"Adzana pamit ya om, tante, Lela.""Jangan lupa berdoa ya Nduk dan hati-hati di jalan."pesan ayah DESPARTO kepada Lela." Iya om, pasti"Tiba-tiba Lela mendekati Adzana lalu menggenggam tangan Adzana dengan erat serta menatap mata Adzana dengan tajiam mengisyaratkan bahwa Lela tak ingin Adzana kembali ke rumahnya."Kak Adzana, jangan pulang donk. Menetap di sini saja." pinta Lela dengan memelas."Kakak harus pulang adek. Hari cuti kakak sudah habis dan kakak harus kembali bekerja. Kalau kakak gak kerja nanti yanwg membayar k Lela."gakjwsayang, kak Adzana benar. Kalau karyawan hari cuti telah habis memang harus kembali bekerja. Nanti kalau gakj kembali untuk bekerja Kak Adzana bisa dipecat."Lela terdiam namun ia paham penjelasan dari ibunya. Adzana membalikkan tubuhnya dan tangannya meraih koper yang berada di sisi kanan. Diteriknya di koper miliknya berwarna merah mieuda. Berjalan mendekati petugas tiket pesawat.Setelah berjalan masuk melewati petugas tike
Di caffe "Daun" semua pegawai apotek datang dalam pertemuan perpisahan anak magang. Semua orang yang berada di caffe itu bercanda gurau tak terkecuali Giandra dan Adzana."Kak Adzana." "Iya dek. Ada apa?""Apakah saya boleh mengirimkan pesan ke kak Adzana untuk bertanya lowongan pekerjaan di apotek kak?""Iya tentu saya boleh donk.""Terima kasih kak Adzana.""Iya sama-sama dek."Makan bersama sebagai tanda perpisahan anak-anak magang telah usai. Kemudian semua pegawai dan anak-anak magang kembali ke bus pariwisata untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. "Oke gaes, tolong cek teman sebelah kalian apakah sudah duduk disamping kalian."pinta Dian kepada seluruh penumpang bus pariwisata tersebut."Sudah komplit." Serentak semua menjawab pertanyaan dari Giandra."Pak sopir mari kita berangkat sekarang."perintah Dian kepada pak sopir bus pariwisata."Oke mba dian." balas pak sopir.Bus pariwisata 'Gajah Munkur' melaju dengan kecepatan sedang menuju o
"Bagaimana keadaan Dian sekarang Na?" tanya Desparto kepada Adzana yang baru saja datang dari kampung halamannya."Dian masih belum siuman Des." jawab Adzana sambil menyeka air matanya yang menetes.Desparto lalu memeluk Adzana serta menguatkan mental Adzana. Lalu Desparto mengajak Adzana ke kantin rumah sakit untuk mengisi perutnya yang sejak pagi belum terisi makanan namun ditolak oleh Adzana karena Adzana merasa sedih dan tidak bisa menikmati makanan apapun.Karena ajakan makan ditolak oleh Adzana, Desparto berinisiatif menelfon Siwon untuk membelikan makanan favorit Adzana. Ya, makanan khas Korea Selatan."Siwon, kalo kamu gak sibuk. Saat akan ke rumah sakit untuk menjenguk Dian tolong belikan makanan kesukaan Adzana ya.""Oke Des, nanti aku mampir ke restoran langganan Adzana.""Makasih ya Won.""Sama-sama Des."Desparto menutup panggilan telefon dengan Siwon.
