Seketika Danu menghentikan langkahnya, dia menatap nanar pada Radisha. Saat Radisha menyampaikan bahwa ibunya tidak akan ikut dengannya ke Jakarta.
"Kenapa Ibu tidak mau ikut bersama kita?" tanya Danu sendu, dan perlahan menghampiri ibu Prasasti."Bukannya Ibu tidak mau Nak, di sini Ibu masih banyak yang harus di selesaikan, mulai dari surat tanah yang masih di tangan Juragan, Ibu tidak mau perjuangan kalian sia-sia itu saja, Ibu berjanji jika sudah selesaikan urusan itu, Ibu juga akan menghadiri pesta pernikahan kalian, Ibu Janji!" Prasasti berusaha meyakinkan Danu, dan Radisha, putrinya."Tapi Ibu berjanji akan datang di hari Pernikahan Radisha kan?""Iya sayang ... Ibu berjanji akan datang di hari Pernikahanmu!" ucap Prasasti menangkup wajah putrinya, dengan kedua tangannya berusaha meyakinkan.Perlahan Radisha pun mulai tersenyum setelah mendengar ucapan ibunya yang sangat meyakinkan.Hati Radisha mulai tenang saat ibunya beSore itu Danu dengan Radisha telah sampai di kediaman keluarga Naratama, sedangkan Natalie sangat senang setelah melihat putranya telah kembali dari kampung halaman Radisha, perlahan dia menghampiri putra, dan calon menantunya itu."Akhirnya kalian pulang juga!" ucap Natalie tersenyum merasa senang lantaran Danu kembali pulang ke rumah bersama Radisha."Memangnya Mama menunggu kepulangan kami ya? tanya Danu menyalim tangan ibunya, begitu pun dengan Radisha."Tentu saja Mama menunggu-nunggu kedatangan kalian, Mama sangat mengkhawatirkan kalian berdua!" ujarnya menoleh pada mobil yang di kendarai putranya itu.Natalie terlihat sedang mencari sesuatu, tapi tak kunjung menemukannya."Mama kenapa?" tanya Danu setelah sadar jika ibunya itu seperti sedang mencari sesuatu.Natalie kembali menatap pada calon menantunya itu,. setelah menatap pada putranya. "Di mana Orang Tuamu Radisha?" tanya Natalie akhirnya mempertanyakan keberadaan oran
Radisha tersenyum sumbang saat mendapat penolakan dari tuan Nara, dan terus melangkahkan kakinya menuju dapur. Pada saat itu tak sengaja berpapasan dengan Audrey."Radisha!" sapa Audrey sedikit bersikap manis dan menyunggingkan senyum seperti di paksakan."Iya ... Audrey" Radisha membalas sapaan calon iparnya itu."Kapan kamu sampai kemari, perasaan tadi siang kamu belum sampai?""Baru tadi sampainya, belum lama!" ucap Radisha menatap pada Audrey, dengan tangan masih memegang nampan."Oh pantesan, oke Radisha kalau begitu saya pamit mau ke kamar!" Audrey izin pamit setelah dia menyapa calon iparnya itu.Perlahan Audrey mulai menaiki tangga, dan masih terus berpikir tentang bagaimana caranya memisahkan Radisha dari kakaknya.'Pokoknya aku harus cari cara, untuk memisahkan Radisha dari Kak Danu. Tapi, bagaimana caranya?' batin Audrey merasa kesusahan mencari cara. 'Apa aku minta bantuan Tifany saja?' Audrey masih
Kini mata Danu bertatapan dengan Radisha, untuk ke sekian kalinya dia memandang kecantikan gadis desa ini dengan jarak beberapa senti saja."Karena aku sangat khawatir sama kamu Ra!""Kamu harus percaya sama Adikmu, aku saja yakin kok kalau Audrey sudah berubah!" ucap Radisha terlihat meyakinkan, padahal, sebenarnya dia juga masih ragu dengan perubahan Audrey yang begitu tiba-tiba.Perlahan Danu melepas tangannya, dari pinggul Radisha. "Baiklah, kalau kau yakin dengan hatimu aku juga akan berusaha mempercayainya!"Setelah Danu melepaskannya, Radisha pun segera bergegas menuju kamarnya untuk segera berdandan secantik mungkin, agar sang calon iparnya itu tidak merasa malu saat bepergian dengannya.Sementara Audrey menunggu Radisha di ruang tengah, di sana juga terlihat tuan Nara yang sedang menyesap kopi buatan Radisha."Memang kamu akan mengajak Gadis Desa itu ke mana Drey?" tanya tuan Nara berusaha ingin tahu.Audrey mem
