Beranda / Semua / KARMA / Bab 44

Share

Bab 44

Penulis: RENA ARIANA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

POV LINGGA

"Bima!" jawab Papa. Mereka berdua langsung berjabat tangan dan berpelukan. 

"Lingga!" sapa Bima menghampiriku. Aku menghampiri lalu berpelukan khas cowok. Begitupun dengan Kak Adi. 

"Kebetulan sekali kita bertemu di sini? Kamu nginep di Vila ini juga?" tanya Papa pada Bima. Rara bertutur sapa dengan Mama, Keyla dan juga Kak Rahma. Perempuan yang pernah mencuri hatiku itu nampak sangat cantik.

"Liburan mendadak sebenarnya. Semua orang rumah tengah liburan ke puncak," ujar Bima. 

"Apa kalian menginap di villa ini juga?" ulang Papa bertanya. 

"Betul, Pak Bram …," ucap Bima semangat. 

"Sat!" panggilku pada Bima. Bima segera menghampiri, sementara semua orang masuk duluan ke Villa. Sepertinya liburan kali ini sangat berkesan. 

"Gimana udah goal?" tanyaku menggoda. 

"Apanya?"

"Gimana ya gue ngomongnya? Bingung
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KARMA    Bab 45

    "Lingga!" soraknya. "Roel!" balasku masih menunjuk-nunjuk wajahku. "Woh apa kabar lo? Gila bisa ketemu di sini" ujarku sambil memeluknya. Tentu saja pelukan khas laki-laki jantan. "Baik gue. Disini juga?" tanyanya. "Iya nih liburan bareng keluarga. Kenalin," Roel dan perempuan itu pun langsung menghampiri dan memperkenalkan diri kepada semua orang. "Siapa?" tanyaku berbisik. "Istri," ucapnya membuat mataku terbelalak. Sudah pada nikah rupanya. Roel ini adalah temanku saat SMP dulu. "Anak mana anak?" tanyaku. Roel dan istrinya yang memperkenalkan diri bernama Rani itu hanya terdiam. "Belum punya, Lingga. Doain aja ya?" ucapnya. "Pasti," jawabku mantap. Entah kenapa mata perempuan yang disamping Roel tiba-tiba saja berembun. Rara yang melihat itu segera menghampiri. "Sabar," ucapnya seperti mengetahui kesedihan pe

  • KARMA    Bab 46

    POV DIlA Aku menelan ludah saat mendengar suara Lingga berteriak ingin ikut juga ke rumah. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak dapat berkata apa-apa. Aku bingung ….' "Sayang, dia siapa?" Pertanyaan perempuan di samping Lingga tadi itu, membuatku terasa sesak kembali. Entah kesialan apa aku bisa bertemu mereka di sini. Harusnya aku tidak menuruti rengekkan Gara untuk bermain di pantai. "Hai, Gara!" sapanya pada anakku saat dia sudah berhasil menyusul kami dengan nafas yang masih terdengar ngos-ngosan. Aku diam saja sambil tetap berjalan. Kebetulan rumahku tidak terlalu jauh dari pantai. Jadi masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki. "Hai, Om," balas Gara. "Kamu anak siapa? Ganteng banget kaya om waktu kecil?" tanyanya, aku menelan air liur, segera Lingga mengangkat Gara dan menggendongnya. Sementara Rara dan Mas Bima hanya terdiam sambil sesekali tersenyum. "Anak Mama!" jawab Gara.

  • KARMA    Bab 47

    POV LINGGA Kenapa kamu diam saja? Tidak ada jawaban?" tanyanya menghujam hatiku. Bukan aku tidak punya jawaban, hanya saja aku menyaring ucapannya saat ini. Kalau aku tidak menikahi Dila, selain harus mengesampingkan perasaanku, juga bagaimana dengan Gara? Aku harus bagaimana sekarang? Apa yang harus aku lakukan? Aku bingung dengan perasaan saat ini. Benar kata Dila, harusnya aku menunggu kalau memang aku mencintainya. Bukan seperti ini, mudah sekali aku berpaling. "Dila, tekadku sudah bulat. Akan kukatakan pada Keyla masa lalu kita. Aku yakin Keyla akan mengerti. Lama aku mencarimu, aku takan pernah lagi melepaskanmu!" 'Aku harus bisa mendapatkanmu, Dil.' "Lihat mata aku!" ucapku sambil meremas bahunya. Dila menunduk. "Aku bilang lihat mata aku, Dil. Aku tidak memintamu untuk menunduk!" "Apa kamu tidak mencintaiku?" tegasku bertanya. "Dila jawab!" Aku masih meremas kedua bahunya. "Sakit! Lepasin!" ucapny