[PENYEBAB MENINGGALNYA SEORANG MAHASISWI DI KOS MELATI SEJATI ENAM BULAN YANG LALU KINI TERUNGKAP]Tagline berita dari media cetak yang beredar di masyarakat di pagi yang mendung. Tagline berita ini menggegerkan seluruh negeri pasalnya ada melibatkan pemimpin negara sebagai dalangnya."Berita macam apa ini?" tanya pak presiden kepada ajudan nya."Saya juga kurang paham pak.""Melibatkan pemimpin negara?Presiden gitu maksud dari berita ini?""Bisa jadi pak?""Apa maksudmu bisa jadi? Pemimpin negara saat ini adalah saya. Jadi maksud kamu saya terlibat dalam kasus pembunuhan seperti yang diungkap penulis berita di koran ini?" kata pak presiden sambil melemparkan koran yang dibacanya ke arah ajudan yang duduk di sebelah kiri dirinya dan melukai pelipis ajudan tersebut."Keluar.""Maa..aaaaf pak maksud saya bukan begitu.""Keluar kamu dari ruangan saya. Tolak semua panggilan telepon serta wawancara dari semua reporter.""Baaa...iiikk." jawab ajudan pak p
"Dian, pakaian milikmu hanya ini saja kan?" tanya Adzana memastikan tidak ada pakaian GIANDRA yang tertinggal di kamar sunah sakit."Sepertinya itu saja. Eh tapi kamu kan yang membawa pakaian-pakaian ku kemari, kenapa masih bertanya itu milik ku atau bukan?" balas Giandra bingung."Hehehe, aku hanya memastikan tidak ada yang tertinggal di kamar ini sayang." ucap Adzana membela diri.Suara handphone milik Giandra berdering. "Na, ambilkan handphone ku di tas kecil ku." pinta Giandra kepada Adzana yang masih membereskan pakaian-pakaian Giandra."Iya Di." balas Adzana.Adzana menghentikan aktivitasnya lalu membantu Giandra mengambilkan handphone miliknya kemudia memberikan kepada Giandra."Hallo, ya Des ada apa?""Oh, ya Dian. Aku dan Siwon sudah sampai di parkiran mobil. Kamu dan Adzana tunggu kami di kamar ya." pesan Desparto."Iya Des, makasih ya."Giandra dan Desparto menghentikan obrolan mereka."Siapa Di yang menelfon?""Desaparto,
"Dian, ayo bangun Di." kata Adzana memanggil Giandra yang masih terlelap tidur sambil merias wajahnya. Lalu telfon Adzana berdering., Adzana menghentikan aktivitasnya lalu menerima telfon tersebut."Hallo.""Hallo non Adzana.""Iya dengan saya sendiri, maaf anda siapa ya?""Begini non, bini menemukan botol obat non Dian di meja makan.""Obat apa bi?"tanya Adzana penasaran."Obat magh non Dian."Mendengar pesan dari bibi, Adzana merasa ada yang tidak beres dengan kondisi sahabatnya."Terima kasih untuk informasinya ya, nanti saya telfon lagi."Dengan raut wajah cemas, Adzana segera menghampiri tubuh Giandra. Ia mendekati Giandra yang masih tertidur lelap di kasur. Perlahan Adzana menyentuh telapak tangan Giandra. Tangan Giandra terasa dingin, lalu dia mencari denyut nadi Giandra. Betapa kagetnya Adzana mengetahui bahwa tubuh Giandra tak lagi berdenyut. Namun Adzana tidak memercayai begitu saja, ia menempelkan telinganya di dekat hidung Gi
Desparto dan Siwon tengah mempersiapkan pengajian 40hari meninggalnya Giandra, saja at mereka. Tak lupa Adzana turut membantu Desparto dan Siwon. Kesedihan serta kehilangan sahabat terbaik mereka sejak usia remaja, suka duka mereka hadapi bersama. Persahabatan tanpa melihat status sosial. Namun kini mereka kehilangan sahabat terbaik. Pengajian itu dilakukan selama satu setengah jam. Sembari menunggu tamu datang, Siwon dan Desparto mendekati Adzana."Na, udahan ya nangisnya."pesan Desparto lalu memeluk Adzana."Iya, Na." pinta Siwon juga."Aku gak bisa berhenti menangis, Dian adalah sahabat sekaligus saudara buat aku. Aku benar-benar kehilangan nya." balas Adzana sambil menyeka air mata."Sama aku juga Na."Lalu tamu pengajian datang satu persatu. Dan pengajian pun dimulai.
("Adzana, keluargaku sudah menanyakan kapan kita akan menikah.")Sebuah pesan singkat dari Desparto masuk di ponsel Adzana.Adzana yang sedang berada di dapur berlari menuju kamar nya karena mendengar notifikasi khusus pesan singkat dari Desparto. Adzana membuka pesan tersebut dan segera membalas pesan dari Desparto.("Aku belum siap menikah tahun ini Des. Hatiku masih sakit atas meninggalnya Dian. Kita bicara nanti saja ya.")Balasan pesan untuk Desparto telah terkirim dan langsung dibaca Desparto. Desparto yang sedang dalam istirahat di tempat kerjanya memaklumi sikap Adzana. ("Baiklah jika keputusan mu seperti itu. Nanti aku diskusikan kembali dengan keluarga ku. Tolong jaga kesehatan. Karena aku tidak bisa di dekatmu untuk sementara waktu.")("Oke Des, terima kasih untuk perngertianmu. Aku mau masak lagi di dapur. Kamu yang semangat kerja ya.") ("Oke siap.")Desparto mengakhiri komunikasi via pesan singkat dengan Adzana. Desparto kembali be
-Di kamar pengantin nomer 253-"Aku capek Des, sehari berdiri lalu bersalaman dengan para tamu." kata Adzana sambil melepas membersihkan wajah dengan milk cleanser lalu memakai misselar water."Iya sama aku." ucap Desparto."Besok pagi, kita mo kemana Des?""Ehm.. belum tau, enaknya kemana ya kita?""Kita pikirin besok aja ya, habis sarapan. Aku mo mandi dulu, gerah nih.""Iya, sana mandi dulu."Lalu Adzana mengambil handuk, piyama, dan pakaian dalam. Ia membawa nya ke kamar mandi lalu masuk ke kamar mandi dan mengunci kamar mandinya.Desparto yang sangat kelelahan memilih rebahan, namun rasa lelah dan kantuk mengalahkannya. Desparto tertidur juga.
