Ditrian, Sheira telah tiba di tempat yang mereka kenali. Istana Kerajaan Canideus. Rasanya seperti telah meninggalkan tempat itu seumur hidup.
Rombongan berkuda memasuki pelataran istana.
Di puncak tangga pualam, Lady Emma, beberapa dayang, para pelayan, dan ... Grand Duke Everon sudah siap sedia menyambut mereka.
"Selamat datang Yang Mulia, Tuan Putri," sapa Lady Emma sopan. "Bagaimana perjalanan Anda?"
"Cukup melelahkan. Tapi menyenangkan," Ditrian melirik pada Sheira.
"Saya mendengar banyak kabar tentang perjalanan Anda," timpal Grand Duke Everon.
Ditrian jadi menyadari kehadiran orang itu. Ia sudah rapi.
"Salam, Yang Mulia," sapanya kemudian.
"Grand Duke Everon," ucapnya seraya mengangguk. "Bagaimana keadaan ibukota selama aku tidak ada?"
"Begitulah, Yang Mulia. Kepergian Anda yang tiba-tiba cukup membuat saya kewalahan. Semuanya terkendali, tapi ada beberapa hal mendesak yang ingin saya bicarakan."
Ditrian bi
Di antara pilar-pilar pualam yang gelap dan dingin. Di sisi dinding-dinding tua yang berdiri berabad-abad. Raja Ditrian melangkah gontai di koridor. Pikirannya kalut. Tubuhnya letih.Bukan karena rapat yang bertubi-tubi setelah ia tiba hari ini. Bukan karena dokumen-dokumen yang menumpuk yang harus ia simak hingga tengah malam. Tapi ... karena sebuah keputusan berat yang harus ia timbang.Menikah dengan Evelina.Ia telah berada di istana ratu. Kamar paling ujung dengan pintu putih pohon ek. Kamar yang paling tidak dianggap. Tapi ... ini adalah kamar yang berharga baginya, karena si empunya. Malam ini ... tidak seperti yang lalu-lalu. Berat rasanya melangkah kemari.Ia mengetuk pintu itu dengan sangat pelan.
"Jadi ... apa Anda sudah memahami soal fundamental kerajaan ini?"Sheira mengangguk mantap. Fred baru saja menjelaskan beberapa hal dasar padanya."Kerajaan Canideus terdiri dari beberapa elemen penting. Keluarga Kerajaan, Partai Bangsawan, Dewan Rakyat, Garda Militer Kerajaan, dan Pengadilan Agung. Pengadilan Agung bertugas untuk menegakkan hukum dalam setiap kasus hukum, baik kepada para bangsawan, maupun rakyat biasa. Yang Mulia Raja juga punya hak istimewa sebagai hakim jika suatu kasus berkaitan dengan keluarga kerajaan.""Lalu bagaimana dengan Garda Militer Kerajaan?" tanya Fred sambil membetulkan kacamata bacanya."Garda Militer Kerajaan melakukan patroli, menjamin keamanan seluruh negeri dan mencegah tindakan kriminal. Berperang di bawah perintah Yang Mulia Raja jika diperlukan.""Bagus. Apa Anda sudah paham peran Partai Bangsawan, Dewan Rakyat, dan Keluarga Kerajaan?""Umm ... Partai Bangsawan akan mengajukan suatu pembangunan atau
"Mulai sekarang, Tuan Putri akan menjadi pegawai magang di sini. Beliau sama seperti kita semua, tidak perlu di beri perlakuan khusus!" seru Fred di ruang kantor para pegawai. "Kembali bekerja!"Seketika semua orang kembali pada buku jurnal dan perkamen di meja masing-masing. Sheira bisa melihat para Direwolf itu dengan telinga-telinga anjing kecil mereka. Di bawahnya ada wajah-wajah serius yang penuh konsentrasi. Beberapa menetap di meja dengan pena-pena bulu yang tak berhenti menggesek perkamen. Lainnya ada yang mengangkut gulungan perkamen di pelukan mereka atau buku jurnal tebal bersampul kulit lembu.Namun, Sheira tak bisa menghindari lirikan-lirikan mereka yang seperti ingin tahu padanya. Atau beberapa pegawai Direwolf wanita yang berbisik di pojok sana. Entah bicara apa.Mereka ada di Departemen Legal Istana. Sebuah ruangan yang berisi dokumen-dokumen dalam proses dengan para pegawai yang memakai seragam sama dengan Fred. Jas biru tua dengan bordiran sulu
