangi pekarang rumah betang. Tampak gagah pria yang mengendarai mobil hilux ini seorang diri, dengan gayanya yang khas kacamata hitam dan topi koboy di kepala dan tidak lupa masker hitam sebagai penutup wajah. Marna mendengar mobil masuk ke dalam pekarangan rumahnya, segera menutup pintu. Ia trauma jikalau terjadi penyekapan kepada dirinya seperti enam bulan yang lalu. Sebilah mandau ia keluarkan dari kumpangnya, bersiap untuk menyerang, jikalau di luar sana adalah orang jahat yang akan mencelakainya.Tap tap tapDekap langkah kaki seorang yang manaiki anak tangga menuju pelataran rumah, ia mengetok dengan santai seperti sangat tau bahwa Marna ada di dalam rumah. Marna melangkah pelan merangkak menuju celah dinding sebesar jari kelingking, ia sipitkan sebelah mata untuk melihat ke arah luar, dengan pencahayaan bulan yang terbatas ia melihat sosok laki laki dengan jaket kulit hitam membalut tubuhnya. “Marna” panggil lelaki di lua

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 21 KAPAL YANG HILANG

    Matahari sudah menyinari alam kalimantan yang sangat masih asri, semua binatang telah berkeliaran mencari makan. Di dalam rumah betang Marna terbangun dengan ke adaan yang bingung, ia lupa apa yang sebenarnya terjadi otaknya tidak mampu mengingat kejadian semalam. Setelah membuka rumah ia terkejut melihat mobil hilux putih terparkir, plat mobil yang bertulis KH.xxxx.Bm ia sangat mengenal pemiliknya. Namun yang membuat ia bingung sejak kapan mobil ini terparkir di pekarangan rumahnya dan kemana pemiliknya.“Ini milik Galin,” ia mengilingi mobil dan mencoba membuka pintu mobil guna mencari petunjuk. Sebuah telpon genggam Marna temukan di dalam tas kecil.Sementara di Saranjana.Raja memanggil Galin ke ruangan khusus, karena ada seseorang yang hendak bertemu pada Galin. “Siapa namu anak muda.?” Ucap Raja dalam suatu ruangan khusus kedap suara, hanya ada mereka berdua di dalamnya.“Galin Paduka,” suara Galin sedikit bergetar karena baru pertama di introgasi oleh seorang Raja.“Kamu tau

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12

Bab terbaru

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 27 MENUJU KURIPAN II

    Setelah mesin di bongkar oleh prajurit yang kebetulan adalah teknisi, kini mesin L 300 kembali hidup. Mengaur di tengah hutan rawa dekat dengan desa Paminggir. Langit senja yang menguning, kini telah berubah menjadi gelap. Lampu yang terpasang permanen di depan kapal, membantu menerangi jalan dengan tenaga dari aki.Beberapa saat kemudian kapal menepi di salah satu pelabuhan, tampak sopir naik membawa jerigen besar, dan mengisinya di atas sana. Ia tertatih tatih turun kembali membawa jerigen penuh dengan bahan bakar, dengan sangat telaten tangan laki laki itu menuangkan solar ke tengki kapal hingga penuh. Dingin malam membuat tubuh para penumpang menjadi kedinginan, angin menerpa kapal begitu deras. Melihat cuaca yang tidak mendukung, sopir memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan, karena jalur di depan adalah sungai Barito yang memiliki luas satu kilo meter, dan memiliki kedalaman kurang lebih 15 kilo meter. Gelombang sangat besar di hasilkan oleh angin yang berhembus nanar. A

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 26 MENUJU KURIPAN

    Pagi ini dua mobil Avanza sudah siap membawa mereka menuju Amuntai dan akan berlabuh di Danau panggang, dari sana mereka menaiki kapal yang bermesin L 300 melalui jalur aliran sungai kecil, deru kapal magaum di tengah aliran sungai. Gelombang kecil melenggak lenggokan enceng gondok yang berdempet dempet ikut hanyut mengiringi laju kapal.Pohon rumbia yang berada di pinggir tebing sungai menjadi pemandangan yang menarik, sungguh membuat takjub di sini tidak terlihat adanya tanah, semua rata dengan air. Rumah rumah yang berdiri semuanya berbentuk panggung, dan sebuah jembatan di bangun seperti rel untuk pengganti jalan.Tampak Putri Lisa mengeluarkan kepala di pinggir kapal, ia saat ini sedang menikmati perjalanan. Wajahnya yang sesekali terkena cipratan air gelombang kapal menjadi sejuk, tatkala angin yang manampur wajahnya dengan lembut, hingga membuat penutup kepalanya menjadi melambai lambai.Pemandangan pohon besar di pinggiran sungai, menipu mata, seakan pohon pohon ini berdiri k

