Kinasih memeluk Liliana dengan erat, ia merasa sangat berutang budi pada menantunya itu.
"Kau memang anak nakal, lain kali jangan bertindak seperti superhero. Kau ini menantu mama, bukan Wonder Woman."
Liliana hanya tersenyum melihat kecemasan di wajah Kinasih ia sangat yakin jika Kinasih begitu mencintainya.
"Oya, Papa ke mana, Ma?" tanya Liliana.
"Papamu sedang ke Gereja, mengantar Opamu. Opamu sekarang memang rajin sekali berdoa," kata Kinasih.
Keluarga Romano memang memeluk agama Katholik. Sementara Arnold menjadi mualaf yang baik atas bimbingan Kinasih.
"Nanti papa ke sini, Ma?" tanya David.
"Iya, papamu mau mampir ke kantor dulu sebentar. Mushi bilang dana perusahaan menipis, Dave?"
David menghela napas panjang. "Iya, Ma. Kami harus menarik semua produk yang kemarin bermasalah. Bukan hanya itu, penjualan menurun juga imbasnya pada produk yang lain. Mau tida
Gelas yang dipegang oleh George terlepas begitu saja saat melihat siapa yang datang. Tak terkecuali Kadita, ia tidak menyangka orang yang selama ini ia rindukan berada di hadapannya. Ia baru saja selesai terapi ketika Sanjaya dan Nadila mengajak untuk menjenguk Lilliana."Ka-Kadita ...." Suara George terdengar lirih. Kemudian ia beralih kepada Sanjaya dan menatap putranya itu."Jay, tidak mau mendekat? Aku ini ... aku-""Di- diiiia paaaapaaa ... papamuuu." Semua yang ada di ruangan itu tersentak kaget. Setelah empat tahun menderita stroke dan tidak mampu bicara, tiba-tiba saja Kadita bisa bicara meski masih susah."Ibu, ibu bisa bicara?" kata Sanjaya sambil duduk berlutut di hadapan Kadita."Kenapa kau pergi waktu itu?" tanya George dengan berlinang air mata sambil menatap dan berjalan mendekati Kadita. Suasana terasa hening, Liliana menggenggam tanga
-TIGA BULAN KEMUDIAN_ Nadine pagi ini kelihatan cantik dengan kebaya dan riasan pengantin adat Jawa Barat. Ya, hari ini adalah pernikahan Nadine dan Dirga. Mereka memilih tata cara adat Sunda karena Nadine yang sangat menginginkan. Nadine mengenakan siger di kepalanya, siger Sunda itu sendiri memiliki makna yang cukup.Dengan meletakkan siger pada kepala, pengantin wanita pada dasarnya telah meletakkan kearifan, rasa hormat, dan kebijaksanaannya sebagai prioritas dalam pernikahan. Sebagai istri, siger merupakan simbolisasi harapan kearifan, hormat dan kebijaksanaan. Selain sigernya itu sendiri, riasan adat siger yang Nadine pakai juga disertai dengan hiasan-hiasan pada sanggul seperti kembang tanjung. Kembang tanjung adalah 6 pasang bunga yang disematkan pada belakang sanggul, bentuknya seperti kupu-kupu kecil di belakang konde. Kembang tanjung sendiri bermakna seba
Sebelum mengajak Nadine ke Singapura, terlebih dahulu Dirga mengajak Nadine berbulan madu di Villa yang sudah ia sewa di Lembang Bandung. Nadine memang sudah sejak lama juga ingin wisata dan berlibur ke kota parahyangan itu. Malam itu saat mereka makan malam di sebuah restoran yang tak jauh dari Villa. Nadine bersikeras karena restoran itu menyediakan sate kelinci. Tetapi, tiba-tiba hujang turun dengan derasnya hujan membuat mereka harus pulang ke Villa dengan berlari. Dirga langsung melepaskan hodienya dan memakaikannya ke tubuh Nadine karena tubuh Nadine semakin kedinginan dan bergetar.“Kau baik-baik saja?” tanya David, “Kalau cape, jalan saja. Nanti di Villa kita mandi,” lanjutnya.Nadine mengangguk, ia juga sudah lelah berlari di tengah hujan deras. Mereka kembali berjalan dan Dirga menggenggam tangan Nadine dengan erat.Jalanan tidak begit