  • KARMA    Bab 48

    POV Dila Aku tidak dapat berpikir dengan jernih malam ini. Aku benar-benar tidak tahu apa tindakanku salah atau benar. "Mama, Om Tampan mana? Mama dari mana saja? Kenapa baru pulang?" tanya Gara saat aku baru saja masuk ke rumah. Ya, setelah meninggalkan Lingga tadi, aku tidak langsung masuk dan memilih untuk duduk di teras. Menikmati cahaya bintang yang berkedip-kedip. Tak bisa aku bohongi perasaanku pada Lingga. Aku mencintainya tapi, aku sendiri tidak ingin menyakiti hati Keyla. Aku yang meninggalkannya, kenapa aku harus mengharap kembali padanya saat dia sudah menjadi milik orang lain? Dasar aku ini memang egois. "Mama!" panggil Gara lagi. Aku bersimpuh di hadapannya lalu memegang tangannya. "Kenapa, Sayang? Mama tadi duduk di teras. Lihat bintang yang bertaburan di atas langit," kilahku. Gara mengusap air mata yang menetes tiba-tiba di pipiku. "Mama kenapa nangis?" "Mama senang, bangga, punya Gara di dunia ini. T

  • KARMA    Bab 49

    POV LINGGA "Gara, Papa boleh tanya sesuatu?" ucapku bersimpuh di hadapannya saat telah selesai membelikannya es krim. Saat ini, aku berada di taman dekat rumah Dila. Kubayangkan juga saat ini Dila duduk di samping Gara. "Boleh. Papa mau tanya apa?" Kugenggam sebelah tangan anak itu. "Gara sayang, Papa?" tanyaku. Gara mengangguk. Secepat kilat anak itu turun dari tempat dudukku dan memelukku erat. Sontak saja aku kaget dibuatnya. "Gara sayang, Papa. Gara mohon, Papa jangan pergi ke laut lagi," ucapnya masih memelukku erat. Dapat kurasa mataku berkaca-kaca mendengar ucapannya. "Papa janji. Papa tidak akan tinggalin Gara. Kecuali jika nyawa Papa tiada," lirihku memeluk Gara. Rasanya aku sayang banget sama dia. Berat hati ini kalau harus berpisah dengannya. "Sekarang Gara duduk lagi dan makan es krimnya ya?" "Baik Papa." Beberapa kali kuambil fotonya takut kalau suatu saat aku tid

  • KARMA    Bab 50

    POV ADI Malam ini, di rumah kami masih membicarakan Lingga. Membicarakan bagaimana kalau Lingga tidak kembali dan lebih memilih Dila. Keyla juga masih berada di sini. Mama yang memintanya untuk menginap karena perempuan itu masih saja menangis. Keluarganya berada di Jakarta. Rencana, besok dia akan kembali ke Jakarta diantar oleh karyawan Papa. "Mama benar-benar tak habis pikir dengan Lingga, Pa. Bisa-bisanya dia lebih memilih anak dari perempuan gila itu!" kesal Mama. "Pokoknya Mama nggak mau, nggak rido. Amit-amit Mama harus punya besan orang gila. Nanti nikah sama Lingga, malah Lingga diselingkuhin bagaimana? Ngeri ah!" cerocos Mama. "Mama tenang saja. Lingga pasti kembali. Mana mungkin dia bisa hidup tanpa kita? Papa akan blokir semua aksesnya supaya dia tidak punya apa-apa. Mau cari kerja dimana? Sedangkan ijasah dan semua berkas ada di rumah ini. Berani dia menikahi perempuan itu, maka … Papa coret namanya dari kartu

