Setelah urusan semuanya selesai dan dipastikan kini kekasih gelapnya itu kembali hidup enak, Margareth baru berani menemui Roy meskipun masih diam-diam. Kali ini Margareth mendatangi apartemen Roy yang berada di kawasan elite itu. "Akhirnya kekasih hatiku datang juga, i miss you so much baby," ucap Roy manja. "Gak usah lebay deh, dapat apa aja dari Puspa?" tanya Margareth penasaran. "Dapat semuanya yang harusnya jadi milik kekasihmu ini dong, tapi ya gitu, aku harus relain 20℅ saham jadi miliknya," jawab Roy. "Enak sekali! Kenapa mau?" protes Margareth tak terima. "Sebagai tanda terima kasih karena sudah merawat perusahaan papah dengan baik, nyatanya kini berkembang pesat kan? Ketika aku memintanya posisi perusahaan sudah sangat besar, jadi saham segitu tak seberapa sayang," bujuk Roy. "Mending buat aku aja lah ngapain kamu kasih nenek tua itu? Dia udah kaya raya," protes Margareth. "Untukmu ada khu
Merasa hubungan pernikahan yang dijalani sudah tidak sehat lagi membuat Bowo merasa jika semuanya sia-sia jika dipertahankan, Margareth saja sudah mengakui semuanya bahkan hubungan mereka jauh lebih lama ketimbang hubungan dengan dirinya. Sungguh menjijikan memang, selama ini sama saja Bowo berbagi wanita dengan Roy dan hal itu tidak bisa diterima olehnya. Bowo menatap foto pernikahannya dengan Margareth yang terpajang besar di dinding kamarnya, betapa membahagiakannya momen itu, dimana Bowo berhasil memperjuangkan wanita yang ia sayangi untuk menjadi istrinya, raut bahagia terlihat jelas oleh kedua mempelai namun siapa sangka jika semua ini hanyalah sebuah sandiwara yang dilakukan Margareth? Bahkan Bowo yang terlalu mencintai istrinya sampai tidak menyangka hal ini. Apakah Roy lebih spesial daripada dirinya? Dalam hal finansial pun lebih mapan dan menjamin Bowo namun mengapa Margareth segitu cintanya dengan Roy? Apa istimewa dari Roy? Ap
Setelah mendengar kata talak dari mulut suaminya, hati Margareth harus siap menerima kenyataan pahit ini. Kenyataan dimana semua kemewahan yang selama ini ia rasakan akan menjadi sebuah kenangan. Tak butuh waktu lama, setelah kata talak terucap, Margareth segera mengemasi barang-barangnya dan pergi ke sebuah hotel untuk sementara waktu. Tak lupa Margareth menghubungi Roy untuk memberitahu semuanya, tak lupa Margareth mengirim lokasi hotel tempatnya menginap. Setidaknya kali ini Bowo masih baik padanya, dompet beserta isinya masih bisa digunakan sampai nanti sidang memutuskan mereka sudah tak lagi suami istri. "Hai baby.. Akhirnya kamu jadi janda juga," sapa Roy ketika sampai di hotel. "Bukannya bantuin gue biar tetap hidup enak malah adanya mengejek!" protes Margareth. "Hidupmu bakal tetap enak, percayalah, ada Roy yang akan menanggung hidupmu mulai hari ini dan seterusnya," jawab Roy. "Halah! Mana bisa lo it
