Share

Part 51–Telepon dari Leon

"Mama, danan nanis."

Alva yang tadinya duduk di ayunan kayu bersamaku, kini berpindah ke pangkuan dan memeluk erat.

"Maaf," lirihku seraya balas memeluk dan mengecup kepalanya.

Air mata yang sedari tadi kutahan saat bersama mereka di dalam, akhirnya tumpah ruah juga. Sesak. Bahkan, sampai detik ini Mas William belum menyadari kami memisahkan diri dari mereka.

Apa mungkin yang dikatakan Indira itu benar? Mas William masih menyimpan perasaan untuknya.

"Kita habiskan kuenya, yuk!" ajakku setelah menyeka air mata dari wajah.

Alva mengangguk, lalu turun dari pangkuan dan kembali duduk berdampingan. Kusuapi dia sambil sesekali tersenyum ketika Alva menoleh. Seolah ingin memastikan aku tak menangis lagi.

"Bobby! Bobby!" seru Alva riang melihat kucing kesayangannya ikut ke sini, lalu loncat dan naik ke pangkuannya.

Fokusku terpecah saat ponsel di saku gamis bergetar. Bang Leon.

"Sayang, Papa Leon telepon. Mau bicara?"

"Mau, Ma!" jawab Alva bersemangat. "Atu tanen Papa."

Kugeser ikon hijau dan
Заблокированная глава
Продолжайте читать эту книгу в приложении

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status