  • KARMA    Bab 51

    POV KEYLA Aku masih tak habis pikir dengan kejadian yang baru saja kualami. Diputusin pacar, gara-gara pacar ketemu mantan? Emang sih aku salah. Aku yang memaksa Lingga membuka hati untukku. Dia terus menolak, tapi aku meyakinkan kalau aku bisa mengobati luka hatinya. Awalnya hanya hubungan antara bos dan karyawan. Namun, karena kelihaianku yang pandai mengambil hati semua orang, aku dan Lingga naik status jadi seorang teman. Lalu seringnya berkomunikasi, naik lagi jadi sahabat, setelah mengerti kegundahan hatinya, aku mulai ingin menjadi pasangannya. Aku juga yang mengungkapkan perasaan lebih dulu. Karyawan mana sih yang tidak jatuh hati pada bosnya yang tampan juga single? Banyak yang mencari perhatian Lingga disana, termasuk cewek asli Jepang juga ada yang mengincarnya. Tapi Lingga terlalu dingin. Pun dia mau membuka hatinya karena aku yang pengaruhi otaknya. Setiap kali bertanya, kujawab bisa saja perempuan itu sudah me

  • KARMA    Bab 52

    POV Lingga Kesal dengan mulut Mama yang berbicara seenaknya, kutinggal saja masuk ke kamar. Biar saja Mama bicara sampai mulut berbusa aku tak peduli. Toh mereka tidak lebih pintar dari aku. "Kak, Lo masih nyimpen kontak Bima dan Rara 'kan?" tanyaku saat Kak Adi sudah masuk ke dalam kamar. "Masih dong," jawab Kak Adi sigap. "Bagus, kita telepon Bima sekarang," ujarku. Tut…! Tut ….! Tak lama panggilan tersambung. "Halo, Di," ucap Bima. "Halo, Bim. Dimana?" tanya Kak Adi. "Masih di Bali nih. Nanti mau berangkat ke Surabaya. "Bim, Dila ada nggak?" Aku langsung menyambar ponsel Kak Adi. Kami beralih pada panggilan VC. "Ada lagi bersiap sama Gara. Kebetulan Gara libur sekolah, jadi kami semua berencana pergi ke Surabaya." Senang sekali mendengar penuturan Bima. "Dil! Telepon dari Lingga nih!" Terlihat Bima memanggil Dila. Tak lama per

Bab terbaru

  • KARMA    Akhirnya....

    AkhirnyaPOV DilaSampai di rumah, Mas Reyhan langsung membicarakan pernikahan pada semua orang. Mama pun sangat antusias menyambutnya. "Ya Allah, akhirnya punya menantu kaya Bima," ucap Mama girang. "Wah, Reyhan lebih dari saya. Senior," ucap Bima melirik Reyhan. "Wah, jangan merendah, Bim. Saya tidak separuhnya kehebatanmu," ucap balik Reyhan. "Sudah-sudah. Kalian berdua sama-sama hebat. Bersatunya kalian akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Kalian harus kompak dan saling mendukung. Dila dan juga Rara juga ya," ucap Tante Lirna. "Dan Tante sama Mama juga harus selalu kompak yah. Saling mendukung," timpalku. Tak lama, hadir Arkhan dan Gara sambil bergandengan tangan berjalan melewati kami. Membuat kami yang melihatnya tertawa riang. "Ya Allah, mereka akur sekali," ucap Mama. Kami semua yang mendengar pun hanya tersenyum. "Dua calon lelaki hebat impian," batinku. "Jadi pernikahan kalian dipercepat?" tanya Mas Bima. Reyhan mengangguk mantap."Baik seminggu lagi bukan?" ula