Di balkon ruang kerja raja, sengaja disiapkan sebuah meja dengan dua kursi. Pelayan menyusun sedemikian rupa hingga nyaman bagi raja dan selirnya untuk makan siang bersama.Ditrian tak henti-henti memandangi Sheira yang makan dengan anggun. Hingga sampailah mereka ke makanan penutup."Apa ada sesuatu di wajah saya, Yang Mulia?" tanya Sheira bingung."Tidak," jawab Ditrian mesem-mesem. "Aku cuma senang saja. Sepertinya membuatmu bekerja di istana adalah ide yang bagus. Aku bisa sering-sering melihatmu di jam-jam sekarang.""Seharusnya Yang Mulia membiarkan saya untuk makan siang dengan rekan sejawat yang lain. Tidak bagus loh menganak emaskan pegawai.""Kau kan
"Kira-kira, berapa lama hal itu bisa terjadi?" tanya Raja Ditrian.Di siang yang senggang, ia sengaja memanggil Dokter Stuart, dokter kerajaan dan Master Viserian, ahli alkimia kerajaan."Saya tidak bisa menjanjikan atau bahkan menjamin Tuan Putri bisa memiliki anak dari Yang Mulia," jawab Dokter Stuart. "Ini karena Anda berdua adalah dua ras yang berbeda. Manusia dan Direwolf.""Apa tidak ada ramuan yang bisa mewujudkannya?" Ditrian beralih pada Master Viserian."Saya tidak menyarankan ramuan apapun, Yang Mulia. Salah-salah, janin yang ada dalam perut Tuan Putri bisa terkena kutukan, atau malah bisa membuat beliau mandul. Tapi kalau Yang Mulia menginginkan ramuan kontrasepsi, saya bisa menyediakan."
'Bagaimana membatalkan pernikahan dengan Evelina?' pikir Ditrian.Dadanya cemas. Dia ingat bagaimana wajah Everon tadi. Langkah kaki yang panjang begitu cepat melintasi lorong-lorong istana. Ia melesat melewati pilar-pilar pualam yang tinggi dan gagah."Siapkan kereta kuda!" perintah Ditrian ketika ia berpapasan dengan salah satu pengawal. Tanpa menghentikan langkahnya sebentar pun."Baik Yang Mulia!" sahut pengawal itu. Ia berlari sepanjang koridor hendak memenuhi perintah rajanya.Ditrian telah sampai di salah satu ruang di istana. Ruang Departemen Legal Kerajaan. Pintu itu masih terbuka lebar."Yang Mulia," sapa seorang pegawai sambil membungkuk. "Apa ada yang bisa kami-.""Dimana Fred? Dimana istriku?" potong Ditrian semena-mena dan tergesa.Ditrian mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan. Para pegawai langsung membungkuk begitu melihat sang raja. Ia menememukan Sheira dan Fred tengah berbincang. Mereka berdua tak menyadari keha
Tidak bisa dihindari.Wajah gemuk Duke Gidean von Monrad dan Duchess Anna von Monrad berseri-seri. Di ruang kerja raja yang biasa membuat stress Raja Ditrian, kini terasa lebih buruk baginya. Grand Duke Everon duduk khidmat. Lady Evelina pun menunggu-nunggu jawaban tunangannya."Se-Sebulan. Beri aku waktu sebulan lagi," lirih Ditrian.Seketika senyuman keluarga Monrad redup. Bahu Evelina melorot lesu. Yang paling berubah jengkel adalah Everon. Mata biru pria itu melirik tajam seperti berkata, 'apa yang kau lakukan?!'"Maksud Yang Mulia ... apa ya?" tanya Duchess Anna gugup. Ia terlihat semakin tidak nyaman.Ketika wanita itu melirik Evelina, mata zamrudnya berkilat sekilas nyaris memuntahkan air mata."Ah! Haha! Yang Mulia pasti ingin supaya pernikahan dilakukan sebulan lagi," sambar Grand Duke Everon dengan nada bercanda. Ia mengatakan seolah ini adalah lelucon. Seringai canggungnya mekar di bibir."A-Aku tidak-," Ditrian berkeringat