Audrey terus menatap pada arah Radisha, sementara pria di depannya itu masih menunggu jawabannya. "Kau lihat Perempuan yang sedang berjalan menuju pintu keluar itu bukan?" tunjuk Audrey pada Radisha.Pria itu pun menatap pada arah Radisha yang semakin menjauh, berusaha meninggalkan Kelab malam itu. "Ya saya melihatnya! Memangnya apa yang harus lakukan padanya?" pria itu kembali bertanya."Renggut kesuciannya maka kau akan mendapatkan uang 50 juta, apa kau sanggup melakukannya?" Audrey tersenyum sinis menatap pada langkah Radisha.Pria itu tersenyum menyeringai, dia merasa senang selain enak-enak dia pun mendapatkan kehangatan malam ini. "Hanya itu saja Nona?" tanyanya memastikan."Ya hanya itu! Apa kau bisa melakukannya Hem?" Audrey menatap pria itu untuk menjamah tubuh Radisha yang begitu menggiurkan."Tentu saja bisa!" jawabnya, dan menghampiri Radisha.Pria itu semakin mendekat ke arah Radisha, untuk melakukan apa yang diperin
Ketakutan semakin menjalar ke sekujur tubuhnya, keringat dingin pun jatuh bercucuran kala pria tidak dikenalnya ini semakin mendekat, terlebih lagi pria ini telah polos tanpa sehelai benangpun membalut tubuhnya. Tiba-tiba saja kaki Radisha terasa kaku, dan lidahnya pun terasa kelu dengan mulut seperti terkunci."Aku mohon jangan lakukan!" pintanya memohon dengan suara sumbang.Namun, pria itu sama sekali tidak menghiraukan ucapannya. Mana mungkin pria seperti ini akan mengampuninya.Sementara Danu baru saja sampai di kelab malam itu, bersyukur Danu dapat melacak keberadaan Radisha melalu GPS di ponselnya. Dengan langkah gusar dia masuk ke dalam VIP CLUB terbesar di kota Jakarta itu.Perempuan malam menyapa Danu, ada yang menjajakan tubuhnya ada pula yang secara terang-terangan bergelayut di lehernya."Tuan! Ayolah pilih saya, saya jamin akan dapat memuaskan Anda!" ucap perempuan malam itu sambil bergelayut di leher sang BILLIONA
"Audrey kecewa sama Mama!" dengan bibir bergetar, dan tangan yang terus memegangi pipinya Audrey meninggalkan Natalie yang masih berdiri di ruangan tengah itu.Rencana Audrey telah gagal dia tidak bisa pagi menghalangi Danu, dengan Radisha dia harus pasrah memiliki kakak ipar yang hanya seorang gadis desa seperti Radisha.***Pagi itu seperti biasanya Radisha menyiapkan sarapan untuk keluarga Naratama, dengan cepat Radisha menyajikan semua makanan di meja dibantu oleh si mbok."Wah ... rajin sekali Calon Istriku!" puji Danu yang sudah terlihat rapi dengan setelan kerjanya berdiri di tangga menatap Radisha hangat."Aku harus terbiasa dengan semua ini bukan? Apalagi nanti setelah menjadi Istrimu!" senyum Radisha pada arah Danu.Dengan langkah gontai Danu menghampiri Radisha, dan menarik kursi meletakkan pantatnya di sana."Tolong buatkan aku roti dong," pintanya manja pada Radisha, dan menyunggingkan senyuman."Em dasar man
Natalie berjalan dengan cepat menuju Radisha. Lantaran, tiba-tiba calon menantunya itu histeris saat melihat keberadaan Audrey, putrinya.Namun, belum sempat Natalie sampai ke kamar tidur Radisha, Danu telah kembali dari kamar kekasihnya itu. "Bagaimana keadaan Radisha sekarang! Apa dia baik-baik saja?" tanyanya menatap penuh selidik."Sudah lebih tenang Ma, dia hanya takut saja jika kejadian semalam terulang kembali padanya!" ujar Danu seraya melangkahkan kakinya."Tadinya aku mau mengajak dia memilih gaun pernikahan ke butik, melihat keadaannya seperti ini saya tidak tega!" lanjut Danu bercerita Radisha yang sejak tadi ternyata berdiri di ambang pintu kamarnya, mendengarkan percakapan antara Danu dengan ibunya. Ia pun merasa tak enak hati karena membuat Danu bersedih telah mengkhawatirkan keadaan mentalnya saat ini. Akhirnya Radisha pun berbicara, dan mau di ajak memilih gaun untuk pernikahannya."Aku mau!" seru Radisha berdiri di amba
