Merasa sakit hatinya atas perbuatan Boy belum juga hilang, membuat Almira berpikir keras untuk melakukan balas dendam. Ia ingin istrinya merasakan bagaimana sakitnya dihina dengan orang yang disayanginya. "Jika gue bisa dibuat malu oleh Boy dengan mudahnya maka istrinya dia pun juga harus merasakan hal yang sama," gumam Almira sangat dendam. Terbesit ide gila di pikirannya untuk melancarkan aksinya dan itu membutuhkan beberapa orang. "Halo mah?" sapa Almira via telepon. "Iya, Al, gimana kabarmu? Maaf ya waktu itu mamah gak bisa menolongmu ketika diusir oleh Boy," jawab Margareth. "Gak papa mah, Almira tau kok, kabar Almira baik-baik saja mah," jawab Almira sok mengerti padahal dalam hatinya sangat marah dan dongkol. "Syukurlah.. Ada apa Almira?" tanya Margareth yang seolah mengerti isi pikiran Almira. "Almira mau meminta pertolongan mamah buat membalas dendam pada istrinya Boy," ucap Almira to the point. "Caranya gimana Al?" tanya Margareth. "Mamah masih tinggal di rumah Boy
Melihat ekspresi kaget dari Boy juga istrinya membuat Almira semakin gencar untuk tinggal disini, ia harus memainkan perasaan mereka seapik mungkin. "Memangnya kamu ada masalah apa Al kok sampai meminta izin Boy untuk tinggal disini?" tanya Margareth penuh perhatian. "Almira.. Almira diteror mah huhuhu.." jawab Almira menangis histeris. "DITEROR YA LAPOR POLISI DONG NGAPAIN MALAH LARI KESINI, EMANGNYA RUMAHKU TEMPAT PENAMPUNGAN APA!!" bentak Boy murka. "Tapi aku gak ada bukti buat laporin Boy, dia itu nekat banget orangnya, aku takut," ucap Almira sesengukan. "Ya sebelas duabelas denganmu dong berarti," gumam Maya sinis. "Maya.. Mamah denger ya sindiran kamu, jaga ucapanmu, Almira sedang kena musibah," tegur Margareth. "Pokoknya aku gak mau tau, kamu pergi dari sini sekarang juga, aku gak mau terlibat masalahmu ya," usir Boy. Merasa sudah hilang kata-kata meluluhkan hati Boy membuat Almira kebingungan harus melakukan apalagi, untung saja diluar langsung hujan deras. Almira mer
Pagi hari yang seharusnya menjadi hari yang baru dan semangat baru, tidak berlaku bagi sepasang suami istri kontrak ini, kehadiran Almira juga Margareth ditengah mereka menjadi penghalang. Biasanya pagi hari mereka bisa sarapan dengan nyaman dan tenang, tapi kini berbeda, rasa tak nyaman sangat diperlihatkan oleh Maya. Tapi sayangnya, sang rival yang dimaksud tidak memperdulikan itu, baginya rencana yang sudah ia susun harus segera terselesaikan. "Boy kenapa makanmu sedikit?" tanya Almira sok perhatian. "Bukan urusanmu, makanlah dengan diam dan jangan ikut campur apapun mengenai aku juga istriku," jawab Boy ketus lalu melanjutkan makan. "Yang sopan kalau menjamu tamu itu, dia bertanya baik loh artinya Almira perhatian padamu," tegur Margareth. "Mah.. Ada istrinya disini, harap hargai kehadiran saya di meja makan ini," tegur Maya yang sudah gerah dengan akting Almira juga Margareth. "Benar itu, Maya istriku jadi kalian wajib menghargai dia," tegur Boy lalu mereka memilih diam. "
