Home / Thriller / KUKU BU SAPTO / KUKU ITU ADA LAGI

Share

KUKU ITU ADA LAGI

Author: Raifiza27
last update Last Updated: 2021-03-10 05:51:30

“Da-darah?”

Momoy mengangguk pelan. Lalu bocah kecil itu, menunjuk sesuatu.

“Apa lagi?”

“Mbak lihat sendiri ke atas lemari!”

Perasaan Raisa semakin tidak tenang. Bulu kuduknya langusng berdiri, merinding. Belum pernah selama hidupnya, dia merasa merinding seperti ini.

Momoy menggoyang jari-jari tangan kakaknya. Sembari menunjuk ke atas lemari.

“I-iya, sebentar.”

Lalu, Raisa naik ke atas kursi. Mencoba melihat apa yang ada di atas lemari.

Deg!

Sontak raut wajahnya memucat. Kedua matanya terbelalak, dengan mulut yang terbuka lebar.

“Ke-kenapa … jadi ada di sini lagi?” Suara Raisa hampir berteriak.

Membuat Delon yang semula duduk tenang di ruang tamu. Beranjak dari tempatnya. Dia berdiri di depan pintu kamar.

Hidungnya terlihat bergerak-gerak.

“Bau apa ini, Sa?”

Tanpa menjawab, Momoy menunjuk ke atas lemari. Rai

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Erwin
semoga, dapat jalan terbaik buat raysa,delon dan momoy
goodnovel comment avatar
FastLand
semakin menakutkan👍
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • KUKU BU SAPTO   DIKEJAR BU SAPTO

    Tampak dia mendahului berjalan keluar. Dengan cepat Delon mengikuti langkahnya.Lalu membuka pintu mobil. Diikuti oleh Raisa dan adiknya.“Raisa, jalannya ke mana ini?” tanya Delon.“Biar saya pandu, Mas.”“Makasih, Pak.”Mobil mulai melaju menuju pemakaman desa sebelah. Tak lama kemudian. Mobil sudah berhenti di depan pagar makam.“Ayo, kita turun!” ajak Pak Yasin.Mereka berjalan mengikutinya.“Mbak Raisa, di mana makamnya?”“Itu, Pak. Jalan lurus aja!”Tak lama mereka berjalan. Akhirnya sampai di makam Bu Sapto. Tampak Pak Yasin berjongkok.“Mana bekas Mbak Raisa menguburkan kuku tadi?”“Ini, Pak!”Kemudian, lelaki itu menggali bekas Raisa. Cukup lama dia menggali tanah dengan sebuah ranting pohon.“Apa Mbak Raisa menguburnya cukup dalam?”“Enggak kok, Pak. Saya me

    Last Updated : 2021-03-10
  • KUKU BU SAPTO   TEROR MELANDA DESA

    Mereka semakin kebingungan. Raisa pun sudah tak bisa berpikir lagi. Kemudian, Momoy yang kelelahan terbatuk-batuk.“Mbak, berhenti dulu. Perutku sakit!”“Iya, Moy.”Napas ke-duanya sampai terdengar ngos-ngosan. Lalu spontan mereka menoleh ke belakang. Seseorang yang tadi seolah mengikuti, sudah tak terlihat.“Haaahhh!”Terdengar napas lega pada keduanya. Mereka pun membalikkan badan, untuk melanjutkan jalan pulang.Tapi ….Seorang wanita sudah berdiri tepat di hadapan Raisa, dan Momoy. Hanya berjarak sejengkal. Sesaat mereka hanya bisa terbelalak. Dengan mulut yang terperangah.“Raisaaa … mana kuku-ku?”“Haaaaarghhh!”Sontak keduanya berbalik arah, dan berlari kencang.“Lari, Moy!”Mereka terus berlari. Hingga tubuh mereka membentur seorang laki-laki yang berdiri di tengah jalan. Sampai Momoy jatuh terguling, dan me