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 25 SARANJANA

    Di bawah kaki pegunungan Maratus, tepian sungai, tampak Putri Lisa sedang duduk termenung. Hati wanita itu gundah gulana. Bukan hanya kerena memikirkan sang Ayah yang terbaring sakit, tapi juga kerena kini takdir membawa langkahnya ke negri yang jauh dari istana. Seumur hidupnya tidak pernah terpikir, bahwa ia akan menjalani hari hari jauh dari dekapan sang Ayah.Namun kini ia merasa aman karena di temani oleh laki laki yang baru saja membuat hatinya terpaut cinta, tidak bisa di pungkiri, rindu kerap membuat Putri Raja itu menangis sendiri. Kini rasa takut juga menghantui, tangisnya kembali berderai seiring angin malam yang kian menusuk tulang, sementara laki laki yang gagah perkasa berdiri tegak melihatnya seorang diri, meratapi nasib entah apa yang akan ia lewati esok hari di negri yang baru baginya. Hanya sebuah senandung lagu yang bisa menenangkannya malam ini, senandung rindu yang begitu merdu, selalu ia lantunkan jika bersama sang Ayah, untuk mengenang sanak saudara yang telah j

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 24 MAWAR EMAS

    “Lapor Panglima, semua sisi istana sudah kami periksa tapi tidak menemukan penyusup.” Seorang prajurit menghadap, semua orang sudah di kerahkan untuk mencari penyusup yang menusuk Raja ke segala penjuru istana. Bahkan sampai ke luar istana di lakukan pencarian tapi tidak membuahkan hasil.Kecek mengeretek giginya, dan mengepal tangan sangat kuat hingga uratnya terlihat, sekarang ia sangat marah dengan kejadian yang meneror nya saat ini, di mulai dari Lawen kini Raja juga menjadi sasaran. Siapa gerangan yang menjadi dalang semua ini, padahal semua musuhnya dulu semuanya sudah mati. Manaf dan Jawo.Di ruangan UGD Raja di tangani oleh dokter Djata dengan sangat intensif, dan di bantu oleh semua dokter terbaik Saranjana. Putri Lisa tidak bisa menahan emosinya, deraian tangisnya tidak bisa ia hentikan hingga kelopak matanya membengkak. Kini penjagaan di istana semakin di perketat, tidak ada orang asing yang di perbolehkan masuk.“Putri” kini Lawen berusaha menenangkan Lisa dengan pelukan h

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 23 PENYUSUP

    Tiga orang bertopeng mengendap ngendap di sisi istana, para Prajurit yang berjaga tidak mengetahui keberadaan mereka. Karena mereka sangat lincah dalam geraknya, hampir tidak menimbulkan suara sedikitpun dari langkah mereka.“Hati hati jangan sampai ketahuan.” Ucap salah satu dari orang orang bertopeng yang sepertinya pemimpin mereka. Setengah meter lagi mereka akan berhasil masuk ke dalam ruang istana, para perajurit sangat ketat berjaga di setiap pintu masing masing di jaga oleh dua orang prajurit. Kreeeekkkkk Salah satu dari mereka menginjak sesuatu, yang menimbulkan kecurigaan dua orang prajurit penjaga pintu masuk utama kerajaan.“Coba periksa” salah satu prajurit menyuruh rekannya untuk melihat kondisi di balik tembok kiri pintu. “Aman, hanya seekor burung.” Teriak rekan prajurit.Tiga orang bertopeng meresa lega, karena keberadaan mereka tidak di ketahui oleh penjaga. Mereka dengan cepat melompat ke atas genteng. Di bawah cahaya bulan yang tidak terlalu terang membuat langk