Selesai meeting, Boy kembali ke ruang kerjanya dan mengecek ponsel. Ia heran kenapa banyak sekali panggilan masuk dari Maya, ada kejadian apa dirumah?? Hati Boy seketika tidak tenang. Lalu ia memanggil sekretaris dan menanyakan apakah jadwal meeting hari ini udah selesai? Dan kebetulan sekali tadi adalah meeting terakhir, jadi Boy bisa bergegas pulang. Sebelum itu, Boy akan memastikan terlebih dahulu dengan menelpon balik Maya. "Halo May? Kenapa banyak sekali panggilan tak terjawab darimu?""Pulanglah.. Ada yang perlu kita bahas, ini mengenai pernikahan kita," pinta Maya serius. "Membahas soal apa? Kamu tau sendiri kan dirumah ada mamah juga Almira, apa kamu yakin bisa bebas bicara?" tanya Boy. "Benar juga.. Yasudah ketemu di kafe biasa aja gimana?" usul Maya. "Kamu langsung saja ke apartemen ku, nanti aku share alamatnya, kita langsung ketemu disana saja ya, deket kok dari rumah, gak papa kan kamu naik taksi online dulu?" tanya Boy memastikan. "Tak papa, yasudah kalau gitu," jaw
Maya kekeh sekali mengajak Boy untuk pulang, tiba-tiba saja ia memiliki firasat jika ada sesuatu yang akan membuat mereka ketahuan. "Boy.. Kamu simpan dokumen perjanjian kita dimana?" "Ada di ruang kerjaku, kenapa?" tanya Boy santai. "Kamu yakin disana aman? Kok aku ragu ya?" tanya Maya. "Aman.. Tidak ada yang masuk kesana," jawab Boy masih santai. "Ayo percepat mobilnya agar cepat sampai rumah, firasat ku mengatakan sebaliknya," ucap Maya panik. Boy mempercepat laju mobilnya dengan kecepatan sedang agar bisa sampai dirumah, padahal kalau lajunya santai hanya memakan waktu 15 menit saja. Entah firasat apa yang sedang dirasakan Maya tapi Boy tidak mau membuat semuanya semakin buruk, jika Maya memiliki firasat buruk nyatanya banyak benarnya. Tiba di rumahnya, Boy sengaja memarkirkan mobil mewah nya didepan gerbang dan segera mematikan mesin mobil agar mamah dan Almira tidak menyadari kehadirannya, sebelum tiba di rumah, Boy sudah menghubungi Handoko agar standby di gerbang dan seg
Hati Almira sungguh sangat sakit atas pengusiran, hinaan juga bentakan yang dilakukan oleh Boy, mantan kekasihnya yang saat ini masih ia sayangi. "Aku akan membalas setiap amarahmu Boy, tunggu tanggal mainnya," batin Almira bergegas pergi ke rumah Boy. Melihat Almira diusir secara tidak pantas oleh anaknya membuat Margareth mengamuk juga malu. Margareth memang sangat menginginkan jika menantunya itu adalah Almira bukan malah Maya. "Mamah kecewa sama kamu, Boy," ucap Margareth penuh penekanan. "Boy lebih kecewa lagi sama mamah, bisa-bisanya mendukung aksi kriminal Almira, kalau Boy tidak menggunakan perasaan sudah Boy jebloskan ke penjara," bantah Boy. "Tapi semua ini demi kebaikanmu, mamah juga Almira memang curiga sama pernikahan kalian," ucap Margareth. "Mau curiga atau tidak itu urusan mamah namun yang perlu Boy tegaskan lagi, jangan pernah mengusik rumah tangga Boy apalagi lancang masuk ke ruangan pribadiku," tegur Boy serius. "Mamah hanya memastikan benar atau tidaknya," j
Hari ini Almira sudah tidak sabar untuk memulai jebakannya, entah kenapa jebakannya kali ini pasti tepat sasaran. Berbagai macam cara sudah dilakukan Almira supaya kembali menjadi kekasihnya Boy, namun semunya sia-sia, kebodohan yang Almira lakukan dimasa lalu membuat semuanya berantakan. Ia kehilangan masa depan menjadi nyonya Boy Yudhistira, sebuah martabat yang paling didambakan wanita di dunia. Bagaimana tidak? Tak perlu susah payah bekerja, apapun keinginannya dengan sekejap mata langsung terkabulkan, tak perlu susah payah membersihkan rumah dan mengurus hidup karena semua itu sudah ada yang mengerjakan bahkan untuk dirinya sendiri pun nantinya pasti akan diberikan 1 asisten, bisa dibayangkan bagaimana mewah dan bahagianya menjadi nyonya Boy Yudhistira? Kekayaan yang tidak akan habis meskipun sampai 7 turunan sekalipun. ***Dirumah mewah dan merah, kini Boy juga Maya sudah kembali menjalani kehidupannya masing-masing, tak ada lagi sandiwara menjadi pasangan suami istri yang ha