Dengan penuh percaya diri David tampil di hadapan para awak media. Setelah beberapa bulan dari insiden yang menimpa La Rue akhirnya mereka berhasil mengeluarkan produk terbaru. Setelah menimbang, David memutuskan untuk menarik seluruh produk La Rue. Dan mereka mengubah semua formula serta memperbaharui produk-produk mereka. David juga mengubah namanya menjadi New Laa Rue. 'Aman untuk ibu hamil' itu adalah slogan terbaru mereka. Dan Liliana yang memang sedang hamil besar menjadi brand ambassador untuk New Laa Rue. Dan ide Liliana ini ternyata memang brilian, produk yang dikeluarkan laku keras bahkan grafik penjualan langsung meningkat dengan sangat pesat. Sekali lagi Liliana menjadi pahlawan bagi David."Selamat, Dave. Kau memang hebat," kata Nadila sambil mengulurkan tangan pada keponakannya itu."Terima kasih, Tante. Bagaimana Nadine dan Dirga?""Mereka betah di Singapura," jawab Nadila. David ter
"Kenapa, sayang?" tanya David saat melihat Liliana beberapa kali melihat ke kaca spion sambil mengerutkan dahi. Mereka baru saja mengantarkan Arnold, Kinasih dan George ke Bandara. George memutuskan untuk kembali ke Thailand. Terlalu lama di luar negeri membuat George memang merasa tidak betah di Indonesia."Mobil itu ... beberapa hari ini aku selalu melihatnya, ketika mobil itu melintas aku sempat mengingat nomor polisinya.""Kau yakin, sayang?" tanya David dengan serius."Aku sangat yakin, Mas.""Mulai besok, aku akan meminta orang untuk menjagamu.""Apa ada masalah yang aku tidak tau, Mas?" tanya Liliana. David terdiam, sebenarnya ada sesuatu yang ia sembunyikan dari Liliana."Masalah pekerjaan? Ada apa, Mas?" tanya Liliana mulai panik.David menghela napas panjang."Jangan kau pikirkan. Sekarang ini, kau hanya boleh memikirkan keha
Mendengar ribut-ribut, Liliana langsung keluar kamar. Perasaannya semakin tidak enak saja. Dan, saat ia keluar ia terkejut saat melihat siapa yang datang. Dengan cepat, Liliana segera berbalik dan kembali ke kamarnya dengan cepat.“Liliana! Kau mau ke mana?!” Liliana segera mengunci kamar dan dengan cepat ia segera menelepon David.“Mas! Tolong aku, aku dalam bahaya!”“Li, Sayang, apa yang terjadi?”PRANG!“Tolong!”TUT! TUT! Merasa bahwa sang istri dalam bahaya, David langsung menelepon polisi dan segera menyambar kunci mobilnya. Ia pun langsung berlari ke parkiran dan segera mengemudikan mobilnya pulang. Hatinya begitu cemas dan was-was. Ia mencoba kembali menelepon Toba dan John orang yang ia sewa untuk menjaga Liliana tapi ponsel mereka mati. David benar-benar merasa khawatir. Ia pun m