Sudah 2 bulan terakhir ini Almira merasa jika tubuhnya seperti tak enak badan dan sering mual jika mencium bau tertentu, ia awalnya berpikir sedang masuk angin namun semakin lama kok tanda-tandanya mengarah seperti orang sedang hamil? Untuk memastikan akhirnya Almira membeli tespek di apotek dan mencobanya saat itu juga ketika sudah tiba di rumah, hasilnya?? Hasilnya sungguh diluar dugaan Almira, garis dua terpampang nyata di alat tes kehamilan tersebut yang membuat tubuh Almira lemas dan tak berdaya. Pikirannya sungguh kacau, anak siapa yang sedang ia kandung? Apakah anak Boy atau dengan pria asing itu?? "Aa argghh.. Kenapa semuanya menjadi rumit seperti ini? Jika gue datang ke rumah Boy dan meminta pertanggung jawaban apakah dia mau? Iya kalau akhirnya ini anak Boy, kalau ternyata anak dari pria sialan itu!!! Aarrrgghh…" pekik Almira geram dan menangis histeris dibawah guyuran shower kamar mandi. Ketika kondisi sudah tenang, Almira lalu
Sebenarnya Boy tidak bisa ditinggal oleh Maya apalagi dengan posisi yang sedang buruk seperti ini, ingin sekali Boy memaksa Maya agar tetap disini namun dirinya tak boleh egois. Saat ini Maya tengah kecewa jadi lebih baik Boy memberikan waktu pada istri kontraknya itu untuk menenangkan diri. "Biarkan Maya menenangkan dirinya, oma yakin kalau dia sudah tenang pasti akan balik kesini, kamu harusnya bersyukur mendapat istri seperti Maya yang minim kekurangan, malah dibelakangnya kamu bermain gila dengan wanita itu, oma kecewa sama kamu!" pekik Puspa. "Maaf oma tapi kalau boleh jujur, semua ini memang diluar kendali Boy apalagi posisinya Boy ini dijebak," sanggah Boy. "Halah memang kamunya aja yang rakus!" sindir oma Puspa. "Boy punya buktinya oma, setelah kejadian itu sampel minuman yang Boy minum langsung dibawa ke laboratorium untuk diperiksa dan hasilnya pada minuman itu memang mengandung obat perangsang," ucap Boy membela diri.
Dengan membawa beberapa pakaian juga uang seadanya, Maya nekat pulang ke kampung halamannya. Ia ingin menetralisir semua perasaan yang telah meracuninya akibat fakta yang diungkapkan Almira. Jika diam-diam mereka tega melakukan itu berarti diam-diam juga mereka selama ini menjalin hubungan, tak heran Almira sangat santai sekali keluar masuk ruangan suaminya, ah tepatnya suami kontraknya. Dengan perjalanan menggunakan bis kota, Maya bisa kembali mengenang bagaimana dulunya ia pertama kali datang kesini dengan tujuan bekerja sebagai pembantu sesuai apa yang dikatakan pak Handoko kala itu, namun tiba di kota dan bertemu langsung dengan majikannya, justru Maya diminta untuk menjadi istri kontraknya selama setahun. Andai bapak tidak memiliki hutang dengan lintah darat itu sudah pasti Maya tak akan mau mempermainkan sebuah pernikahan, bukankah pernikahan itu adalah sesuatu yang sakral dan hanya akan terjadi sekali seumur hidup? Nyatanya Maya malah mempermainkan arti dari pe
Pagi hari yang cerah di kampung halamannya membuat Maya merasa jauh lebih baik dan pikirannya kini lebih tenang, setelah membantu Tinah menyiapkan segala keperluan di pagi hari, Maya memutuskan untuk jalan-jalan menikmati udara yang sejuk ini. "Mau kemana May?" tanya Tinah. "Mau keluar jalan-jalan sebentar bu, Maya suka dengan udaranya, sejuk," jawab Maya. "Memang dikota panas?" tanya Tinah penasaran. "Panas sekali bu lagian di kota gak ada sejuk-sejuknya, polusi merajalela," jawab Maya membuat Tinah sedikit tahu kehidupan dikota. "Yasudah tapi jangan jauh-jauh," ucap Tinah lalu kembali ke rumah. Maya berjalan menyusuri persawahan yang masih hijau dengan aliran air yang jernih dan juga segar, sesekali Maya menyeka mukanya dengan aliran air sawah itu. Seketika kulitnya sangat sejuk dan merasa segar, memang ya kehidupan didesa jauh lebih menyenangkan ketimbang dikota yang penuh hiruk pikuk. Setia