    Last Updated : 2021-03-10
  • KUKU BU SAPTO   DELON MULAI DIHANTUI

    Raisa semakin menekuk wajahnya. Dia tak sanggup untuk berkata-kata lagi.“Sebaiknya besok, kita ke rumah keluarga Bu Sapto. Bagaimana?”“I-iya, Bu. Tolong temani saya! Saya takut, apalagi kalau Bapak pulang, dan tau cerita ini.”“Bapak kamu luar kota lagi?”Raisa hanya mengangguk.“Ya sudah. Ibu tinggal pulang dulu. Kalau ada apa-apa, kamu kan bisa telpon Ibu?”“Tapi HP Raisa masih rusak Bu.”“Pake telpon rumah. Masih nyalakan?”“Masih.”“Aku pulang dulu! Besok kita temui keluarganya.”Gadis itu mengangguk berulang-ulang. Lalu mengantar Bu Marto sampai pagar.“Jangan lupa ditutup pagarnya.”“Iya, Bu!”Setelah Bu Marto meninggalkan dirinya. Raisa bergegas mengunci pagar, dan masuk rumah.Dia masih bergidik mendengar cerita tetangganya itu.“Haaahhh!”

    Last Updated : 2021-03-10
  • KUKU BU SAPTO   LEPASKAN IKATANKU

    Kedua mata Delon membulat lebar. Dengan ternganga. Pandangan matanya nanar. Dengan seluruh tubuh yang tak bisa bergerak sama sekali.Raut wajah itu begitu mengerikan. Kedua telapak tangannya menempel. Dengan jari-jari yang mengeruk kaca jendela. Bibirnya menempel hingga lipstiknya yang merah, membekas di jendela.Membuat Delon semakin tak bisa bernapas. Tarikan napasnya bagai tertahan.Kedua manik matanya serasa terus menatapnya tanpa jeda. Seperti sednag dikendalikan oleh sosok wanita itu.“Mana kuku-ku … mana?”Suaranya terdengar jelas di telinga Delon. Dengan gerak cepat dia menutup korden jendela. Lalu berlari ke atas kasur.“Gilaaa! Kenapa wanita itu minta kukunya ke aku?”Delon pun menutup wajahnya dengan bantal. Dia masih belum bisa melupakan sorot matanya yang menghitam. Di sekeliling mata sosok itu, terdapat lingkaran keputihan. Yang ternyata nanah. Bercampur dengan darah yang terus menetes.

    Last Updated : 2021-03-10
  • KUKU BU SAPTO   DERING TELEPON

    Suara Pak Karjo semakin kencang terdengar.“Haaaarghhh! Haaarghhh … haaaarghhh!”Membuat Delon hanya bisa terperanjat. Menyaksikan tubuh Pak Karjo menegang, dan bergetar hebat.“Apa yang sedang terjadi?” Terlihat Delon mulai kebingungan.Dia hanya bisa terpaku, dan duduk merapat ke dinding rumah. Dengan tatapan yang semakin nanar meliihat ke arah Pak Karjo.Tak berapa lama, tubuh lelaki paruh baya itu terlihat lemas. Hingga tersungkur ke tanah. Seketika itu, Delon berlari ke arahnya.Berusaha untuk memberikan bantuan.“Pak Karjo … bangun, Pak!”Wisnu terus mengguncang tubuhnya. Tapi, tak ada pergerakan sama sekali. Sesaat Delon pun terdiam. Dia memandang wajah Pak Karjo yang terlihat letih. Dengan mata yang tertutup rapat.“Aku harus bisa membuatnya terbangun.”Kemudian, dia membasahi tangan dengan air kolam. Memercikkan pada wajah

    Last Updated : 2021-03-11
  • KUKU BU SAPTO   KRIIIING!

    “Raisaaa …!”Suara itu, seperti tepat di lubang telinga. Bahkan, hembusan napas terasa di sekitar wajahnya. Sontak Raisa membuka kedua mata. Namun, dia tak berani untuk bangun.Dari balik selimut. Gadis itu mengamati kamar. Dengan seksama.“Apa aku salah dengar?” bisik Raisa.Tubuhnya semakin meringkuk. Dia berusaha untuk memejamkan mata, dan tidur. Tapi, bulu kuduknya semakin merinding.Detak jantungnya pun mulai berdegup kencang. Hingga membuat tarikan napasnya tak leluasa. Sedikit sesak.“Jangan ya Allah! Aku takut kalau melihat sosok wanita itu lagi.”Bibirnya mulai bergerak-gerak. Namun, setiap doa atau surat Alquran yang dia baca. Semua lupa mendadak. Tiba-tiba, ingatannya kosong.“Kok aku jadi ngeblank gini? Semua yang aku hapal mendadak lupa.”Teng teng teng!“Raisaaa ….”“Hoooohhh!”Matanya terbelalak