"Selamat siang para detektif yang terhormat. Bagaimana dengan hasil investigasi kalian?""Saya menemukan fakta bahwa, gadis yang meninggal di kos melati sejati karena serangan jantung. Obat yang ditemukan dengan kadar kecil di dalam darah korban adalah obat jantung yang seharusnya diminum oleh para penderita namun obat ini diminum oleh orang dengan jantung sehat.""Lalu bagaimana dengan fakta buku besar? Bagaimana keterkaitan antara buku besar dengan meninggalnya korban?""Dari hasil investigasi saya dengan mba Soraya, ditemukan keterkaitan antara buku besar dengan meninggalnya korban. Korban adalah anak saingan pemimpin negara negri ini. Beliau ini menyimpan bukti keuangan korupsi lalu disimpan di kos korban akan tetapi pelaku gagal mendapatkan buku besar ini.""Demi memuluskan aksi mereka. Mereka membunuh anak saingan dengan menukar vitamin yang biasa diminum oleh korban dengan obat jantung."
("Adzana, keluargaku sudah menanyakan kapan kita akan menikah.")Sebuah pesan singkat dari Desparto masuk di ponsel Adzana.Adzana yang sedang berada di dapur berlari menuju kamar nya karena mendengar notifikasi khusus pesan singkat dari Desparto. Adzana membuka pesan tersebut dan segera membalas pesan dari Desparto.("Aku belum siap menikah tahun ini Des. Hatiku masih sakit atas meninggalnya Dian. Kita bicara nanti saja ya.")Balasan pesan untuk Desparto telah terkirim dan langsung dibaca Desparto. Desparto yang sedang dalam istirahat di tempat kerjanya memaklumi sikap Adzana. ("Baiklah jika keputusan mu seperti itu. Nanti aku diskusikan kembali dengan keluarga ku. Tolong jaga kesehatan. Karena aku tidak bisa di dekatmu untuk sementara waktu.")("Oke Des, terima kasih untuk perngertianmu. Aku mau masak lagi di dapur. Kamu yang semangat kerja ya.") ("Oke siap.")Desparto mengakhiri komunikasi via pesan singkat dengan Adzana. Desparto kembali be
Desparto dan Siwon tengah mempersiapkan pengajian 40hari meninggalnya Giandra, saja at mereka. Tak lupa Adzana turut membantu Desparto dan Siwon. Kesedihan serta kehilangan sahabat terbaik mereka sejak usia remaja, suka duka mereka hadapi bersama. Persahabatan tanpa melihat status sosial. Namun kini mereka kehilangan sahabat terbaik. Pengajian itu dilakukan selama satu setengah jam. Sembari menunggu tamu datang, Siwon dan Desparto mendekati Adzana."Na, udahan ya nangisnya."pesan Desparto lalu memeluk Adzana."Iya, Na." pinta Siwon juga."Aku gak bisa berhenti menangis, Dian adalah sahabat sekaligus saudara buat aku. Aku benar-benar kehilangan nya." balas Adzana sambil menyeka air mata."Sama aku juga Na."Lalu tamu pengajian datang satu persatu. Dan pengajian pun dimulai.
