KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 42
"Gib, apakah kamu sudah berpikir baik-baik untuk menikahi Bella?" tanyaku usai Bella pulang dan kini kami hanya duduk bertiga.
"Yakinlah. Dia cantik dan seksi. Kurang apalagi?" jawab Gibran tanpa menoleh dan masih tetap fokus dengan ponsel di tangannya.
"Aku tidak setuju."
"Mama juga,"
"Kenapa?" Gibran menoleh dan meletakkan ponselnya.
"Belum apa-apa aja sok ngatur, bagaimana nanti setelah benar-benar menjadi istri?" tanyaku yang diiyakan oleh Mama.
"Yang mau menikah siapa?"
"Kamu." Kami menjawab serempak.
"Nah itu tahu, biarkan aku yang mengambil keputusan untuk menikah dengan siapa. Ini hidupku dan kalian tidak punya hak untuk melarang ataupun mengaturnya."
"Mama tidak suka dengan wanita sombong sepertinya."
"Mama pikir Anksa itu bukan wanita sombong? Hah? Selain sombong dia juga pemalas. Sebenarnya aku lebih sreg dengan Mbak Ulfa, orangnya baik, lema
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 43Wanita itu tersenyum. Oh my God, kenapa senyuman itu masih seperti yang dulu, manis dan begitu menyejukkan hati."Ulfa, kamu kembali, Sayang?" Aku melongo. Bahkan bisa kemasukan lalat mulut ini."Mas, aku ke sini hanya ingin memberikan ini.""Apa ini?" Aku menerima dengan tangan gemetar dan masih bertanya padahal sudah bisa menebak apa isi dari amplop bersampul coklat itu.Aku menghela napas perlahan, gara-gara sibuk dengan Anisa yang menurutku rewel, sampai lupa datang ke pengadilan sehingga Ulfa mudah mendapatkan surat cerai ini.Sidang perceraian akan cepat selesai jika hanya salah satu pihak yang datang karena hakim akan menganggap setuju. Berbeda jika kedua belah pihak yang datang, tentu akan ada percekcokan atau eyel-eyelan yang menyebabkan lamanya proses perceraian karena sidang sering ditunda.Aku jadi menyesal, seharusnya kemarin-kemarin aku menyempatkan diri untuk datang ke pengadil
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 44"Kalau begitu aku mau pulang." Ulfa menutup kembali baju yang pas di badan itu dengan menaikkan resleting jaketnya."Tunggu! Mama belum begitu percaya kalau ini memang asli. Coba kamu buka bajumu sehingga aku bisa yakin kalau tidak ada apa-apa di dalam baju itu." Mama mencegah Ulfa."Apa? Buka baju?" Ulfa terbelalak mendengar permintaan Mama."Iya, kenapa? Takut kalau kebohonganmu terbongkar di sini?""Aku tidak mau menampakkan auratku di depan lelaki yang sekarang bukan mahram-ku lagi.""Alah bilang saja kalau kamu nggak berani buka baju karena sebenarnya kamu tidak hamil. Mama ini sudah berpengalaman, jadi bisa tahu mana yang benar-benar hamil dan mana yang hanya pura-pura," ucap mama sinis."Terserah mau bilang apa, tetapi aku tidak mau buka baju di sini. Kalau Tante tidak percaya dengan kehamilanku ini, enggak masalah. Aku juga tidak rugi. Permisi!" Ulfa melengos dan berbalik."Tunggu, U
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 45"Mama? Kenapa makanannya tidak dimakan? Nanti sakit, lho, kalau nggak makan?" Aku meletakkan kembali sendok berisi makanan yang hendak kumasukkan ke dalam mulut. Saat ini kami tengah makan berdua, Anisa tidak permah mau makan bareng. Ia selalu makan lebih dulu.Kulihat makanan di piring Mama yang terdiri dari oseng tempe masih utuh padahal aku sudah nambah. Tidak seperti biasanya ia seperti ini. Dari tadi ia hanya membolak-balik makanan di piringnya tanpa dimasukkan ke dalam mulut.Kuakui makanan ini memang tidak enak. Bukan karena aku sendiri yang masak, tetapi karena kurang bumbu. Ya, kunci kelezatan masakan adalah dari bumbu yang digunakan. Chef andal sekalipun kalau masak tanpa bumbu juga nggak bakalan enak.Tadi aku berinisiatif masak tempe karena mulai bosan makan mie instan setiap hari meski rasanya ganti-ganti.Aku pikir masak tempe murah dibanding mie instan. Ternyata malah lebih mahal karena harus beli