Episode ini menceritakan tentang Adit ya.. "Srak!! Aw.. Sakitnya," rintih Adit yang terkena sabetan clurit di tangannya, Adit sedang belajar bagaimana mengambil rumput untuk makan sapi orang tuanya. Mendengar ada suara seseorang merintih kesakitan lantas membuat Maya segera mendekati sumber suara tersebut. "Dimana ya?? Kelihatannya gak jauh dari sini," gumam Maya lalu Adit tiba-tiba muncul dari semak-semak yang sudah menjulang tinggi. "Astaga.. Siapa kamu? Ngapain disini??" tanya Adit kaget. "Sa..saya Maya, tadi saya mendengar ada orang merintih kesakitan makanya saya kesini," jawab Maya lirih. "Oh.. Itu aku kok tadi tanganku kena sabetan clurit, maklum baru magang ambilin rumput buat makan ternak," ucap Adit sambil terus menggengam tangannya yang sakit. "Tapi itu tanganmu terluka, sini aku iket dulu biar darahnya gak semakin banyak," ucap Maya lalu menyobek selendang yang biasa dipakai untuk m
Perihal urusan dengan keluarga Adit kini telah selesai sudah ya meskipun ke depannya mereka tidak akan akrab seperti sebelumnya, begitu juga dengan orang tua Adit, setiap bertemu dengan orang tua Maya terpampang jelas raut kecewa juga benci, namun apa boleh dibuat? Tak ada manusia yang bisa melawan takdir. Rencana pernikahan yang sudah disepakati kini tiba pada hari H nya. Kedua mempelai terlihat sangat serasi bahkan suasana pernikahan kali ini jauh lebih hidup dibandingkan pernikahan sebelumnya, mereka sepakat hanya mengundang kerabat terdekat saja agar nuansa intim acara berasa. Toh Maya sudah pernah merasakan pernikahan yang megah dan mewah meskipun waktu itu hanya diatas kertas alias kontrak. Ijab qabul pun akan segera dimulai, Boy sudah lebih dulu berada dimeja bersama penghulu, saksi dan juga wali nikah. Kenapa Maya tak juga ikut duduk di samping?? Tidak.. Maya akan keluar ketika kata sah sudah terucap dan pernikahan diangap sah. Itu sudah menjadi tradisi keluarga dari Maya, ke
Ayahnya pulang dengan wajah kusut bahkan tak ada kata-kata apapun yang terucap setelah kepulangannya dari rumah Maya. Hal buruk pasti sudah terjadi dan kini Adit bisa merasakannya. "Pak.. Apa yang sudah terjadi?" tanya Adit. "Maafkan bapak yang nantinya membuatmu kecewa bahkan patah hati, Maya, wanita yang kamu dambakan menjadi istri kini hanya tinggal angan-angan saja, Maya menolak lamaran kita dan kini Maya memilih majikannya untuk dijadikan suami, maafkan bapak," jawab Eko sangat sedih. "Apa?? Jadi benar dugaan Adit jika antara Maya dengan majikannya ada hubungan khusus, kenapa waktu itu ketika Adit tanya keduanya membantahnya?" jawab Adit kaget. "Kamu sudah tau semua ini?" tanya Eko. "Kalau tau mereka saling memliki rasa ya baru ini pak, bapak sendiri yang mengatakannya, selama ini Adit hanya menduga saja jika keduanya bukan hanya sekedar majikan dengan bawahan," ucap Adit terlihat sedih. "Bapak juga baru tau ini,