Suasana gelap mulai melekat saat malam pekat datang, dan meninggalkan terang benderangnya siang hari. Sebuah mobil sport memasuki kawasan perkampungan di kota Kabupaten Cianjur Jawa barat.Hawa sejuk begitu kentara sekali di daerah sana, "Cuacanya sangat dingin sekali!" ucap Danu masih betah berkemudi di daerah jalanan berkelok itu."Tentu saja di sini sangat dingin, karena di sini kan daerah pegunungan!" ujar Radisha menimpali Danu, dan mulai mengambil jaket Hoodie untuk calon suaminya itu.Radisha begitu perhatian pada Danu, berbeda sekali dengan Tifany yang hanya mengandalkan kecantikan namun tidak mampu memperhatikan hal sekecil itu. "Terima kasih!" ucap Danu tersenyum saat Radisha menyelimutinya dengan jaket Hoodie."Sama-sama ... kalau kau merasa kedinginan, kenapa kau tidak mematikan AC-nya saja!" saran Radisha terhadap Danu.Danu pun akhirnya mematikan AC mobilnya. "Apa ini masih jauh ke Rumahmu Ra?" tanyanya seraya memegang kemudi."Lumayan
"Aku bahagia seperti kau saat ini istriku," Danu mengecup kening Radisha, tiada kabar yang paling membahagiakan baginya selain kabar kehamilan istrinya, sudah sejak lama sekali menantikan kehadiran bayi dalam kandungan Radisha."Bisakah kita pulang?" pinta Radisha terhadap Danu."Jangan dong, wanita hamil sepertimu harus jaga kondisi kesehatan, apalagi kehamilan kamu ini rentan." larang Danu, ia tidak membiarkan istrinya pulang ke rumah sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja."Aaaaa... pokoknya aku mau pulang, aku sudah tidak betah berada di sini Suamiku, plish." rengek Radisha tetap bersikukuh ingin pulang ke rumah.Danu kelabakan saat istrinya merengek ingin pulang ke rumahnya, sedangkan di sisi lain Danu sangat mengkhawatirkan kondisinya saat ini."Baiklah, kalau kau ingin pulang saja. Aku akan mencoba bertanya pada Dokter, semoga Dokter mengizinkan kamu untuk pulang ya," bujuknya agar Radisha bersikap tenang."Ya sudah c
"Simpan saja maafmu Audrey ... semoga dengan seperti ini kau bisa berubah," gumam Natalie lirih.Sebenarnya Natalie tidak tega melihat putrinya seperti ini. Tapi, semua ini harus dia lakukan demi kebaikannya."Kenapa kamu membiarkan Putri kita pergi Ma? Kasihani dia," ujar Naratama memprotes."Hanya dengan cara ini Putri kita bisa berubah, kamu jangan coba-coba menolongnya." tegas Natalie menatap suaminya.Naratama menggeleng kepalanya, ia tidak tega melihat putrinya harus pergi dari rumahnya sendiri. 'Maafkan Papa Audrey ... Papa tidak berdaya Nak,' batin Naratama menatap punggung putrinya yang semakin menjauh darinya."Kamu kenapa Pah? Inilah hasil dari kebodohanmu, apa kau tahu gara-gara kamu kehormatan Keluarga ini, dan Putri kita jadi korbannya." Natalie menyalahkan Naratama. Namun, Naratama sama sekali tidak memprotes istrinya lagi. Lantaran, yang di katakan Natalie memanglah benar kalau dirinya bersalah dalam hal ini.Sedangkan