"Tuan Putri?" panggil Fred. "Tuan Putri?!" panggilnya sekali lagi dengan nada gemas."O-Oh!" Sheira tersentak kaget dari renungannya. Ia menoleh di atas tempat duduk pada pria culun berambut klimis itu. Wajah Fred agak kesel. "I-Iya Tuan Fred? Apa ada yang bisa saya bantu?"Fred mendesah sebal. "Hhh. Saya sudah memanggil Anda tiga kali. Apa Anda sudah menyelesaikan salinan dokumen?""Ah ... maaf. Iya saya sudah selesai." Sheira buru-buru merangsak ke lembar-lembar perkamen yang acak-acakan di meja. "Ini dia Tuan. Tiga lembar kan?" katanya seraya menyerahkan dokumen."Tiga? Saya cuma minta dua kok," sanggah Fred."Eh ... bukan tiga ya?" tanyanya linglung.Fred cuma menggeleng tidak habis pikir, lalu mengambil dokumen itu dari genggaman Sheira. Fred memeriksa baik-baik dari kacamata baca. Kemudian mata hijau pria itu melirik Sheira yang kembali seperti melamun."Meja Anda berantakan. Anda tahu saya tidak suka itu. Meja yang berantakan bisa jadi bibit keteledoran. Apalagi Anda mengurusi
Ditrian meletakkan seikat bunga berwarna kuning keemasan. Ia tersenyum."Mirip kau," katanya.Empat puluh lima tahun berlalu. Empat puluh lima tahun lamanya pula Sheira terbaring di ranjang. Kini ia ditempatkan di sebuah menara tinggi. Setelah perang, raja-raja memantapkan Ditrian sebagai kaisar baru mereka. Kaisar Ditrian von Canideus. Setelah berabad-abad, akhirnya ada seorang kaisar yang adil dan bijaksana. Kekaisaran menjadi makmur. Semua makhluk hidup berdampingan dan beriringan. Bangsa Elf tak lagi begitu menutup diri mereka. Mereka membagi pengetahuan di bidang pengobatan dan sihir. Sementara para Dwarf terkadang menjual teknologi-teknologi yang mereka miliki seperti teknologi pembajak sawah otomatis dan kincir air yang bisa digunakan untuk menumbuk biji-bijian.Kekaisaran berangsur makmur semenjak pemerintahan Raja Ditrian.Meskipun rakyat kini bisa hidup damai dan bersuka cita, tidak dengan Raja Ditrian. Dia akan bersuka cita kelak, saat su
Ditrian langsung menerobos ke dalam tenda. Ada beberapa orang di sana."Sheira! Sheira!" pekik Ditrian. Ia langsung menghampiri istrinya yang telah terbujur kaku di atas ranjang. Ditrian memeluk dan memegang tangannya. "Apa yang terjadi?! Sheira! Bangunlah! Aku disini, Sheira!"Ditrian tak bisa membendung kesedihannya. Ia menangis sambil memeluk jasad Sheira. Ia menangis begitu memilukan. Tidak pernah ada seorang pun yang melihat pria itu menangis. Tidak ada. Namun di hari itu ... Ditrian begitu merana. Ia membelai rambut emas Sheira, memanggil-manggil namanya begitu putus asa.Semua yang ada di ruangan itu sangat berduka."Apa yang telah terjadi p
Keesokan harinya, setelah matahari terbit, semua orang telah bersiap di pos mereka masing-masing. Ditrian menggenggam tangan Sheira di atas bukit, raja-raja juga berada di sana. Mereka bisa memandangi keseluruhan medan perang."Kau sudah siap?"Sheira mengangguk. "Aku telah menunggu hari ini seumur hidupku. Aku akan membunuh mereka semua," kata Sheira mantap.Ditrian mengecup punggung tangannya. "Jangan terlalu memaksakan dirimu. Aku akan memenangkan peperangan ini untukmu, sayangku."Tak berapa lama kemudian, suara terompet dibunyikan. Raja Dwarf melihat dengan sebuah tongkat dari kuningan yang ditambahi sebuah kaca kecil di ujungnya. Katanya benda itu bernama teropong jarak jauh.
Ditrian membawa kembali Sheira ke ibukota. Sedangkan Everon, dengan berat hati ia patuh untuk tetap membangun wilayah Galdea Timur dan menetap di sana. Everon patah hati. Namun ... dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.Sementara itu, diantara kemelut dan tragedi meninggalnya Evelina von Monrad dan Duke Gidean von Monrad di dalam istana, pernikahan mereka tetap dilaksanakan. Sheira von Stallon telah dinobatkan menjadi ratu dari Kerajaan Canideus. Kemudian Fred yang telah dibebaskan menyelidiki penyebab tindakan bunuh diri dan dari mana Evelina mendapatkan racun itu. Setelah dilakukan penyelidikan, ditemukanlah bahwa ini ada campur tangan dengan Kaisar Alfons. Termasuk ketika anak dalam kandungan Sheira gugur. Duchess Anna yang telah kehilangan kewarasannya selalu mengatakan hal itu berulang-ulang, berkali-kali dengan sumpah serapah.