  • KARMA    Bab 90

    "Aku benar-benar serius ingin menikah denganmu, Dil. Kenapa? Apa yang membuatmu meragukan perasaan aku?" tanya Reyhan, aku terdiam. Dia laki-laki impian. Sama seperti Mas Bima. Tampan, mapan, baik. Idaman wanita. Aku tidak perlu iri lagi. Tapi bedanya, Mas Reyhan punya masa lalu yaitu istrinya. Apa mungkin dia bisa melupakan bayang-bayang istrinya itu?"Kamu yakin, Mas? Kamu tidak akan melukai perasaanku? Sebelum kita jauh melangkah, ada baiknya kamu pikirkan dulu. Entah kenapa, aku seolah tidak yakin kalau kamu mencintaiku, Mas," lirihku sembari mengerutkan kening.Makanan pesanan kami tiba, hingga membuat aku dan Mas Reyhan terpaksa menghentikan obrolan untuk sejenak. Setelah pelayan pergi dan makanan sudah tertata rapi di meja, Mas Reyhan menyeruput coklat hangatnya. Kemudian mengusap sudut bibirnya dengan tisu. Lalu, ia kembali m

  • KARMA    Bab 89

    Malam ini Reyhan mengajakku untuk pergi makan malam berdua. Sekalian aku juga ingin berbicara banyak hal dengannya. Semua ini terasa seperti mimpi. Namun, sebelum pergi makan malam, Reyhan ingin pergi menemui Lingga lebih dulu. Tentu aku ikut bersamanya."Sudah siap?" tanyanya saat aku menghampiri ia yang sudah berada di halaman rumah dengan mobilnya. "Sudah, Mas. Kamu gak mampir dulu?" Aku bertanya. Reyhan menggeleng."Masuk." Laki-laki itu membukaan pintu mobil untukku. Aku pun tersenyum ke arahnya dan langsung duduk di sampingmya. "Terima kasih," kataku. Reyhan mengangguk dan tersenyum. Kemudian, laki-laki itu pun mulai menjalankan mobilnya."Kita pergi ke penjara dulu ya, Rey?" Masih canggung memanggil Mas. Tapi mulai hari ini aku harus membiasakannya.

  • KARMA    Bab 88

    POV Dila ….Dua bulan berlalu. Kehidupan keluarga Tante Lirna sudah sangat bahagia. Benar-benar hidup mewah bergelimang harta. Juga dikelilingi oleh orang-orang yang tulus. Keluarga mereka benar-benar dijaga oleh sang maha kuasa. Kepahitan yang dialami Tante Lirna dulu, sekarang sudah berbuah manis. Mungkin setiap pasang mata melihat keluarga mereka nyaris sempurna. Karena kunci mereka, selalu bersyukur dengan apa yang telah didapat. Dimiliki.Kini waktunya aku dan Mama serta Gara kembali ke Bali. Menenangkan pikiran di sana untuk sejenak. Mungkin bukan untuk sejenak. Tapi untuk seterusnya. Menghilangkan luka kecewa karena malang dalam bercinta. Harusnya aku sudah kembali sebulan yang lalu, tapi Rara dan keluarganya meminta kami untuk tinggal bangsa sebulanan lagi. Akhirnya pun, aku menurut. Sekarang juga keadaan Ma

  • KARMA    Bab 87

    Pagi ini senyum bahagia nan haru keluarga Bima tumpah ruah di dalam ruangan. Pasalnya, Rara berhasil melewati masa kritis dan bisa dipindahkan ke ruang inap. Setelah semalaman hati mereka begitu gelisah menunggu karena dokter bilang kondisi Rara semakin lemah.Rara telah melahirkan sepasang anak kembar yang begitu lucu. Wajahnya tampan dan cantik seperti Papa dan Mamanya.Cup!Bima mengecup kening Rara. Lalu mengusap pucuk kepalanya. Laki-laki itu duduk di tepi ranjang Rara yang tengah berbaring. Wajah Rara terlihat pucat, tapi nampak jelas di wajahnya dia sangat bahagia. "Terimakasih, Sayang," ucap Bima lembut. Rara meraih tangan Bima dan mengecupnya."Sama-sama, Mas." Rar

  • KARMA    Bab 86

    "Halo?" "Apa?!" ucap Bima. "Ya udah kamu nggak usah ke rumah sakit. Di sini udah banyak yang jaga Rara. Bantu doa aja untuk Rara ya," ucap Bima kemudian mematikan sambungan telepon. "Kenapa, Bim?" tanya Papa Bima panik. "Rumah Lingga terbakar. Mamanya terjebak kobaran api yang besar. Lingga sendiri sekarang berada di rumah sakit karen shock mendengar berita tentang Mamanya," jawab Bima. Laki-laki itu memijit keningnya. "Kasihan juga kalau keluarga mereka jadi seperti ini," lirih Lirna. "Kamu kata siapa?" lanjut Lirna bertanya.