    Last Updated : 2021-03-11
  • KUKU BU SAPTO   MENUJU RUMAH BU SAPTO

    Terdengar suara balasan yang aneh. Suara seorang wanita, yang seakan menggema. Membuat Momoy langsung tercekat, seolah tak bisa bicara.“Manaaa … kuku-ku?”“Haaaaa …?” Momoy terperangah, dengan kedua mata yang membulat lebar. Dia tak tahu harus menjawab apa. Yang ada tangannya bergetar sangat hebat.“Manaaaaa … kuku?”“Mbaaaak!” teriak Momoy.Raisa terus menggeleng. Dengan tatapan yang nanar. Memandang ke arah pintu.“Matikan telpon itu, Moy!” ucapnya lirih, tak terdengar.“Mbak!”Tiba-tiba, Momoy sudah berdiri di ambang pintu. Tangannya menunjuk pada meja telepon.“Mbak, ada yang cari kuku.”Seketika itu, Raisa langsung bersembunyi di balik bantal.“Momoy, kamu masuk! Dan, tutup pintunya, kunci!!!” Setengah berteriak Raisa bicara.Namun, Momoy mas

    Last Updated : 2021-03-16
  • KUKU BU SAPTO   RUMAH ANGKER BU SAPTO

    Mereka berdua langsung ke luar rumah. Tampak sebuah mobil berwarna putih, keluaran Jepang. Dari dalam mobil, terlihat bayangan Delon yang masih menerima telepon.Lelaki tampan itu, menurunkan kaca jendela. Serta memberi aba-aba pada Raisa untuk segera masuk.“Ayo, Bu Marto.”“Ya udah, kamu duduk di depan aja.”“Baik, Bu.”Mereka pun menunggu Delon selesai bicara di ponselnya. Etelah menunggu beberapa detik. Dia menoleh pada Raisa dan Bu Marto.“Maaf, tadi ada telpon urtusan pekerjaan.”“Enggak apa-apa, Mas Delon.”“Sekarang kita lewat mana?”“Putar balik aja, Mas,” sahut Bu Marto.“Oh, baik Bu. Makasih.”Mobil mereka segera menuju ke desa sebelah. Jarak yang tak terlalu jauh. Membuat hanya dalam hitungan menit, mobil sudah berhenti di depan sebuah rumah yang sangat besar.Terlihat halaman

    Last Updated : 2021-03-21

Latest chapter

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 3 ( TAMAT)

    "Minumlah dulu kalian! Biar tenang."Perkataan lelaki itu membuat Raisa mengerutkan dahi."Apa Abah tahu yang menimpa perjalanan kita pulang?"Lelaki itu hanya terkekeh. Lalu dia mengangguk pelan."Kenapa mereka masih mengganggu kita lagi, Bah?""Minumlah dulu. Biar nanti saya cerita."Mereka pun akhirnya minum teh dan kopi yang sudah disediakan. Raisa berulang kali mengembuskan napasnya. Air teh yang diminum serasa mampu membuat tubuhnya yang tadi dingin."Habiskan! Biar kalian lebih tenang. Karena mobil kalian sedang membawa sesuatu yang enggak lombo." (Lombo = tidak wajar)Terutama Raisa dan Delon terperanjat saat mendengar perkataan Abah Harun."Enggak lombo?" ulang Raisa."Iya, Mbak. Kalian ikutlah kemari!"Mereka bertiga mengikuti langkah Abah Harun keluar rumah. Menuju mobil Delon yang ringsek bagian depan."Tolong buka bagian belakangnya Mas Delon!""Baik, Bah."Setelah membuka

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 2

    "Perlu kita periksa lagi Mas Hamaz?""Udah ahhh, enggak usah! Perasaan aku enggak enak banget!" cetus Raisa melarang mereka turun lagi. "Kita jalan aja!"Pada akhirnya Hamaz dan Delon sepakat. Meneruskan perjalanan pulang yang penuh hambatan. Jalanan pun tampak lengang. Tak ada satu kendaraan yang terlihat. Hingga hidung Raisa terlihat bergerak-gerak. Seperti sedang mengendus sesuatu. Begitu juga Delon."Kalian bau enggak?" tanya Delon."Udah jalan aja Mas Hamaz!" pinta Raisa.Dalam waktu bersamaan. Tiba-tiba mesin mobil mati lagi."Loh, Mas Hamaz. Kok berhenti?" teriak Raisa."Enggak tau juga nih, Mbak.""Biar aku ganti yang nyetir. Mas capek mungkin," sahut Delon. Keduanya bertukar posisi. Delon pun mencoba untuk menyalakan mobil lagi. Lalu menggeleng mengarah pada Raisa dan Hamaz."Tetep enggak bisa nyala," sahut Delon kesal.Tampak dia mencoba untuk terus menyalakan mobil.