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 46"Aku mau ke rumah Ulfa. Mau ikut?""Mau ngapian ke sana lagi? Sudahlah, Rey, lupakan wanita uang sok ngaku hamil itu.""Aku mau jual mobil, Ma.""Kok dijual? Terus nanti kita naik apa kalau mau ke mana-mana? Mama nggak mau, ya, kalau harus jalan kaki, naik ojek, atau angkot?""Memangnya Mama mau ke mana? Bukankah setelah papa meninggal, nggak pernah ke mana-mana, ya?" Aku mengernyitkan dahi."Memang.""Makanya lebih baik mobil itu dijual saja, nanti uangnya buat makan. Buat apa punya mobil kalau makan cuma nasi putih. Lebih baik nggak punya mobil, tetapi bisa makan enak setiap hari.""Pinter juga kamu, Rey. Mama juga sudah kangen makan di restoran mewah langganan Mama saat papamu masih hidup. Tetapi untuk apa kita ke rumah Ulfa kalau mau jual mobil? Memangnya dia yang mau membelinya?""Mama lupa kalau surat-surat mobil ada padanya? Bahkan suratnya juga at
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 47"Bagaimana, Ul? Apakah Mama boleh membelai anak kita?" tanyaku sekali lagi karena wanita yang semakin terlihat cantik itu tidak mau penjawab pertanyaan Mama.Wanita itu tersenyum sehingga terlihat semakin manis karena adanya lekukan di pipinya."Boleh, kan?""Silahkan, masa iya cuma mau mengelus nggak boleh? Asal jangan sampai punya pikiran untuk mencelakakannya," jawab Ulfa."Aku hanya ingin membelainya agar ia tahu ada mamanya yang sangat menyayanginya. Eh, bukan Mama, tetapi Oma. Haha lucu juga, ya, sebentar lagi aku akan dipanggil Oma padahal sepertinya baru kemarin aku memakai seragam SMP." Mama tersenyum sendiri.Mama menghela napas perlahan, kulihat tangannya gemetar saat terulur dan semakin dekat dengan perut Ulfa."Sekarang aku percaya kalau kamu memang hamil, Ul. Maafkan Mama yang tidak pernah percaya ucapanmu," ucap Mama dengan tangan masih menempel di perut Ulfa. Entah apa yang me
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 48"Aku mau kamu rujuk dengan Reyhan. Kamu menjadi istrinya lagi dan berhubung Reyhan ini anakku, otomatis kamu menjadi menantuku. Kamu mau kan?""Aku nggak mau, Ma. Rujuk kembali dengan Mas Reyhan sama artinya dengan menjilat ludah sendiri dan aku nggak mau jatuh di lubang yang sama." Ulfa menggeleng."Kamu nggak mau kembali dengan Reyhan dan menjadi menantuku lag? Tadi katanya sudah memaafkan?" ucap Mama kecewa."Aku memang sudah memaafkan Tante dan Reyhan, tetapi bukan berarti mau rujuk. Memaafkan dan rujuk itu beda, Tan," ucap Ulfa tegas."Mama mau kamu rujuk dengan Reyhan,""Aku nggak mau, Tan. Sekali sudah pisah, ya, pisah aja, enggak ada rujuk-rujukan. Pernikahan itu bukan permainan yang dibuang dan kemudian diambil lagi.""Tolonglah, Ul. Terima Reyhan kembali menjadi suamimu dan izinkan mama untuk tinggal di sini agar dapat menemani cucuku nanti. Kamu pikir mudah mendapatkan lelaki baik dan ga
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 49"Kamu memang bukan anak kecil, tetapi semua itu Mama lakukan karena sayang. Please izinkan Mama, ya?" Mama mengusap pundak Ulfa dengan mata berkaca-kaca seperti dalam serial animasi upin ipin sebagai pertanda ia memohon dengan sangat."Tante." Ulfa meralat ucapan Mama yang ingin dia memanggil wanita yang sudah melahirkanku itu seperti aku memanggilnya."Tante nggak usah khawatir. Aku pasti bisa jaga diri.""Tapi, Ul?""Tante punya Anisa dan dia juga sedang hamil. Kalau Tante tinggal di sini, Anisa bagaimana? Jangan bilang Tante akan mengajak untuk tinggal di rumah ini juga. Oh, ya kalau kalian ke sini hanya mau membuktikan kehamilanku, silahkan pulang? Kalian sudah percaya kalau aku hamil, kan?" ucap Ulfa seraya menyenderkan tubuhnya di kursi."Kamu mengusirku, Ul?" Mama melotot dan terlihat kesal rayuannya tidak mempan. Ya, mantan istriku itu memang selalu teguh pendirian. Sekali bilang tidak tetap tidak.