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 22 HALUSINASI

    SiuuutttSebuah anak panah melesat nyaris mengenai kepala Galin, ia sangat kaget napasnya memburu naik turun. Ia melihat Kecek dengan gagah bertarung menghadang pasukan musuh yang menunggangi kuda menghambur dengan pedang nya menebas pasukan pertahanan istana.DuuaaaaaaarrrrrrLedakan yang sangat besar membuat semua orang yang berada di sekitar lokasi terpental jauh, ledakan lima kali di turunkan. Hingga membuat kepala Galin berdenyut dan telinganya sunging, tubuhnya kotor penuh debu. Kepolan asap membuat jarak pandangan, di udara entah berapa banyak anak panah berjatuhan. Panglima Kecek, masih sibuk menghalangi pasukan musuh, dengan sebilah mandau macamnya mampu membunuh musuh dengan sekali tebasan, musuh kesulitan untuk menyerang, karena pertahanan berada di dua sisi. Yang paling kuat adalah pertahanan pertama, di atas benteng tinggi, mereka menghujani dengan anak panah dari ketinggian.Pasukan mandau menghadang langsung di garis kedua. Setelah musuh yang berhasil di pukul mundur da

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 21 KAPAL YANG HILANG

    Matahari sudah menyinari alam kalimantan yang sangat masih asri, semua binatang telah berkeliaran mencari makan. Di dalam rumah betang Marna terbangun dengan ke adaan yang bingung, ia lupa apa yang sebenarnya terjadi otaknya tidak mampu mengingat kejadian semalam. Setelah membuka rumah ia terkejut melihat mobil hilux putih terparkir, plat mobil yang bertulis KH.xxxx.Bm ia sangat mengenal pemiliknya. Namun yang membuat ia bingung sejak kapan mobil ini terparkir di pekarangan rumahnya dan kemana pemiliknya.“Ini milik Galin,” ia mengilingi mobil dan mencoba membuka pintu mobil guna mencari petunjuk. Sebuah telpon genggam Marna temukan di dalam tas kecil.Sementara di Saranjana.Raja memanggil Galin ke ruangan khusus, karena ada seseorang yang hendak bertemu pada Galin. “Siapa namu anak muda.?” Ucap Raja dalam suatu ruangan khusus kedap suara, hanya ada mereka berdua di dalamnya.“Galin Paduka,” suara Galin sedikit bergetar karena baru pertama di introgasi oleh seorang Raja.“Kamu tau

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 20 BERTEMU GALIN

    Deru mobil hilux mengaum di udara, lampu sorotnya menerangi pekarang rumah betang. Tampak gagah pria yang mengendarai mobil hilux ini seorang diri, dengan gayanya yang khas kacamata hitam dan topi koboy di kepala dan tidak lupa masker hitam sebagai penutup wajah. Marna mendengar mobil masuk ke dalam pekarangan rumahnya, segera menutup pintu. Ia trauma jikalau terjadi penyekapan kepada dirinya seperti enam bulan yang lalu. Sebilah mandau ia keluarkan dari kumpangnya, bersiap untuk menyerang, jikalau di luar sana adalah orang jahat yang akan mencelakainya.Tap tap tapDekap langkah kaki seorang yang manaiki anak tangga menuju pelataran rumah, ia mengetok dengan santai seperti sangat tau bahwa Marna ada di dalam rumah. Marna melangkah pelan merangkak menuju celah dinding sebesar jari kelingking, ia sipitkan sebelah mata untuk melihat ke arah luar, dengan pencahayaan bulan yang terbatas ia melihat sosok laki laki dengan jaket kulit hitam membalut tubuhnya. “Marna” panggil lelaki di lua

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 19 RUSA

    Kegiatan yang paling menyenangkan adalah berburu di hutan, sebagai penghuni hutan yang menjadi paru paru dunia. Tentunya kegiatan berburu memang sudah sangat Lawen kuasai. Hari ini ia dan Marna rencana akan berburu ke desa atas, karena di desa atas hutannya masih asri dan tidak terjamah oleh manusia sehinnga hewan masih banyak yang berkeliaran.Pagi ini mereka membawa peralatan berburu seperti sumpit, panah, tombak, dan lanjung untuk membawa hasil buruan nanti. Untuk menuju ke desa atas perlu waktu satu jam berjalan kaki, karena di samping jalan yang memang asri hanya ada jalan setapak, di sana juga kondisi jalannya terjal harus merangkak naik berpegangan dengan akar pohon.“Anak itu tidak ubahnya seperti masih kecil dulu.” Marna menggelengkan kepala melihat Lawen naik seperti monyet, bergelantungan menyusuri jalan tebing.“Ayo Bue, jangan kaya siput,” teriak Lawen nyaring dari atas hingga menggema di dalam hutan.“Tunggu dulu, Bue sebentar lagi sampai.”Jawab Marna di bawah sana.Te

DMCA.com Protection Status