Tiba-tiba saja suasana yang tadi mencekam bahkan tegang kini menjadi canggung, Yudhistira juga Puspa memilih diam setelah semua keluh kesah ia ungkapkan, bukannya menjawab semua pertanyaan yang di lontarkan, Boy lebih banyak diam, hal itu semakin membuat mereka kesal bukan main. "Berhubung semuanya sudah kondusif lagi, maka saya akan menjelaskan semuanya dari awal, saya mohon jangan ada yang menyela atau menghardik di tengah penjelasan," pinta Boy namun tak menjawab sahutan dari siapapun. "Oma.. Apa yang oma tanyakan tadi itu semua benar, saya juga Maya melakukan pernikahan kontrak selama satu tahun karena sebuah keuntungan masing-masing, Boy mendapat warisan yang sudah dijanjikan begitu juga dengan Maya yang bisa membuat keluarganya hidup lebih baik dari sebelumnya bahkan melunasi semua hutang keluarganya, apakah kedua orang tua Maya tau ini? Tentu tidak, Maya beralasan jika ia bisa menebus hutang pada lintah darat karena nantinya gaji setiap bulan di
Merasa semuanya tak bisa dibicarakan sebelah pihak saja membuat Tejo meminta agar Boy mendatangkan keluarganya dan membicarakan semua ini. Awalnya Boy menolak namun karena kegigihan Tejo akhirnya Boy setuju, segera Boy menghubungi papahnya juga oma agar besok datang kesini. Awalnya Yudhistira penasaran kenapa harus sampai datang ke rumah anaknya? Masalah apa yang sedang menimpa? Namun karena anaknya tau menjelaskan dan memilih memberitahukannya nanti ketika bertemu, akhirnya Yudhistira setuju. Baginya mungkin anaknya lebih nyaman jika bertatap muka, berbeda respon dengan omanya, Puspa. Awalnya Puspa kesal karena harus pulang besok pagi padahal voucher yang diberikan cucunya itu untuk 2 hari 3 malam, otomatis Puspa mengomel panjang lebar namun ia tetap akan pulang besok. Masalah keluarganya untuk datang pun sudah beres, kini tinggal mempersiapkan diri jika nanti papah dan omanya memaki Boy habis-habisan. Menunggu adalah hal yang membosankan, begitu juga
"Ada apa Boy? Ini tengah malam," tanya Maya setelah masuk ke kamar suaminya. "Ini tentang kita.. Aku gak bisa menahan lagi semuanya, lebih baik kita jujur dengan kedua orang tuamu," jawab Boy. "Gak.. Aku gak setuju! Aku gak mau bapak kecewa," tolak tegas Maya. "Tidak akan.. Niatku kan baik, lagian selama ini aku tak pernah melanggar perjanjian kita," bantah Boy. "Apapun itu aku gak mau kedua orang tuaku tau, biarkan semua selesai sesuai waktunya setelah itu kita memulai dari awal," pinta Maya. "Semua sudah selesai ketika kita berdua di Bali waktu itu, apa kamu lupa? Kan aku sudah menjelaskan semuanya, lagian selama ini aku bertanggung jawab," ucap Boy yang membuat pikiran Tejo negatif, tanggung jawab? Apa maksud perkataan itu?? Jangan-jangan… ah tak mau berprasangka buruk, lebih baik Tejo tanyakan langsung. Brak.. Suara pintu dibuka dengan keras membuat penghuninya kaget. "Apa maksud perbincang
*Sebelum Boy pulang, terlebih dahulu Boy menelpon oma nya agar tidak pulang ke rumah*"Halo, Boy? Ada apa? Oma lagi sibuk nih," tanya Puspa. "Oma lagi dimana sih?" tanya Boy penasaran. "Oma lagi hangout sama bestie oma dong, kenapa emangnya?" tanya Puspa. "Kebetulan sekali, tadi Boy ditawari voucher menginap di salah satu hotel di Bandung untuk 4 orang dan itu untuk hari ini, otomatis Boy gak bisa dong oma kan pekerjaan dikantor lagi selangit, kok tiba-tiba Boy ingin menelpon Oma eh taunya oma lagi hangout sama temen-temen oma, coba tanyain ke temannya mau apa enggak?" ucap Boy yang dijawab antusias para bestie yang telah lanjut usia. "Mereka mau dong.. Kapan berangkatnya?" tanya Puspa memastikan. "Penerbangan jam 1 siang ini oma, kalau mau akan Boy konfirmasi ke teman Boy dulu ya," ucap Boy. "Oma nanti pulang dulu bawa beberapa baju dan pendukung lainnya," ucap oma. "Eits.. Ini udah jam 11
Persoalan yang sedang keluarga Maya hadapi bukanlah perkara yang mudah, ada pihak keluarga Adit juga keluarga majikan Maya yang mereka pikirkan. Mengingat omongan majikan Maya jika anaknya juga memiliki rasa yang sama, membuat kedua orang tua Maya nekat datang ke kota dengan berbekal alamat yang pernah diberikan Maya waktu itu. Setelah cukup lama perjalanan menuju kota juga mencari alamat majikannya Maya, kini orang tua Maya akhirnya tiba di sebuah rumah mewah dan juga megah, bagi kedua orang tua Maya ini bukanlah sekedar rumah melainkan ini istana. "Bu.. Ini benar bukan alamat yang diberikan Maya?" tanya Tejo memastikan. "Menurut alamat yang diberikan Maya sih benar ini pak, tuh lihat disamping gerbang ada nomor rumahnya kan," tunjuk Tinah. "Iya bu, tapi ini bukan rumah bu melainkan istana, besar sekali.. Rumah para juragan dikampung kita saja tak ada apa-apanya dengan rumah ini," ucap Tejo kagum. "Iya Pak.. Mungkin pekerjaan majikan Maya tak hanya berbisnis tapi juga artis, bap
Tekadnya sudah bulat untuk segera mempersunting Maya, Boy diam-diam pergi ke kampung halaman Maya tanpa sepengetahuan orangnya. Boy takut jika nanti mengajak Maya maka nantinya Maya akan terlalu banyak pikiran dan tidak fokus kuliahnya, belum lagi jika ada penolakan dari orang tuanya Maya, Boy takut jika nanti Maya sedih. Ia ingin memberitahu Maya ketika semuanya sesuai harapannya. Perjalanan menuju kampung halaman Maya memanglah jauh, namun Boy sudah bertekad untuk datang seorang diri demi terwujud keinginannya mempersunting sang istri kontraknya agar menjadi istri dah, ya.. Boy memang mengendarai mobil seorang diri tanpa ada supir yang menemani, bahkan oma nya pun tidak diberitahu perihal ini. Nanti, ketika semua sudah beres barulah Boy akan jujur terhadap keluarganya. Tiba dirumah Maya, jantung Boy sangat berdegup kencang dan juga gugup menyertai, entah kenapa kedatangannya kali ini tak seperti biasanya, ia merasa kedatangannya ini sangat l
Sudah dua minggu keduanya berlibur ke Bali, kini saatnya bagi mereka untuk pulang. Sebenarnya berat bagi Maya untuk meninggalkan tempat ini, namun mau bagaimana lagi? Mereka masih ada urusan yang panjang ketika pulang nanti, setelah semuanya nanti selesai, barulah Boy berjanji akan mengajak Maya kesini lagi bahkan untuk tinggal disini. Barang sudah ia kemasi dengan baik dan rapi, oleh-oleh juga sudah Maya bawa, kini waktunya bagi mereka untuk pulang. Kebetulan penerbangan yang mereka pesan ada jam pagi, jadi siang nanti keduanya mungkin sudah tiba di kota dan bisa istirahat dulu. ***Tiba di kota. Kedatangan Maya juga Boy disambut baik dan juga antusias oleh oma nya, Puspa. Ia sudah rindu dengan cucunya apalagi mereka pergi ketika Puspa sedang tak ada dirumah. "Akhirnya cucu oma pulang juga," ucap Oma Puspa bahagia. "Iya oma.. Gimana kabarnya?" tanya Boy penuh perhatian. "Kabar oma san