Dor! Leo melepaskan tembakan, peluru nya menyerempet kaki Liliana sehingga wanita itu merosot turun dan membuat Aryo kesulitan hingga akhirnya ia melepaskan Liliana dan mengeluarkan senjata api miliknya juga dan mengarahkan pada David yang lengah. Melihat suaminya dalam bahaya, Liliana tak mengindahkan rasa nyeri pada kakinya, dengan sekuat tenaga ia bangkit dan menghambur ke dalam pelukan David. Namun, sebuah peluru yang sudah terlanjur di lepaskan menembus ke punggung Liliana. Melihat itu, KOMPOL Leo melepaskan kembali tembakan untuk melumpuhkan Aryo dan Yudi. Sementara David yang melihat darah dari punggung Liliana meraung dan memeluk sang istri. Sanjaya segera berlari dan menghampiri David dan Liliana."Kita bawa istrimu ke rumah sakit, biar Bang Leo yang mengurus sisanya. Ayo, kau bawa ke mobilky, cepaaat Dave!!!" seru Sanjaya. David pun menurut dan segera menggendong Liliana ke dalam mob
Selama dua hari Liliana tidak sadarkan diri, selama itu pula David menemani sang istri. Saat tersadar, Liliana menatap suaminya itu dengan perasaan haru sekaligus geli melihat lelaki gagah dan tampan yang ia cintai itu menangis."Kau ini lucu, Mas. Aku baik-baik saja. Sini, lebih baik kau menciumiku seperti tadi," jawab Liliana dengan suara lirih sambil menahan nyeri di punggungnya."Sakit, Sayang?""Pundakku nyeri, Mas.""Tentu saja, kau ini terkena peluru. Lain kali, jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi," ucap David lirih."Lalu, apa aku harus diam saja melihat suamiku hampir celaka? Kalau kau mengatakan bahwa kau mencintaiku dan tidak mau aku celaka, aku juga mencintaimu, Mas. Dan, aku tidak mau suami ... ayah dari anakku celaka. Jadi, tolong jangan pernah lalai untuk menjaga dirimu sendiri." David terharu mendengar jawaban sang istri. David tidak pernah mengira bahwa Liliana
_28 TAHUN KEMUDIAN_ "Nggak punya mata?! Nggak liat ada manusia sebesar ini? Matanya di mana?" hardik Alexandra kesal. Hancur sudah penampilannya hari ini, padahal ia sudah berdandan sejak jam lima pagi. Hari ini wawancara kerjanya. Tapi, penampilannya rusak karena tersiram segelas kopi hitam. "Kau yang tidak punya mata, kalau mau melamun ya jangan sambil jalan. Melamun dulu, baru jalan, atau seharusnya tadi ketika kau bangun tidur ya habiskan lamunanmu dulu!" bentak pemuda yang baru saja Alexandra hardik. Pemuda itu sebenarnya sangat tampan, dengan tinggi sekitar 180 CM ia tampak begitu gagah. Matanya yang coklat, dengan alis tegas dan tebal, hidung mancung dan bibir yang begitu sensual untuk seorang pria. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau terpesona denganku, kan?" ujar pemuda itu sambil tersenyum nakal. Demi Tuhaaan, senyumnya membuat Alexandra terpukau, terlebih senyum p
Pagi itu jenazah Kadita dibawa pulang dari rumah sakiit dan langsung dimandikan untuk segera dimakamkan. Kinasih, Nadila dan Nadine turun tangan untuk memandikan jenazah Kadita."Mami masih tidak percaya nenekmu meninggal secepat ini. Padahal kondisinya sudah membaik bahkan sudah sembuh dari stroke yang dideritanya," kata Nadila pada Nadine."Tidak ada yang tau takdir Tuhan, Mami," ujar Nadine. Setelah dimandikan dan diberi kain kafan, jenazah pun langsung disalatkan dan langsung dibawa ke pemakaman. Arnold dan Sanjaya bahkan ikut membawa keranda dan juga masuk ke dalam lubang kubur untuk memakamkan jenazah Kadita. Sanjaya dan Arnold menatap tanah merah di hadapan mereka. Ayu, perawat Kadita pun tampak sangat terpukul dengan kepergian Kadita yang begitu mendadak. Sementara pelayat yang lain sudah pulang, keduanya masih berada di makam Kadita."Ibumu sudah tenang di sana," kata Arnold sambil