Padang rumput di sini begitu luas dan tenang. Lebih indah daripada yang ada di kerajaan Canideus. Sepuluh orang ksatria Direwolf menyertai Raja Ditrian von Canideus.Raja yang telah dengan sengaja membatalkan pernikahannya sendiri. Mereka berangkat subuh-subuh, berangkat diam-diam dari istana tanpa membuat keributan, tanpa seorang pun tahu akan kepergian mereka. Meski pun begitu, Ditrian sudah meninggalkan surat perintah pembatalan pernikahannya. Mereka kini beristirahat di tengah perjalanan menuju ke Galdea Timur.Seorang di antara mereka menghampiri Ditrian. Ia menyerahkan sebuah surat."Yang Mulia ... ada pesan dari istana."Ditrian membuka gulungan surat itu. Pastilah burung merpati dari istana terbang menyusul
Para bangsawan sudah bersuka cita. Mereka telah membawa perasaan itu ketika berangkat dari rumah. Meskipun mendadak, kabar pernikahan Raja Ditrian dan Lady Evelina von Monrad, anak Duke Gidean von Monrad yang tersohor akan dilaksanakan. Kabar itu menyebar sangat cepat bagai lumbung gandum yang dilalap api. Mereka sudah bersiap dan duduk dengan khidmat di kursi aula. Dekorasi istana hari ini bernuansa biru tua dan emas. Juga bendera-bendera Kerajaan Canideus yang berlambang serigala menganga sudah dipasang.Di luar istana, rakyat juga tak kalah heboh. Nampaknya seluruh jalanan begitu ramai karena mereka pun ikut merayakannya. Festival-festival dan hiburan rakyat membuat hari ini kian riuh. Pontifex sudah bersiap di altar, hendak memberkati pernikahan mereka berdua.Termasuk Lady Evelina. Ia sudah cantik, mempesona luar biasa.
Beberapa hari ini Evelina begitu bahagia. Setiap malam, setiap hari, ia selalu bisa melihat Ditrian. Evelina kian terbuai dengan kisah kasih bersama pujaan hatinya itu. Raja Ditrian von Canideus yang gagah perkasa dan rupawan. Ini semua bagaikan mimpi bagi Evelina. Dia tidak pernah mengira jika angan-angannya sejak dulu akhirnya terwujud. Apalagi, mereka selalu bercinta, hingga Ditrian menjanjikan jika suatu hari nanti mereka akan mempunya anak. Evelina pun yakin akan itu. Entah sudah berapa kali mereka melakukannya. Benih-benih dari Ditrian sudah berada di dalam tubuhnya.Setiap malam mereka memadu kasih. Begitu romantis, bergairah dan bernafsu. Ini yang membuatnya semakin tidak akan pernah melepaskan Ditrian. Namun ia juga sadar, jika ini hanyalah sebuah kepalsuan. Evelina paham betul, hal yang begitu hebat mengubah hati Ditrian adalah karena setetes ramuan ini. Ramuan cinta dar
Langit hari itu sangat cerah. Kepulan awan di atas sana yang berwarna putih begitu indah. Sudah beberapa hari berlalu sejak Everon meninggalkan ibukota. Sejak ia meninggalkan istana dan kemelut politik di kerajaan. Mungkin baru kali ini ia keluar dari huru-hara itu setelah sekian lama. Everon tak ingat kapan terakhir kali kepalanya merasa setenang ini, sehening ini.Di tanah lapang ini, pasukan dan para ksatria Direwolf telah mendirikan tenda-tenda berwarna putih. Ada bendera juga yang tertancap di tenda yang paling besar, tenda miliknya. Bendera itu berlambangkan simbol Kerajaan Canideus dengan latar biru tua dan kepala serigala berwarna emas tengah menganga menghadap kedepan.Everon memerhatikan kesibukan dan lalu-lalang prajurit dan ksatria Direwolf di sekitar perkemahan. Itu membuatnya sedikit lupa jika ia belum benar-ben
Di dalam kamar yang hangat dan remang-remang, cahaya lilin bergetar lembut di dinding, menciptakan bayangan yang menari-nari seolah menyaksikan saat penuh asmara yang tengah berlangsung. Raja Ditrian duduk di tepi tempat tidur, wajahnya dipenuhi ketegasan dan kelembutan.Di bibir ranjang yang luas ini, mereka sudah duduk saling bersebelahan. Ditrian yang gagah itu hanya mengenakan jubah tidur. Sedari tadi ia mengamati Evelina dari ujung kaki hingga kepala, berbalutkan gaun tidur malam berwarna putih mutiara."Evelina," suara Ditrian dalam, penuh emosi, saat ia meraih tangan Evelina, menggenggamnya dengan lembut. "Setelah segalanya yang terjadi, terimakasih telah setia berada di sampingku. Setelah semua yang kulakukan padamu ... terimakasih kau masih ingin bersamaku. Maafkan aku atas sikap-sikapku dulu."