"Kenapa gak dari kemarin aja pakai cara gini, ahh Almira kamu kelamaan, tapi gak papa deh yang penting sekarang misimu tercapai, yes.." batin Almira sangat bahagia dan memeluk Boy yang sedang terpejam dengan erat. Cukup lama Boy tertidur, ketika bangun pemandangan menjijikan terpampang di matanya, ia kaget bukan main ketika Almira berada di sampingnya hanya berbalut selimut sedangkan pakaian mereka berceceran di lantai. Boy mencoba mengingat kembali kenapa bisa terjadi hal seperti ini namun sayangnya ia tak ingat apapun, justru kepalanya malah sakit. "Aawww.. Kepalaku sakit sekali, apa yang terjadi? Kenapa aku juga Almira bisa melakukan ini?" gumam Boy. "Al.. Bangun!!" pekik Boy setelah kesadarannya cukup pulih. "Aaaaaaa….. Apa yang sudah kamu lakukan Boy? huhuhu…" teriak Almira. "DIAM!!! justru aku yang seharusnya tanya!" bentak Boy marah. "KENAPA MALAH KAMU MEMBENTAK KU? LAGIAN KAMU MAU TANYA APA?" bentak Almira. "KAMU SUDAH MENJEBAK KU KAN? NGAKU GAK!!" bentak Boy. "APA KAM
Perihal urusan dengan keluarga Adit kini telah selesai sudah ya meskipun ke depannya mereka tidak akan akrab seperti sebelumnya, begitu juga dengan orang tua Adit, setiap bertemu dengan orang tua Maya terpampang jelas raut kecewa juga benci, namun apa boleh dibuat? Tak ada manusia yang bisa melawan takdir. Rencana pernikahan yang sudah disepakati kini tiba pada hari H nya. Kedua mempelai terlihat sangat serasi bahkan suasana pernikahan kali ini jauh lebih hidup dibandingkan pernikahan sebelumnya, mereka sepakat hanya mengundang kerabat terdekat saja agar nuansa intim acara berasa. Toh Maya sudah pernah merasakan pernikahan yang megah dan mewah meskipun waktu itu hanya diatas kertas alias kontrak. Ijab qabul pun akan segera dimulai, Boy sudah lebih dulu berada dimeja bersama penghulu, saksi dan juga wali nikah. Kenapa Maya tak juga ikut duduk di samping?? Tidak.. Maya akan keluar ketika kata sah sudah terucap dan pernikahan diangap sah. Itu sudah menjadi tradisi keluarga dari Maya, ke
Ayahnya pulang dengan wajah kusut bahkan tak ada kata-kata apapun yang terucap setelah kepulangannya dari rumah Maya. Hal buruk pasti sudah terjadi dan kini Adit bisa merasakannya. "Pak.. Apa yang sudah terjadi?" tanya Adit. "Maafkan bapak yang nantinya membuatmu kecewa bahkan patah hati, Maya, wanita yang kamu dambakan menjadi istri kini hanya tinggal angan-angan saja, Maya menolak lamaran kita dan kini Maya memilih majikannya untuk dijadikan suami, maafkan bapak," jawab Eko sangat sedih. "Apa?? Jadi benar dugaan Adit jika antara Maya dengan majikannya ada hubungan khusus, kenapa waktu itu ketika Adit tanya keduanya membantahnya?" jawab Adit kaget. "Kamu sudah tau semua ini?" tanya Eko. "Kalau tau mereka saling memliki rasa ya baru ini pak, bapak sendiri yang mengatakannya, selama ini Adit hanya menduga saja jika keduanya bukan hanya sekedar majikan dengan bawahan," ucap Adit terlihat sedih. "Bapak juga baru tau ini,