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 50Aku menggandeng tangan Mama setelah mendapatkan surat berharga yang kumaksud. Awalnya mama enggan ikut pulang denganku, tetapi Ulfa tetap menyuruh pulang."Ul, apa kamu tega sama Mama? Rumah itu sebenarnya sudah menjadi milik Gibran, jadi kita hanya nebeng di sana. Sebentar lagi adiknya Rey itu mau menikah dan kau tahu tidak?" tanya Mama dengan tatapan memelas."Aku enggak tahu dan enggak mau tahu dengan urusan kalian. Mau itu rumah Gibran atau bukan yang penting kalian pergi," jawab Ulfa dengan menggelengkan kepala."Gibran mau nikah, Ul!"Ulfa terdiam dan melengos. Ia tidak menanggapi ucapan Mama demgan wajah datar tanpa ekspresi. Sepertinya ia memang sudah tidak peduli lagi dengan urusan yang ada sangkut pautnya denganku. Kenapa ia tidak kaget Gibran akan menikah?"Tanya lah Ul atau setidaknya kaget adik iparmu itu akan menikah? Bukankah kamu tahu si Gibran itu orangnya dingin, tetapi kok pada akhirnya punya
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 111Aku melongo saat melihat Anisa yang baru saja selesai di make over oleh pegawai salon. Cantik, itulah kata yang tepat untuknya. Iya, kecantikan wajah inilah yang dulu membuatku klepek-klepek meski di rumah sudah punya Ulfa. Usai membayar tagihan di kasir, aku segera mengajak Anisa makan di sebuah resto ternama di kota ini. Calon mama meetuaku sudah memberiku uang yang cukup untuk ini. Tidak ada alasan lagi bagiku untuk menunda pernikahan kami apalagi Anisa sekarang sudah mulai membaik. Ia terlihat lebih ceria dan tidak pernah melamun lagi. "Terima kasih, ya, Rey, akhirnya Anisa bisa kembali seperti dulu lagi." Mama menepuk pundakku usai akad nikah. Kulirik Anisa yang masih memakai baju putih khas pengantin. "Iya, aku janji akan menjaga Anisa dengan sepenuh hati dan tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Aku sadar, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dulu, aku selalu berpikir kalau Ulfa adalah jodohku, tetapi ternyata bukan.""Selamat, ya, Mas. Semog
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 110PoV ReyhanAku mengikuti Bu Susi pulang ke rumahnya bersama Anisa. Ini untuk ke sekian kalinya aku datang ke rumah Anisa. Yang pertama saat melamar dan yang kedua saat menikah. Setelah itu aku tidak pernah datang ke sini lagi karena setelah menikah Anisa ikut tinggal denganku. "Maafkan Mama, ya, Nis. Mama janji tidak akan paksa kamu lagi. Aku tahu kamu sangat mencintai Reyhan meski ia bukan orang kaya. Sekarang Mama akan merestui kalian dan ingin akad pernikahan kalian dipercepat saja." Bu Susi mengusap pundak Anisa dan memeluknya."Sekarang kamu mandi dan ganti baju kalau perlu Mama akan mengajak kamu ke salon. Kamu tidak keberatan, kan, Rey, kalau mengantar Anisa ke salon hari ini," tanya Bu Susi. Mengantar Anisa ke salon? Aku hanya bisa menggaruk kepala yang tidak gatal. Bagaimana aku bisa ke sana sedang uang sana aku tidak punya. "Kamu tidak usah khawatir, ini kunci mobil dan ini uang untuk bayar salon sekalian kalau kalian mau jalan-jalan." Wanita tu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 109"Anisa mana, Mbak?" tanya Bu Susi-wanita paruh baya yang pernah menjadi besanku itu. Ia tersenyum ramah, aku pikir ia akan marah-marah dan membawa paksa pulang Anisa dari rumah ini, kalau perlu diseret seperti waktu itu yang sudah membuat Anisa keguguran. Aku melotot mendengar cara ia memanggilku. "Mbak? Sejak