Liliana menatap Nadine, "Mbak, tapi ...."Dirga yang mengerti maksud Liliana tersenyum."Nadine memang mengalami anovulasi, Li. Tapi, bukan berarti tidak dapat disembuhkan. Saat ini kami sedang berobat supaya Nadine bisa hamil dan kami memiliki anak," jelas Dirga.Liliana hanya mengangguk-angguk, ia memang pernah membaca dari sebuah artikel tentang anovulasi. Dan memang bisa sembuh dengan cara terapi. Tak lama acara pun dimulai dengan doa- doa setelah itu barulah diteruskan dengan acara yang lainnya. Tampak Liliana dan David begitu bahagia. Tapi, tiba-tiba saja saat acara hampir selesai Kadita yang sedang duduk dan bicara dengan Kinasih memegangi dadanya dan jatuh pingsan. Sanjaya dan Arnold yang duduk tak jauh dari Kadita langsung menggendongnya dan membawa ke rumah sakit."Cinta sejati tidak akan pernah mati,meskipun orang yang kita cintai sudah tid
Arini benar-benar menepati perkataannya. Rumah Liliana mendadak ramai, dua kamar tamu terisi dan setiap hari ada saja yang membuat Liliana tertawa geli. Arini dan Kinasih dengan semangat membagi tugas. Arini merawat Liliana dengan jamu-jamu tradisional buatannya dan juga tak lupa mengoleskan obat buatannya ke perut Liliana. Setiap pagi, Arini akan membuatkan kunyit asam sirih untuk Liliana minum setiap hari. Selain itu untuk mengembalikan bentuk tubuh Liliana seperti semula, Arini membuat jamu dengan bahan-bahan yang terdiri dari 7 gram daun papaya, daun jinten, 10 gram kayu rapet, 10 gram daun sendok, 7 gram daun iler, 7 gram daun sambilonto dan 7 gram asam Jawa. Semua bahan-bahan ini ia tumbuk halus lalu direbus dalam dua gelas air hingga mendidih. Dan, Liliana mau tidak mau meminumnya sambil memejamkan mata. Ia sama sekali tidak bisa menolak, karena Arini akan menunggunya hingga m
Pagi itu Liliana terbangun dan ia merasa perutnya terasa sedikit sakit. Baru saja ia akan melaksanakan ibadah salat subuh, tapi rasa sakit di perutnya makin terasa. Perlahan, ia membangunkan David."Mas, perutku sakit ..." keluh Liliana. David langsung membuka matanya dan menatap istrinya yang meringis kesakitan. Ia bertambah panik saat melihat ada darah yang mengalir di kaki Liliana."Ya Allah, kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu, aku panaskan mobil sebentar." David langsung mengganti pakaiannya, dan ia berlari keluar kamar. Tuti yang melihat David panik langsung menghampiri."Ada apa, Pak?" tanyanya."Ibu mau lahiran. Cepat bawakan tas yang sudah di siapkan." Kinasih yang kebetulan baru bangun pun ikut panik dan segera membangunkan seisi rumah. Untung saja seminggu sebelumnya Kinasih berinsiatif untu
"Kau suka kamar baru kita?" tanya David."Aku suka, Mas. Aku suka halaman rumah yang asri dan teduh itu, saat melihat dari balkon, aku langsung melihat taman. Oya, Mas rumah lama kita kau jual?" tanya Liliana."Iya, saat ini masih dalam proses perbaikan. Jendela yang pecah dan kunci semua diganti. Kemarin, kata Mushi ada yang berminat tapi, dia mau supaya semua direnovasi terlebih dahulu.""Terimakasih, Mas. Kau sangat memikirkan aku. Kau tau bahwa aku mungkin akan sedikit merasa trauma di rumah itu. Dan, kau berinisiatif untuk membawaku pindah rumah. Terimakasih ya, Mas.""Sama-sama, sayang."“Tapi, perusahaanmu baru bangkit kembali. Itu pun uang dari Opa, kan? Apa tidak boros ... kau membeli rumah baru ini?” tanya Liliana. David menggelengkan kepalanya perlahan.“Rumah ini aku beli dari uang yang selama ini aku simpan ditambah uang dari papa. Papa dan Opa yang menyuruh untuk pindah. Tidak mengapa, sayang ... toh rumah lam
Sudah tiga hari Liliana dan David tinggal di hotel. Dan, pagi itu David dengan wajah ceria membawa kabar gembira untuk Liliana"Apa kita bisa segera cek out dari sini, Mas?" tanya Liliana."Hmm, besok ya sayang. Kejutanku besok baru siap. Jadi, ya kau bersabar saja sampai besok." Liliana hanya mengerutkan dahinya. Ia mulai curiga melihat gelagat David. Ia yakin, suaminya pasti sedang mempersiapkan sesuatu yang sama sekali tidak ia duga sebelumnya."Mas, beritahu aku kau sedang mempersiapkan apa? Kenapa aku tidak boleh pulang dulu sekarang?" tanya Liliana sambil duduk di atas pangkuan suaminya itu."Kau penasaran?""Ya jelas, Mas. Ayolah, kau ini jahat sekali. Selama beberapa hari ini, kau bahkan menyita ponsel milikku. Tidak boleh bicara dengan siapapun. Bahkan, aku tidak kau izinkan untuk sekedar berenang. Ayolah, Mas," rayu Liliana. David hanya terta
Selama dua hari Liliana tidak sadarkan diri, selama itu pula David menemani sang istri. Saat tersadar, Liliana menatap suaminya itu dengan perasaan haru sekaligus geli melihat lelaki gagah dan tampan yang ia cintai itu menangis."Kau ini lucu, Mas. Aku baik-baik saja. Sini, lebih baik kau menciumiku seperti tadi," jawab Liliana dengan suara lirih sambil menahan nyeri di punggungnya."Sakit, Sayang?""Pundakku nyeri, Mas.""Tentu saja, kau ini terkena peluru. Lain kali, jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi," ucap David lirih."Lalu, apa aku harus diam saja melihat suamiku hampir celaka? Kalau kau mengatakan bahwa kau mencintaiku dan tidak mau aku celaka, aku juga mencintaimu, Mas. Dan, aku tidak mau suami ... ayah dari anakku celaka. Jadi, tolong jangan pernah lalai untuk menjaga dirimu sendiri." David terharu mendengar jawaban sang istri. David tidak pernah mengira bahwa Liliana
Dor! Leo melepaskan tembakan, peluru nya menyerempet kaki Liliana sehingga wanita itu merosot turun dan membuat Aryo kesulitan hingga akhirnya ia melepaskan Liliana dan mengeluarkan senjata api miliknya juga dan mengarahkan pada David yang lengah. Melihat suaminya dalam bahaya, Liliana tak mengindahkan rasa nyeri pada kakinya, dengan sekuat tenaga ia bangkit dan menghambur ke dalam pelukan David. Namun, sebuah peluru yang sudah terlanjur di lepaskan menembus ke punggung Liliana. Melihat itu, KOMPOL Leo melepaskan kembali tembakan untuk melumpuhkan Aryo dan Yudi. Sementara David yang melihat darah dari punggung Liliana meraung dan memeluk sang istri. Sanjaya segera berlari dan menghampiri David dan Liliana."Kita bawa istrimu ke rumah sakit, biar Bang Leo yang mengurus sisanya. Ayo, kau bawa ke mobilky, cepaaat Dave!!!" seru Sanjaya. David pun menurut dan segera menggendong Liliana ke dalam mob