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB

    Tak lama dari kabar Pak Karjo. HP Raisa berdenting. Ada pesan masuk yang langsung dibaca Raisa."Tumben suami Bu Hariyani SMS ya, Mas?""Coba kamu baca, Sa!""Iya, bentar!"Seketika tangan Raisa bergetar hebat. Saat membaca pesan itu.{Assalamualaikum, Mbak Raisa. Kami kabarkan berita duka, bahwa adik kami yang bernama Sunandar telah meninggal dunia. Mohon dimaafkan bila Almarhum mempunyai kesalahan}Raisa hanya bisa terbelalak dan terperangah."Ja-jadi ...?"Ketiganya pun tak menyangka. Bila Sunandarlah yang selama ini telah membunuh Mariana. Dan telah dijadikan Naning sebagai penggantinya."Itulah sebabnya Mbok Yumna mendatanginya. Untuk memperingatkan. Dan dia juga pernah mendatangi gunung ini 'kan?" Raisa mulai mengingat kembali rangkaian cerita yang mereka dapatkan dari sang istri kala itu."Dan dia menjadi sakit. Karena menolak apa yang diperintahkan oleh Naning. Ada kemungkinan memang dia ingin mengak

  • KUKU BU SAPTO   INFO PEMENANG GA

    "Jangan mengganggu! Kami hanya mengantarkan apa yang seharusnya pulang." Suara Hamaz sangat tegas. Terdengar suara tawa yang melengking. Kini, seperti berada di atas kepala mereka. Berputar-putar, membentuk sebuah bayangan kehitaman yang besar. Hamaz bergerak cepat. Dia menyiapkan butiran tasbih yanga masih berada dalam genggaman. "Ikuti langkah saya! Jangan emlihat ke mana-mana!" tegas Hamaz. Langkah Hamaz sedikit aneh. Dia berjalan berbelok-belok. Sesekali meloncat ke kiri dan ke kanan. "Kenapa harus meloncat-loncat dan berbelok-belok?" protes Raisa. Hingga gadis itu tak bisa mengendalikan tubuhnya hingga terjatuh. Bruuukkk! Tubuh Raisa berguling-guling ke bawah, melewati Delon yang terpaku melihatnya. "Aaaaaarghhh!" Saat Delon tersadar. Dia langsung melompat tinggi dan mulai mengejar Raisa. "Raisaaa!" teriak keduanya spontan. Hamaz dan Delon bergerak cepat, mengejar t

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN 2

    "Sekali lagi maafkan kami. Bagaimana dengan benda lain?"Belum sampai ada jawaban. Hamaz sudah mengeluarkan beberapa butiran tasbih yang berada di telapak tangannya. Lalu menunjukkan pada sosok ular itu."Pergilah kalian! Aku tidak ingin benda itu menyentuh sosokku!"Aroma lebus dan anyir semakin kuat melesak rongga hidung mereka bertiga."Bolehkah kami lewat, Nyai?""Baiklah. Pergilah kalian! Andai ini bulan kawin, aku ingin kamu menjadi suami aku, Kang!" ujar wanita siluman itu.Sosok sang ular, terus melihat arah Delon, yang terus menundukkan kepalanya."Jangan, Nyai. Dia sudah tak perjaka lagi. Milik seorang dedemit juga."Kemudian, terdengar suara tawa yang mendesis serta melengking."Baiklah, Kang. Aku lepaskan dia! Walau aku tau dari baunya, dia masih perjaka," ucap siluman ular dengan meliukkan tubuh. Dan akhirnya pergi menghilang."Terima kasih, Nyai!"Seketika Delon bergidik keras. Kedua matanya m

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN

    Suasana semakin bertambah gelap. Kanan kiri jalan kecil, yang mereka lewati, hanya pepohonan lebat. Untunglah penerangan tiga ponsel sangat membantu mereka. Napas ketiganya mulai terengah-engah, menyusuri jalan setapak. Yang sepertinya jarang dilewati. "Mas, berhenti sebentar. Kelihatannya dekat, tapi aku capek banget," ujar Raisa. Mereka pun ikut berhenti dan beristirahat sebenatr. Dalam tas yang dibawa Raisa, dia mengeluarkan sebotol teh yang ternyata yang masih hangat. "Apa itu, Sa?" "Tadi dikasih Bu RT. Ya aku bawa saja 'kan? Lagian perut aku lapar." Hamaz dan Delon mengikuti Raisa yang duduk di bebatuan. Dengan lahap ketiganya makan pisang goreng. Tak ada suara lain, keculai kunyahan mereka. Dan suara binatang malam yang mengiringi malam ini. "Yuk! Kita lanjut!" ajak Hamaz. "Jalan ini betul-betul enggak ada penerangan sama sekali," celetuk Delon. "HPku dah lobat nih." "Kayaknya dikit lagi kok Ma

  • KUKU BU SAPTO   MENEMBUS HUTAN MENUJU GUNUNG K

    Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, menuju gunung K. Tampak Hamaz mengambil alih kemudi. Dia melihat Delon yang amsih sering meringis karena kesaitan. begitu juga dengan Raisa yang tampak kelelahan."Sebenarnya apa yang terjadi di dalam tadi?""Kita hampir mati dibunuh sosok makhluk itu, Mas.""Bagaimana ceritanya?""Tiba-tiba di hadapan kami itu banyak mayat yang bergelantungan. Tepat di atas kita Mas. Akhirnya kita ya lari ke kamar itu.""Kamar belakang?""Iya, Mas Hamaz.""Terus?"Raisa berhenti sebentar. Terkadang dia masih merasakan lehernya yang sakit."Sepertinya lukisan itu, gambar si sosok makhluk wanita iblis itu, Mas Hamaz.""Jadi dia yang menyuguhkan pesugihan pada Bapak Mariman?""Benar, Mas. Kalau penampakan saat normal, emang sangat cantik Mas. Tapi, sebenarnya wajah dia sangat mengerikan. Wajahnya hancur dan rusak. Baunya juga enggak enak lagi.""Menurut Raisa dan Mas Hamaz nih ya.

  • KUKU BU SAPTO   JASAD MARIANA

    Secepat kilat. Abah Harun kembali menyerang, dengan menyambar tubuh Wilujeng dan melemparkannya hingga terpental sangat jauh. Seketika membuat raut wajah wanita itu berubah mengerikan.Bibir yang sobek dari ujung ke ujung, hingga di bawah telinga. Belum lagi aroma busuk yang menguar begitu kuat."Hei!"Sosok itu memutar lehernya hingga menghadap ke arah lelaki itu. Kesempatan baik, tak disia-siakan. Abah Harun langsung melempar tasbih yang tersisa dua di tangannya."Nih, ambil!"Dengan gerakan sangat cepat dan penuh keyakinan. Wilujeng langsung terbang meluncur ke arah Abah Harun. Dengan menyiapkan hantaman maut miliknya."Allahu Akbar!"Terdengar alunan ayat-ayat doa dari bibir Abah Harun yang masih berdiri tenang. Membuat raut wajah Wilujeng mulai memerah, bagai terbakar bara api. Tubuhnya semakin tertekan oleh cengkeraman sinar butiran tasbih yang berada dalam genggaman tangan lelaki itu.Tubuh Wilujeng perlahan mulai

  • KUKU BU SAPTO   PERTEMPURAN - 2

    "Kau tak akan bisa menang melawan aku, Manusia. Ini duniaku. Singgasanaku. Kau mau berbuat apa? Aku pastikan kau akan kalah!!!" seru Nyai Wilujeng dengan keras.Terlihat dari raut wajahnya yang selalu berubah-ubah. Dia sedang dalam keadaan murka.Kilatan cahaya seperti medan arus listrik, tergambar jelas diangkasa. Kian menyambar perbukitan yang ada di sekitar tempat ini."Petir itu akan terus berjalan mengejarmu lelaki tua? Dan, akan menuju arah sini!" ucap wanita itu, senang.Sekilas Abah Harun memeprhatikan gelegar dari petir yang menyambar. Sampai membuat terbakar beberapa titik. Saat Abah Harun berbalik, sosok wanita itu telah menghilang."Hemmm, aku harus mencarinya!"Lelaki paruh baya itu, langsung berlari walau tak mudah di tempat ini. Ilalang yang tingginya, seukuran manusia dewasa. Terasa bagai pagar yang menghalangi langkahnya berlari.Sejenak Abah Harun memejamkan kedua matanya. Dia mencoba untuk melesat sebaga

DMCA.com Protection Status