kapan aku punya adik sepertimu? Sejak kapan ibuku juga melahirkanmu? Aku tidak pernah merasa punya adik seorang adik perempuan sepertimu. Mau apa kamu ke sini?" tanyaku tanpa mempersilahkan masuk. "Siapa, Ma?" seru Reyhan setelah mendengar teriakanku. "Bu Susi? Silahkan masuk, Bu," kata Reyhan. "Reyhan. Maafkan Mama, Nak," kata Bu Susi dengan mata berkaca-kaca. "Mama baru saja dari rumah Ulfa untuk mencari Anisa dan dia bilang kalau kamu mengajaknya pulang. Setelah Mama pikir, Ulfa benar, kalah hanya kamu yang bisa mengembalikan Anisa seperti sedia kala. Mama mohon, Rey, nikahilah Anisa." Bu Susi memegang tangan Reyhan. Reyhan tersenyum. "Aku sep
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 108Perutku keroncongan seolah cacing-cacing di dalam sana sedang berdemo minta diisi. Usai cuci tangan pakai sabun dengan benar, aku menuju ke meja makan meski sebenarnya malas juga harus makan satu meja dengan Bella-wanita yang sudah menipu kami mentah-mentah. Kuambil nasi plus satu potong ayam berwarna cokelat lalu memasukkan ke dalam mulut. Enak, rasanya benar-benar enak, asin dan manisnya pas, serta bumbunya meresap sempurna. Aku yang awalnya tidak berselera makan, mendadak makan dengan lahap. Bahkan nasi satu piring penuh dan satu potong besar ayam sudah habis hanya dalam hitungan menit. "Enak, Ma?" tanya Reyhan yang duduk di dekatku. Ia hendak mengambil nasi. "Enak, Rey. Rasanya benar-benar pas di lidah. Baru kali ini ibu makan ayam seenak ini. Ini beli di mana? Warung langganan kita? Biasanya kalau nggak keasinan, ya, kurang asin, tetapi kali ini pas. Mungkin kokinya sudah ganti kali, ya?" ucapku. Kujilat tangan bekas makan ayam karena sayang jika la
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 107PoV MamaKututup telingaku rapat-rapat saat Gibran mengetuk pintu dan memintaku agar mau merestui hubungan Reyhan yang ingin menikah lagi dengan Anisa. Ya Tuhan, apa salah dan dosaku ini? Kenapa anak-anakku menjadi kehilangan kewarasannya seperti ini? Gibran akan menikah dengan Bella yang pekerjaannya hanya seorang asisten rumah tangga dan tidak punya rumah karena selama ini ia hanya mengontrak. Apa yang dapat dibanggakan darinya coba? Belum hilang rasa kecewaku pada Gibran, sekarang Reyhan malah membawa kabar yang lebih mengejutkan. Ia akan menikahi lagi si Anisa yang kini sudah tidak waras itu. Dulu, hidupku begitu sempurna saat Reyhan masih menjadi suaminya Ulfa karena mereka punya toko sehingga aku bebas melakukan atau meminta apa saja yang aku mau.Ulfa, maafkan Mama, Nak. Seandainya waktu bisa diputar ulang, tentu aku tidak akan pernah meminta Reyhan untuk menikahi Anisa yang dapat membuat kamu harus kehilangan semuanya. Ah, penyesalan memang selal
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 106"Apa? Kamu tetap ingin menikahi Anisa lagi dan tidak mau dengar omongan Mama? Kayak nggak ada perempuan lain saja." Ibu melengos dan terlihat tidak suka dengan keputusanku. "Apa pun yang Mama katakan, tidak akan mengubah keputusanku untuk menikahi Anisa untuk yang kedua kalinya," ucapku. Mama mengerucutkan bibir dan menggeleng. "Dan sampai kapan pun Mama tidak akan metestui hubungan kamu dengan wanita ini, Rey. Lebih baik jomlo seumur hidup dengan menyandang status duda daripada harus kembali padanya. Otak kamu ada di mana, Rey? Apakah sudah hilang atau masih ada tetapi sudah tidak berfungsi sebagai mana mestinya?" Mama berkata sambil menunjuk mukaku lebih tepatnya kening. "Ada apa ini? Kenapa Mama dan Mas Rey ribut?" Tiba-tiba Gibran datang bersama Bella. "Eh, ada tamu juga? Siapa dia, Mas? Calon penggantinya Mbak Ulfa dan Mbak Anisa?" Gibran mendekati Anisa yang masih saja duduk santai di kursi. Ia seolah tidak peduli dengan orang lain. Ibu semakin cem