"Dian, ayo bangun Di." kata Adzana memanggil Giandra yang masih terlelap tidur sambil merias wajahnya. Lalu telfon Adzana berdering., Adzana menghentikan aktivitasnya lalu menerima telfon tersebut."Hallo.""Hallo non Adzana.""Iya dengan saya sendiri, maaf anda siapa ya?""Begini non, bini menemukan botol obat non Dian di meja makan.""Obat apa bi?"tanya Adzana penasaran."Obat magh non Dian."Mendengar pesan dari bibi, Adzana merasa ada yang tidak beres dengan kondisi sahabatnya."Terima kasih untuk informasinya ya, nanti saya telfon lagi."Dengan raut wajah cemas, Adzana segera menghampiri tubuh Giandra. Ia mendekati Giandra yang masih tertidur lelap di kasur. Perlahan Adzana menyentuh telapak tangan Giandra. Tangan Giandra terasa dingin, lalu dia mencari denyut nadi Giandra. Betapa kagetnya Adzana mengetahui bahwa tubuh Giandra tak lagi berdenyut. Namun Adzana tidak memercayai begitu saja, ia menempelkan telinganya di dekat hidung Gi
"Dian, pakaian milikmu hanya ini saja kan?" tanya Adzana memastikan tidak ada pakaian GIANDRA yang tertinggal di kamar sunah sakit."Sepertinya itu saja. Eh tapi kamu kan yang membawa pakaian-pakaian ku kemari, kenapa masih bertanya itu milik ku atau bukan?" balas Giandra bingung."Hehehe, aku hanya memastikan tidak ada yang tertinggal di kamar ini sayang." ucap Adzana membela diri.Suara handphone milik Giandra berdering. "Na, ambilkan handphone ku di tas kecil ku." pinta Giandra kepada Adzana yang masih membereskan pakaian-pakaian Giandra."Iya Di." balas Adzana.Adzana menghentikan aktivitasnya lalu membantu Giandra mengambilkan handphone miliknya kemudia memberikan kepada Giandra."Hallo, ya Des ada apa?""Oh, ya Dian. Aku dan Siwon sudah sampai di parkiran mobil. Kamu dan Adzana tunggu kami di kamar ya." pesan Desparto."Iya Des, makasih ya."Giandra dan Desparto menghentikan obrolan mereka."Siapa Di yang menelfon?""Desaparto,
[PENYEBAB MENINGGALNYA SEORANG MAHASISWI DI KOS MELATI SEJATI ENAM BULAN YANG LALU KINI TERUNGKAP]Tagline berita dari media cetak yang beredar di masyarakat di pagi yang mendung. Tagline berita ini menggegerkan seluruh negeri pasalnya ada melibatkan pemimpin negara sebagai dalangnya."Berita macam apa ini?" tanya pak presiden kepada ajudan nya."Saya juga kurang paham pak.""Melibatkan pemimpin negara?Presiden gitu maksud dari berita ini?""Bisa jadi pak?""Apa maksudmu bisa jadi? Pemimpin negara saat ini adalah saya. Jadi maksud kamu saya terlibat dalam kasus pembunuhan seperti yang diungkap penulis berita di koran ini?" kata pak presiden sambil melemparkan koran yang dibacanya ke arah ajudan yang duduk di sebelah kiri dirinya dan melukai pelipis ajudan tersebut."Keluar.""Maa..aaaaf pak maksud saya bukan begitu.""Keluar kamu dari ruangan saya. Tolak semua panggilan telepon serta wawancara dari semua reporter.""Baaa...iiikk." jawab ajudan pak p
"Bagaimana keadaan Dian sekarang Na?" tanya Desparto kepada Adzana yang baru saja datang dari kampung halamannya."Dian masih belum siuman Des." jawab Adzana sambil menyeka air matanya yang menetes.Desparto lalu memeluk Adzana serta menguatkan mental Adzana. Lalu Desparto mengajak Adzana ke kantin rumah sakit untuk mengisi perutnya yang sejak pagi belum terisi makanan namun ditolak oleh Adzana karena Adzana merasa sedih dan tidak bisa menikmati makanan apapun.Karena ajakan makan ditolak oleh Adzana, Desparto berinisiatif menelfon Siwon untuk membelikan makanan favorit Adzana. Ya, makanan khas Korea Selatan."Siwon, kalo kamu gak sibuk. Saat akan ke rumah sakit untuk menjenguk Dian tolong belikan makanan kesukaan Adzana ya.""Oke Des, nanti aku mampir ke restoran langganan Adzana.""Makasih ya Won.""Sama-sama Des."Desparto menutup panggilan telefon dengan Siwon.
Di caffe "Daun" semua pegawai apotek datang dalam pertemuan perpisahan anak magang. Semua orang yang berada di caffe itu bercanda gurau tak terkecuali Giandra dan Adzana."Kak Adzana." "Iya dek. Ada apa?""Apakah saya boleh mengirimkan pesan ke kak Adzana untuk bertanya lowongan pekerjaan di apotek kak?""Iya tentu saya boleh donk.""Terima kasih kak Adzana.""Iya sama-sama dek."Makan bersama sebagai tanda perpisahan anak-anak magang telah usai. Kemudian semua pegawai dan anak-anak magang kembali ke bus pariwisata untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. "Oke gaes, tolong cek teman sebelah kalian apakah sudah duduk disamping kalian."pinta Dian kepada seluruh penumpang bus pariwisata tersebut."Sudah komplit." Serentak semua menjawab pertanyaan dari Giandra."Pak sopir mari kita berangkat sekarang."perintah Dian kepada pak sopir bus pariwisata."Oke mba dian." balas pak sopir.Bus pariwisata 'Gajah Munkur' melaju dengan kecepatan sedang menuju o