"Pegang ini," Danu meminta Radisha memegang jek kabel, "Jika mereka berontak pasangkan saja colokan itu," sarannya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya, ia mengetahui maksud Suaminya itu. "Danu ... kamu keterlaluan!" umpat Tifany marah pada sang BILLIONAIRE muda itu."Kalian jangan coba-coba berontak, jika tidak kalian akan di setrum!" ancam Radisha pada Tifany, dan Stevani."Radisha aku mohon lepaskan kami berdua, sungguh Radisha bukan saya dalang dari kecelakaan kapal itu, itu murni kesalahan nahkoda." mohon Tifany pada Radisha agar mau melepaskannya."Hei kalian berdua diam ya, say-," tiba-tiba saja ucapan Vina terhenti, Vina mulai merasa sesak."Kamu kenapa Vin?" Radisha terlihat panik saat melihat Vina tiba-tiba saja memegangi dadanya."Akhhhh! Dadaku tiba-tiba saja kenapa terasa sakit seperti ini Nona," dengan tangan meremas dadanya yang mulai sesak, Vina mencoba bertahan.Stevani tersenyum melihat kejadian itu, 'Mungkin racun dalam tubuhmu mu
Radisha menyunggingkan senyumnya, "Ya, tentu saja kau boleh menemuinya Ti," ucap Radisha mengijinkan Tifany untuk masuk ke dalam ruangan rawat tempat Vina masih berbaring lemah saat ini.Danu melirik pada Tifany, dan Stevani yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Vina. 'Sepertinya ada yang mencurigakan di sini? Aku harus cari tahu jangan-jangan kecelakaan Vina, dan Teman-temannya ada hubungan dengan Tifany?' batin Danu terus menatap pada Tifany yang mulai tenggelam di dalam ruangan itu.Danu beralih lagi pada istrinya, ia kecewa karena Radisha sudah membiarkan Tifany masuk kembali ke dalam kehidupannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Radisha membuat Danu tersadar. Danu berusaha mengatur emosinya sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Aku hanya tidak habis pikir saja sama kamu, kenapa kamu membiar-,""Sttt!" Radisha menempelkan jemari tangannya di bibir suaminya, seketika Danu terdiam. "Ini adalah caraku untuk menget
Tifany segera memutus sambungan begitu mengetahui Vina dirawat di sebuah rumah sakit, dengan menghubungkan Radisha terlebih dulu Tifany pun segera berangkat ke tempat itu."Apa kau yakin akan menemui Vina Tifany?" Stevani memastikan putrinya yang akan mengunjungi Vina di rumah sakit, "Bagaimana kalau kita urungkan saja niat kita?" Di sela menyetir mobilnya, Tifany menimpali ibunya. "Mama kenapa sih, terlhat khawatir seperti itu? Santai saja Ma, semua Orang tidak akan ada yang mempercayai kita," ucap Tifany meyakinkan ibunya.Stevani merasa takut kalau di rumah sakit dia bertemu dengan Danu, dan menuduh mereka yang tidak-tidak."Bukannya Mama takut Ti, tapi kamu tahu sendiri Danu itu Over thinking sama kita. Mama tidak mau di kait-kaitkan dengan kecelakaan yang di alami asistennya itu," cegah Stevani, dan berusaha memperingatkan Tifany agar mengurungkan niatnya."Mamaku sayang ... percaya sama Tifany ya, mereka juga tidak akan tahu kalau
Danu segera menghampiri Radisha, dan memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu Istriku, apa yang sebenarnya terjadi pada Vina?" Danu melepaskan kembali pelukannya, dan beralih menatap pada Vina yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat.Radisha hanya menggeleng kepalanya. "Entah, aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya," lirih Radisha tak sanggup berkata-kata lagi."Semoga Vina segera siuman, setelah itu kita tanya kenapa dia sampai begini, dan ke empat Temannya itu ke mana?" Danu merasa janggal, dia heran atas apa yang terjadi pada asisten istrinya itu.Radisha hanya bisa menatap dengan nanar pada asistennya, ia tidak tahu ke mana yang lainnya."Kamu harus benar-benar bertahan Vina, kami ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padamu," gumam Radisha.Danu ikut prihatin atas apa yang telah terjadi pada asistennya itu, dia tidak menyangka Vina akan mengalami hal ini.Dokter yang memeriksa kondisi Vina pun keluar dari dalam ruan
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah