Fasha dan Rangga sekarang sudah resmi menjadi suami istri. Dinda berusaha untuk bersikap baik terhadap Fasha. Ia menyalami Fasha untuk mengucapkan selamat, namun sepertinya Fasha tidak suka melihat Dinda.“Sepertinya sebelum Rangga menikahiku dia terlebih dulu menyenangkan istrinya di ranjang!!” ledek Fasha pada Dinda yang baru saja menyalaminya.“Maksud kamu apa??” tanya Dinda tak mengerti dengan ucapan Fasha.“Heuhhh.... gak usah belaga bego Dinda aku tau kamu sebenarnya kamu gak rela atas pernikahan ini, makanya kamu mau so pamer sama tanda merah di leher kamu itu!!” ucap Fasha sambil menunjuk leher Dinda.Dinda lantas langsung memegang lehernya ia lupa jika ada beberapa tanda merah bekas gigitan Rangga saat mereka tak bisa mengendalikan diri mereka di mobil pagi ini. Dinda ternyata tidak mau kalah saat mendengar ucapan dari Fasha, awalnya Dinda mencoba merendahakan hatinya untuk membuka diri pada Fasha dan menjalin pertemanan dengannya, tapi respon dari Fasha sungguh membuat Dinda
“Rangga!!” Mamah Tari meneriaki putranya sendiri karena menyeret Fasha.“Apa-apaan kamu? Kenapa kamu begitu kasar pada Fasha?” tanya Mamah Tari.Fasha namun tidak berontak dan bersikap pasrah dihadapan Rangga.“Ini sudah keterlaluan Mah. Kamar ini bukan kamar Fasha!” tegas Rangga.“Mamah yang menyuruh Fasha untuk menempati kamar utama,” ujar Mamah Tari.“Mah…. Tolong hargai aku dan Dinda. Jika bukan atas izin Dinda aku mana mau menikah dengan Fasha,” terang Rangga.Mendengar hal itu Fasha sepertinya terkejut. Dia pikir Rangga menikahinya karena benar-benar ingin kembali padanya.“Rangga pasti hanya bercanda, karena ada wanita jalang itu melihat!” ucap Fasha dalam hati yang melirik sinis melihat Dinda yang berdiri di ujung tangga menyaksikan pertengkaran ini.“Mamah gak peduli, biarakn Fasha tinggal di kamar utama!” kekeh Mamah Tari.“MAHHHHH!” habis sudah kesabaran Rangga, ia hampir saja menampar ibunya sendiri, namun segera di dihalangi oleh Fasha sehingga tamparannya malah mengen
Setelah tenang Rangga yang merasa bersalah pun datang menghampiri Fasha dan Mamahnya. “Mas Rangga,” panggil Dinda yang masih berdiri tertegun di depan kamarnya . Rangga berjalan menuju kamar tersebut, ia melewati Dinda yang berdir di sana dan langsung memeluk Fasha juga meminta maaf pada mereka berdua. “Aku benar-benar tidak sengaja Fasha,” bela Rangga pada dirinya sendiri. “Mah… Rangga juga minta maaf karena Rangga udah kelewat batas!!” pinta Rangga pada Mamah Tari. Dinda yang melihat sadiwara Fasha terlihat kesal. Ia lalu pergi meninggalkan mereka semua. **** Di luar ternyata masih ada Andi. “Kamu ko belum pulang?” tanya Dinda yang baru saja melihat Andi mondar mandir seperti sedang mencari sesuatu. Andi kaget melihat Dinda yang seketika sudah ada dihadapannya. “Bikin kaget aja,” ucap Andi sambil memegang dadanya yang bidang. “Ini aku lagi cari kuci mobil,” jawab Andi. “Ko bisa hilang sih?” tanya Dinda lagi. “Aku lupa malah simpan di saku biasanya aku simpan di tas,” jaw
Ternyata saat Rangga di atas bersama dengan Fasha dan Mamah Tari.Mamah Tari meminta Rangga untuk menyerahkan kamar utama pada Fasha."Mamah akan maafkan kamu asal kamar ini kamu serahkan pada Fasha!!" desak Mamah Tari."Mah apa harus sampai seperti ini?" tanya Rangga."Kamu juga sampai jadi anak durhaka pada Mamah, Mamah yakin kalau Papah tau kamu sampai tampar Mamah gara-gara wanita itu, Papah kamu gak akan terima," cecar Mamah Tari supaya Rangga bisa terbujuk untuk menyerahkan kamar tersebut.Tersirat rasa ragu dalam diri Rangga karena dia sangat menghargai istrinya, tapi ada rasa bersalah dan penyeslaan juga atas sikapnya terhadap Mamahnya. "Aku harus bicarakan ini dulu dengan Dinda Mah karean bagaimanapun juga dia istri pertamaku!!" kata Rangga yang sebenarnya tidak ingin menyerahkan kamar tersebut pada Fasha."Halahhhh ya udah jelas pasti dia gak mau kasih kamar ini!" gerutu Mamah Tari."Mah sudahlah, gak papa Fasha tinggal di kamar sebelah saj
Lamunannya terpecahkan oleh suara dering ponsel."IBU.." ucap Dinda melihat nama yang tertera di ponselnya. "Assalamualikum bu," salam Dinda pada ibunya yang berada di ujung telepon."Waalaikumsalam Nak!!! Sehat kamu??" Pertanyaan itu yang pertama kali selalu ditanyakan oleh sang ibu."Alhamdulillah sehat bu, ibu gimana sama Ayah?" tanya balik Dinda."Alhamdulillah kita juga sehat!" jawab sang ibu."Nak minggu ini rencananya Ayah dan Ibu mau ke Jakarta berkunjung ke rumahmu," ucap Ibu Harti memberi kabar pada putrinya.Dinda terkejut."Ibu mau ke rumah?" tanyanya yang kebingunga ."Iyah... Ibu sama Ayah kangen sama kamu," gumam Ibu Harti."Dinda juga kangen Bu, tapi nanti Dinda lihat jadwal dulu yah Bu," alasan Dinda untuk mengurungkan niat ibunya untuk datang ke Jakarta."Memangnya kamu ada jadwal apa Din?" tanya Bu Harti karena tak biasanya Dinda seperti ini. Biasanya saat mendengar Ayah dan Ibunya akan datang Dinda pasti senang sekali."Kenapa Nak?? apa kamu tidak senang??" tanya s
Menjelang malam Dinda merapikan kamarnya dan bersiap untuk tidur."Ahh aku lupa jika malam ini Mas Rangga tidak tidur bersamaku!!" keluh Dinda.Ia lalu menutup pintu kamarnya, tapi Rangga menahannya."Izinkan aku masuk!" izin Rangga."Masss...." Dinda memaksa untuk menutupnya, namun tangan Rangga tetap menahannya."Jangan seperti ini Mas!!!" larang Dinda pada suaminya.Dinda yang tidak mampu menahan tenaga Rangga akhirnya terdorong masuk."MASSS," bentak Dinda."Aku gak bisa tidur dengan wanita lain Din!" rengek Rangga sambil memeluk Dinda."Mas dia istrimu bukan wanita lain, kamu sudah mengucap janji suci di hadpaan Allah dan orangtuanya," jelas Dinda, lalu ia melepas pakasa pelukan suaminya."Aku tidur di sini saja!!" paksa Rangga yang malah merebahkan diri do tempat tidur."Masss.... aku mohon jangan buat Mamah mu marah lagi!!" bujuk Dinda pada suaminya.Mata Rangga menatap langit-langit kamar Dinda."Aku hanya ingin bahagia, it
Di dalam kamar Fasha terus memperhatikan Rangga. Fasha membuka perlahan kancing baju yang Rangga kenakan, namun Fasha mengurungkan niatnya."Apa bagusnya wanita jalang itu?" kesal Dinda, ia lalu kembali tidur membelakangi Rangga.Ternyata malam pertama Fasha dan Rangga gagal. Masuk kamar tak lama Rangga langsung tertidur pulas ia sengaja minum obat tidur terlebih dulu agar bisa tidur cepat. Hal membuat Fasha kesal saat tidur Rangga terus saja mengigau memanggil-manggil Dinda.****Dinda melakukan aktivitasnya seperti biasa selesai sholat subuh ia langsung turun ke bawah untuk mempersiapkan sarapan untuk keluarga."Pagi Bi Darmi, " sapa Dinda.Bi Darmi hanya mengangguk, namun tak melepaskan tatapan matanya dari Dinda.Bi Darmi menggelang, ia salut pada Dinda yang tetap tegar dan masih bisa beraktivitas seperti biasa."Non Dinda TOP," puji Bi Darmi sambil mengacungkan jempolnya."Apaan sih Bi ah," canda Dinda pada Bi Darmi.Mereka pun tersenyum bersama.Dinda memasak makanana spesial ke
Suasan makan malah terlihat menjadi canggung karena sebelumnya Fasha dengan bangga memamerkan dirinya yang kewalahan melayani Rangga."Hmmmm masakan istriku selalu paling enak!!" puji Rangga sambil tersenyum pada Dinda.Fasha yang tau mau kalah menyambar ucapan Rangga, "Nanti makan malam aku masakin kamu makanam enak yah!!" Rangga hanya mengangguk."Wahh... kamu bisa masak?" tanya Mamah Tari."Aku pernah ikut kelas masak Mah," jawab Fasha."Perempuan yah harus bisa masak! jadi pagi-pagi tuh makanan udah tersaji di meja, kalau bangun aja sampai kesiangan bagaimana bisa layani suami," sindir Papah Harto pada Fasha yang bangunnya kesiangan, seketika Fasha menunduk karena malu.Mamah Tari langsung membela, "Pinter sih, tapi kan mandul.""MAHH!!"Brukkkk, terdengar sura meja yang pukul oleh Papah Harto."Ini masih pagi Mah,"bentak Papah Harto yang langsung berdiri dan meninggalkan meja makan.Semua langsung terdiam. Papah Harto sepertinya mara
Andi yang sedang membuka handphonenya begitu kaget saat melihat headline berita di media sosial."Apa???? Fasha bukan putri sah Om Evan dan Tante Maya," Andi tercengang saat membaca judul beritanya."Gila berita apaan ini?? mana paling atas pula," ucap Andi yang masih menganggap berita itu hanya omong kosong."Media emang kurang kerjaan, Om Evan dan Tante Maya kan baru saja dapat cucu masa mereka naikin berita gak bermutu kaya gini!!" Andi terus saja menskrol handphonenya, tapi alangkah kagetnya dia karena hampir semua pemberitaan di media mengangkat topik tentang keluarga Om Evan.Ia lalu menghubungi Dinda."Halo Din..." sapa Andi dengan nada yang penuh rasa penasaran."Tentang berita di media?" ucap Dinda yang langsung pada topiknya seolah ia sudah tau dan paham ke arah mana Andi akan bertanya."Sebenarnya ada apa Din, kenapa media memberitakan hal itu?" tanya Andi penasaran."Yah aku gak tau lah, kamu tanya aja medianya!!!" suruh Dinda."Kamu tuh ada-ada aja deh," kesal Andi menden
Semua orang mematung saat Dinda melenggang pergi dari ruang transfusi. Ia terlihat puas dengan keterpurukan yang sedang dihadapi dua keluarga ini. Seolah sedikit demi sedikit rasa sakitnya mulai terbayarkan. "Dasar wanita jalang," kesal Pak Evan dalam hatinya saal melihat Dinda yang tersenyum puas di hadapan Pak Evan. Rangga pun mengejar Dinda dan berterima kasih padanya karena dia masih punya hati untuk membantu istri dan anaknya. "Din tungga!!" Rangga meraih tangan Dinda. "Kamu mau apa lagi??" tanya Dinda sinis. "Aku cuma mau bilang terima kasih, karena kamu mau mendoorkan darahmu untuk Fasha," jawab Rangga agak kikuk. Dia terlihat malu karena perlakuannya selama ini, tapi di sisi lain Rangga pun sangat bersyukur. "Rawatlah mereka, jangan sampai kamu bernasib sama seperti mertuamu," Dinda lalu meninggalkan Rangga yang mematung usai mendengar ucapannya. "Apa maksud Dinda barusan??" Rangga bertanya-tanya dalam hatinya, namun ia mencoba untuk mengabaikannya lalu kembali pada kela
Rangga pun baru tahu tentang hubungan Ibu Maya di keluarga Fasha."Pah.... maksud Papah apa??" tanya Rangga bingung."Mamah kadung Fasha sudah meninggal saat Fasha masih bayi," ucap Pak Evan."Meninggal??? Jadi Mamah Maya tidak ada hubungan darah dengan Fasha??" Rangga yang masih belum percaya dengan apa yang ia dengar.Suster kembali keluar."Bagaimana Pak Rangga sudah ada yang bisa mendonor??" tanya suster."Tunggu sebentar Sus!!!" jawab Rangga. Ia pun langsung menghubungi teman-temannya, termasuk Dinda karena golongan darah Dinda sama dengan Fasha."Hallo Din.... maaf aku ganggu kamu, tapi aku benar-benar membutuhkanmu saat ini," ucap Rangga terburu-buru."Maksudnya apa sih???" tanya Dinda bingung."Fasha baru saja melahirkan, namun ia mengalami pendarahan hebat dan butuh transfusi darah sedangkan pasokan darah di rumah sakit untuk golongan AB tidak ada. Aku mohon bantu aku. Selamatkan Fasha!! pinta Rangga yang sudah tidak memikirkan rasa malu lagi.Mendengar hal itu Dinda terkeju
Kehadiran seorang bayi di tengah keluarga Rangga dan Fasha memberi kebahagiaan tersendiri terutama untuk Mamah Tari yang sejak dulu begitu menantikan kehadiran seorang cucu.Selesai persalinan Rangga pun dipersilahkan kembali untuk menunggu di luar dan bayinya akan dipindahkan ke ruang perawatan."Pak Rangga silahkan kembali tunggu di luar kembali!!" suruh seorang perawat.Rangga lalu berdiri."Aku keluar dulu yahh!!" pamit Rangga sebelum pergi, ia pun mengusap air mata di wajahnya karena terharu saat melihat dan mendengar suara bayi kecil itu untuk pertama kalinya."Rangga... gimana?? bayinya sudah lahir??" tanya Mamah Tari."Keadaan Fasha gimana??" Pak Evan yang ikut menyerobot bertanya."Bayinya sudah lahir, jenis kelaminnya laki-laki dan keadaan Fasha untuk saat ini cukup baik, namun dia masih belum sadar sepenuhnya karena pengaruh obat bius," jawab Rangga."Alhamdulillah...." ucap syukur Mamah Tari dan Ibu Maya."Bayinya akan dipindahakan ke ruang perawatan bayi, nanti kalian bis
Andi yang merasa bersalah terhadap Rara, apa lagi sebelumnya dia membuat Rara menangis, lalu menghubungi Rara, namun lagi-lagi Rara tidak mengangkat teleponya."Tumben banget deh Rara... biasnya dia langsung jawab," keluh Andi, tapi Andi gak ambil pusing ia menyangka mungkin saja Rara sedang sibuk."Ndi, orang lokasi udah telepon terus nih." Rangga yang memberi tahu jika mereka harus segera ke lokasi proyek."Iyah bentar!!" Andi pun menyimpan semua barangnya, lalu ke luar dari kamar."Ayo!!" ajak Andi sambil melempar kunci mobil pada Rangga."Kamu yang nyetir!!" suruh Andi.Di perjalanan menuju lokasi cukup hening tanpa ada pembicaraan di antara keduanya, sampai akhirnya Rangga membuka topik pembicaraan."Ndi... aku gak mau kita berselisih paham terus kaya gini cuma gara-gara masalah cewek!!" ucap Rangga mengawali pembicaraan di antara keduanya."Bukannya semua ini kamu yang mulai??" Andi yang melempar kesalahan pada Rangga karena memang selama ini Rangga yang mengawali pertengkaran d
"Mana mungkin Rara bertemu dengan Pak Diki, meskipun bergerak di dunia pendidikan namun dia bukan orang baru juga dalam dunia bisnis, Rara juga punya saham dibanyak perusahaan. Kamu mungkin salah lihat Din. Rara tuh tau Pak Diki orang seperti apa, aku yakin itu," jelas Andi saat berbicara dengan Dinda di balik telepon.Dinda pun terdiam. Ia berpikir ada benarnya Andi, gak mungkin Rara bertemu dengan Pak Diki. "Aku emang cuma lihat dia dari belakang, kaya mirip aja sama Rara," tutur Dinda pada Andi.Andi pun menghela nafasnya seolah merasa tenang karena memang tidak mungkin jika Rara berhubungan dengan orang-orang seperti Pak Diki."Kamu kangen aja kali yah sama aku, pake alesan bahas Rara segala," goda Andi."Ihh apaan, ngapain juga kangen sama kamu. Nggak lahhh!!!" elak Dinda, padahal sebenarnya sedari tadi ia tidak bisa tenang karena Andi belum juga menghubunginya."Aku tuh cuma kepikiran Rara aja soalnya belakangan ini sikap dia agak berubah," tutur Dinda yang merasa jika sikap Ra
Andi dan keluarga pun seger berangkat ke bandara, di sana sudah ada Rangga yang menunggu. Rangga pun menyalami Pak Fero dan Ibu Sarah saat mereka tiba di bandara. "Baik-baik kalian di sana!! Jangan berantem mulu!!!" pesan Pak Fero pada keduanya. "Iyahhh..." jawab Andi dengan malas. "Baik Pak!!" Rangga justru kebalikanya ia menjawabnya dengan mantap. Andi merasa aneh dengan sikap Rangga yang tiba-tiba menjadi kalem, karena biasanya tiap mereka bertemu pasti Rangga selalu mengajaknya adu statment. "Papah sudah urus semua keperluan kalian di sana, jadi kalian akan tinggal bersama di rumah perusahaan," ujar Pak Fero. "Apa?? aku sama dia tinggal bareng??" tanya Andi yang sepertinya menolak untuk tinggal bersama dengan Rangga. "Pahhh.... ayolahh masa aku sama dia," rengengek Andi pada Papahnya. "Kamu gak usah banyak merengek Andi, ini sudah jadi keputusan Papah, lagi pula ini tentang kerja sama tim, jadi Papah minta kamu abaikan dulu egomu itu!!" perintah Pak Fero pada Andi untuk bi
"ANDI!!" tegas Ibu Sarah memanggil putranya.Andi yang kaget langsung menoleh."Apa sih Mahh, manggilnya serem gitu," komentar Andi."Kamu apakan Rara sampai dia menangis barusan??" selidik Ibu Sarah pada Andi."Dia nangis?" Andi malah balik bertanya."Ko malah tanya Mamah sih, kamu apain dia??" tanya kembali Ibu Sarah."Gak di apa-apain Mah, kita habis ngobrol biasa," jawab Andi yang tidak merasa bersalah."Kalau gak di apa-apain mana mungkin nangis kaya tadi." Ibu Sarah yang tidak percaya pada Andi."Pokonya kamu harus kejar dia dan minta maaf!!" suruh Ibu Sarah.Andi pun tak bisa menolak, ia terpaksa keluar mencari Rara, namun sepertinya Rara sudah pergi."Raranya juga gak ada Mah, udah pulang kali dia," ucap Andi saat masuk kembali ke dalam rumah."Yahh kamu telepon dia dong!!!" paksa Ibu Sarah."Ya ampun mah, ini Andi udah mau berangkat masa masih harus ngurusin Rara sih," kesal Andi karena waktunya malah terbuang, apa lagi dia ada janji untuk bertemu dengan Dinda sebelum berang
Setibanya Rara di rumah Andi, mereka menyambutnya dengan baik."Hallo.... gimana kabar kamu sayang??" sambut Ibu Sarah saat melihat Rara tiba.'Baik Mah, mamah sendiri apa kabar?" tanya Rara."Mamah juga baik, sangat baik sekali," jawab Ibu Sarah.Rara pun menyalami Pak Fero. Semua terlihat senang melihat kedatangan Rara, namun Andi terlihat biasa saja dan malah membuang muka saat Rara menghampirinya. Sikap Andi membuat Rara merasa aneh, karena tidak biasanya ia seperti itu.Rara mencoba mendekatkan diri, membantu Andi mengemas barangnya."Gak usah!! Kamu temani Mamah saja sana!!' Andi mengambil barang yang dipegang oleh Rara."Aku bantu Ndi!" ucap Rara agak memaksa."Gak usah!!" larang Andi kembali, namun Rara tetap memaksa membantu Andi karena kesal melihat Rara yang keras kepala Andi pun merebut dengan paksa juga. Sikap Andi tersebut membuat Rara bingung."Kamu kenapa sih??" tanya Rara penasaran dengan perlakuan Andi padanya."Gak papa, biasa aja ko," jawab Andi singkat."Kamu