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 105"Benarkah ini Anisa? Kenapa jadi seperti ini?" Mama membelai kedua pipi wanita berwajah sayu itu. Lalu mama mundur beberapa langkah dan menurunkan tangannya dari pipi Anisa dan berbalik. "Terus kenapa kau membawanya ke sini, Rey? Bukanlah tadi kamu bilang mau ke rumah Ulfa? Kenapa malah dia yang kamu bawa pulang?"Aku berjalan menuju jendela dan menatap keluar. "Aku tadi memang ke rumah Ulfa dan ternyata Ulfa memintaku datang karena ingin meminta bantuanku untuk membawa pergi Anisa dari sana." "Jadi, Anisa ini juga dari rumah Ulfa?" tanya mama dengan nada tinggi. "Iya, Ma. Anisa datang dan ingin membawa pergi anak kami," ucapku. Aku berbalik dan berjalan ke meja lalu mengambil minuman dan menenggaknya. "Apa kamu bilang? Dia mau ganggu cucu Mama? Tetapi bayi itu nggak apa-apa, kan?" tanya mama panik. Aku menggeleng. "Cucu Mama baik-baik saja, tetapi Ulfa takut jika Anisa datang ke sana kapan saja ia mau. Makanya ia memintaku untuk menikahinya lagi.""Apa
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 104Anisa diam saja berada dalam boncengan motorku. Tubuhnya terasa sangat ringan saking kurusnya. Aku bahkan tidak merasa ada perbedaan ada orang di belakangku atu tidak. Sepanjang perjalanan, kami lebih banyak diam. Aku memintanya untuk memeluk pinggangku dengan erat karena takut ia jatuh tanpa kusadari. Punggungku terasa hangat karena ia menempelkan kepalanya di sana dan entah kenapa aku membiarkan saja itu terjadi. Kuturunkan ia di jalan dan membiarkan ia begitu saja, tetapi saat melihat betapa memprihatinkan dia dengan tubuh kurus dan mata sayu membuatku tidak tega. Nuraniku tersentuh apalagi saat ia menatapku penuh harap untuk tidak meninggalkannya sendirian. Setelah kupikir-pikir, Ulfa benar, bagaimana pun juga wanita di belakangku ini pernah mengisi relung hatiku meski hanya sebentar. Iya, sebagai lelaki, aku masih punya perasaan. "Kita pulang ke rumahku saja, ya?" ucapku lembut. Entah kenapa, aku merasa masygul melihat dia yang sekarang. Iya, sejak
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 103"Mama lihat sendiri, kan? Kalau bukan aku yang ingin ke sana, tetapi Ulfa sendiri nyang sudah memintaku, bahkan ia sepertinya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan mantan suaminya yang tampan ini." Aku mengusap kerah bajuku sambil tersenyum simpul. Ulfa, Ulfa, membayangkan bertemu denganmu saja sudah membuatku senang. Kau memang candu bagiku. Mama hanya memutar bila mata. "Mama yakin, Ulfa memintamu datang karena ada sesuatu." Aku tersenyum, "pasti ada sesuatu lah, Ma. Kalau enggak ada buat apa pakai telfon segala? Sampai dua kali lagi. Sudah, ya, Ma. Aku berangkat dulu dan tunggu kabar baik dariku." Aku maju dan meraih tangan mama lalu menciumnya bolak-balik lalu beralih mencium pipinya kanan kiri. Beginilah perilaku orang yang sedang jatuh cinta meski hanya dengan mantan. Aku berangkat tanpa bisa mama cegah. Untunglah motor Gibran ada di rumah sehingga aku bisa pinjam. Sepanjang perjalanan, senyuman Ulfa terus terbayang di pelupuk mata. Tidak sabar r