Tiba-tiba saja suasana yang tadi mencekam bahkan tegang kini menjadi canggung, Yudhistira juga Puspa memilih diam setelah semua keluh kesah ia ungkapkan, bukannya menjawab semua pertanyaan yang di lontarkan, Boy lebih banyak diam, hal itu semakin membuat mereka kesal bukan main. "Berhubung semuanya sudah kondusif lagi, maka saya akan menjelaskan semuanya dari awal, saya mohon jangan ada yang menyela atau menghardik di tengah penjelasan," pinta Boy namun tak menjawab sahutan dari siapapun. "Oma.. Apa yang oma tanyakan tadi itu semua benar, saya juga Maya melakukan pernikahan kontrak selama satu tahun karena sebuah keuntungan masing-masing, Boy mendapat warisan yang sudah dijanjikan begitu juga dengan Maya yang bisa membuat keluarganya hidup lebih baik dari sebelumnya bahkan melunasi semua hutang keluarganya, apakah kedua orang tua Maya tau ini? Tentu tidak, Maya beralasan jika ia bisa menebus hutang pada lintah darat karena nantinya gaji setiap bulan di
Merasa semuanya tak bisa dibicarakan sebelah pihak saja membuat Tejo meminta agar Boy mendatangkan keluarganya dan membicarakan semua ini. Awalnya Boy menolak namun karena kegigihan Tejo akhirnya Boy setuju, segera Boy menghubungi papahnya juga oma agar besok datang kesini. Awalnya Yudhistira penasaran kenapa harus sampai datang ke rumah anaknya? Masalah apa yang sedang menimpa? Namun karena anaknya tau menjelaskan dan memilih memberitahukannya nanti ketika bertemu, akhirnya Yudhistira setuju. Baginya mungkin anaknya lebih nyaman jika bertatap muka, berbeda respon dengan omanya, Puspa. Awalnya Puspa kesal karena harus pulang besok pagi padahal voucher yang diberikan cucunya itu untuk 2 hari 3 malam, otomatis Puspa mengomel panjang lebar namun ia tetap akan pulang besok. Masalah keluarganya untuk datang pun sudah beres, kini tinggal mempersiapkan diri jika nanti papah dan omanya memaki Boy habis-habisan. Menunggu adalah hal yang membosankan, begitu juga
"Ada apa Boy? Ini tengah malam," tanya Maya setelah masuk ke kamar suaminya. "Ini tentang kita.. Aku gak bisa menahan lagi semuanya, lebih baik kita jujur dengan kedua orang tuamu," jawab Boy. "Gak.. Aku gak setuju! Aku gak mau bapak kecewa," tolak tegas Maya. "Tidak akan.. Niatku kan baik, lagian selama ini aku tak pernah melanggar perjanjian kita," bantah Boy. "Apapun itu aku gak mau kedua orang tuaku tau, biarkan semua selesai sesuai waktunya setelah itu kita memulai dari awal," pinta Maya. "Semua sudah selesai ketika kita berdua di Bali waktu itu, apa kamu lupa? Kan aku sudah menjelaskan semuanya, lagian selama ini aku bertanggung jawab," ucap Boy yang membuat pikiran Tejo negatif, tanggung jawab? Apa maksud perkataan itu?? Jangan-jangan… ah tak mau berprasangka buruk, lebih baik Tejo tanyakan langsung. Brak.. Suara pintu dibuka dengan keras membuat penghuninya kaget. "Apa maksud perbincang
*Sebelum Boy pulang, terlebih dahulu Boy menelpon oma nya agar tidak pulang ke rumah*"Halo, Boy? Ada apa? Oma lagi sibuk nih," tanya Puspa. "Oma lagi dimana sih?" tanya Boy penasaran. "Oma lagi hangout sama bestie oma dong, kenapa emangnya?" tanya Puspa. "Kebetulan sekali, tadi Boy ditawari voucher menginap di salah satu hotel di Bandung untuk 4 orang dan itu untuk hari ini, otomatis Boy gak bisa dong oma kan pekerjaan dikantor lagi selangit, kok tiba-tiba Boy ingin menelpon Oma eh taunya oma lagi hangout sama temen-temen oma, coba tanyain ke temannya mau apa enggak?" ucap Boy yang dijawab antusias para bestie yang telah lanjut usia. "Mereka mau dong.. Kapan berangkatnya?" tanya Puspa memastikan. "Penerbangan jam 1 siang ini oma, kalau mau akan Boy konfirmasi ke teman Boy dulu ya," ucap Boy. "Oma nanti pulang dulu bawa beberapa baju dan pendukung lainnya," ucap oma. "Eits.. Ini udah jam 11
Persoalan yang sedang keluarga Maya hadapi bukanlah perkara yang mudah, ada pihak keluarga Adit juga keluarga majikan Maya yang mereka pikirkan. Mengingat omongan majikan Maya jika anaknya juga memiliki rasa yang sama, membuat kedua orang tua Maya nekat datang ke kota dengan berbekal alamat yang pernah diberikan Maya waktu itu. Setelah cukup lama perjalanan menuju kota juga mencari alamat majikannya Maya, kini orang tua Maya akhirnya tiba di sebuah rumah mewah dan juga megah, bagi kedua orang tua Maya ini bukanlah sekedar rumah melainkan ini istana. "Bu.. Ini benar bukan alamat yang diberikan Maya?" tanya Tejo memastikan. "Menurut alamat yang diberikan Maya sih benar ini pak, tuh lihat disamping gerbang ada nomor rumahnya kan," tunjuk Tinah. "Iya bu, tapi ini bukan rumah bu melainkan istana, besar sekali.. Rumah para juragan dikampung kita saja tak ada apa-apanya dengan rumah ini," ucap Tejo kagum. "Iya Pak.. Mungkin pekerjaan majikan Maya tak hanya berbisnis tapi juga artis, bap
Tekadnya sudah bulat untuk segera mempersunting Maya, Boy diam-diam pergi ke kampung halaman Maya tanpa sepengetahuan orangnya. Boy takut jika nanti mengajak Maya maka nantinya Maya akan terlalu banyak pikiran dan tidak fokus kuliahnya, belum lagi jika ada penolakan dari orang tuanya Maya, Boy takut jika nanti Maya sedih. Ia ingin memberitahu Maya ketika semuanya sesuai harapannya. Perjalanan menuju kampung halaman Maya memanglah jauh, namun Boy sudah bertekad untuk datang seorang diri demi terwujud keinginannya mempersunting sang istri kontraknya agar menjadi istri dah, ya.. Boy memang mengendarai mobil seorang diri tanpa ada supir yang menemani, bahkan oma nya pun tidak diberitahu perihal ini. Nanti, ketika semua sudah beres barulah Boy akan jujur terhadap keluarganya. Tiba dirumah Maya, jantung Boy sangat berdegup kencang dan juga gugup menyertai, entah kenapa kedatangannya kali ini tak seperti biasanya, ia merasa kedatangannya ini sangat l
Sudah dua minggu keduanya berlibur ke Bali, kini saatnya bagi mereka untuk pulang. Sebenarnya berat bagi Maya untuk meninggalkan tempat ini, namun mau bagaimana lagi? Mereka masih ada urusan yang panjang ketika pulang nanti, setelah semuanya nanti selesai, barulah Boy berjanji akan mengajak Maya kesini lagi bahkan untuk tinggal disini. Barang sudah ia kemasi dengan baik dan rapi, oleh-oleh juga sudah Maya bawa, kini waktunya bagi mereka untuk pulang. Kebetulan penerbangan yang mereka pesan ada jam pagi, jadi siang nanti keduanya mungkin sudah tiba di kota dan bisa istirahat dulu. ***Tiba di kota. Kedatangan Maya juga Boy disambut baik dan juga antusias oleh oma nya, Puspa. Ia sudah rindu dengan cucunya apalagi mereka pergi ketika Puspa sedang tak ada dirumah. "Akhirnya cucu oma pulang juga," ucap Oma Puspa bahagia. "Iya oma.. Gimana kabarnya?" tanya Boy penuh perhatian. "Kabar oma san