  • KARMA    Bab 85

    "Kakak tuh gimana sih? Masih dalam masa pemulihan malah keluyuran. Wajah juga masih bengkak. Heran kenapa nggak bisa ya diem di rumah?" gerutu Feri sesampainya mereka di dalam mobil."Kan Kaka pake penutup wajah. Cuma matanya aja yang nggak ditutup!" kesal Asta."Mana ada Kakak pake penutup wajah? Aneh Kakak. Orang nggak pake apa-apa. Itu kelihatan bengkaknya. Kalau kena sinar matahari bagaimana?" Feri menggelengkan kepala."Pantas saja Dila mengenaliku. Padahal seingatku, aku memakai penutup wajah juga topi. Kakak kira Kakak bisa mendekati Bima. Awalnya mau meminta nomor ponselnya. Ya deketin gitu. Pantas saja dia sama sekali tidak melirik Kakak. Gagal semuanya," lirih Asta. Feri dan Reno yang mendengar ucapan Asta geleng-geleng kepala."Ceroboh," ujar Feri."Bukan masalah ceroboh! Uang Kakak juga sudah habis. Sedangkan Kakak masih perlu untuk pergi ketemu ahli bedah. Dan itu biayanya gak

  • KARMA    Bab 84

    "Hany sudah berada di surga Allah," ucap Reyhan. Lelaki itu kembali mengingat setiap kejadian yang dilewati bersama istrinya."Maaf,Rey. Aku tidak tahu. Kamu yang sabar ya?" Sudah berapa lama?" tanya Dila mengelus punggung Reyhan."Sudah sebulan yang lalu. Dia sakit tapi dia tidak pernah menceritakan pada siapapun. Dia berobat sendirian, tanpa memberitahuku. Atau siapapun. Dia terlihat kuat di luar demi kami tidak khawatir dan takut. Tapi ternyata, senyumnya adalah senyum menahan kesakitan. Dia istri yang luar biasa. Tuhan lebih sayang padanya. Hingga saat dia pergi pun, dia masih meninggalkan kenangan luar biasa. Dua putra dan 1 putri yang begitu istimewa," tutur Reyhan."Nanti setelah ini, boleh aku melihat anakmu?" tanya Dila. Reyhan mengangguk dengan senang hati."Reyhan! Dia berhenti disana!" Dila menunjuk pada sebuah taksi yang berhenti tepat di tengah jembatan. Padahal berhenti disana sangat dilarang.&n

  • KARMA    Bab 83

    "Mas Bima!" panggil Dila. Bima pun langsung berhenti dan menengok ke arah Dila."Dila," ucap Bima. "Kamu ngapain di sini?" lanjutnya bertanya."Mas ngapain di sini? Ini siapa?" Dila balik bertanya sambil menunjuk wajah perempuan di sebelah Bima."Perempuan ini mengingatkanku pada wanita murahan yang menjijikkan itu," batin Dila sambil memandangi wajah perempuan itu. "Tadi Mas habis ke supermarket, terus pas pulang mobil Mas nyerempet Mbak ini. Mbak ini tidak lihat-lihat saat hendak menyebrang," jawab Bima.."Yang bener, Mas. Jangan macam-macam. Ngapain gak nyuruh Radit aja yang antar perempuan ini?" kesal Dila. Perempuan di sebelahnya menyeringai dan menatap Dila dengan tatapan penuh kebencian."Kamu lupa? Radit kan sedang bulan madu di Bali sama istrinya," tutur Bima."Astaghfirullah, aku lupa," batin Dila."Radit dan Sheila su

DMCA.com Protection Status