Helena berhasil ditemukan oleh lima anak buah Steve yang ditugaskan oleh Steve untuk mencari keberadaan Helena di New Zealand.“Kenapa rubah tua ini ada di sini juga?” tanya Steve dengan nada mengejek ketika melihat Jemmy.Helena menoleh pada sang ayah, matanya membara dengan kemarahan. “Kenapa Ayah memberi tahu tempat tinggalku padanya? Ayah sudah berjanji akan menyembunyikanku dari kejaran dia!” pekiknya, suaranya penuh dengan kepahitan.“Maafkan Ayah, Helena. Ayah harus menyelamatkan aset Ayah—” Jemmy mencoba menjelaskan, namun suaranya gemetar.“Jadi, kau lebih memilih asetmu terselamatkan daripada anakmu sendiri?” Mata Helena membola, tak percaya dengan pengakuan ayahnya.Steve yang melihatnya hanya tersenyum miring, merasa puas melihat konflik yang terjadi. “Aku sudah membawa Helena padamu. Sekarang juga serahkan situs itu padaku. Aku tidak bisa membukanya karena kau mengubah password-nya,” ucap Steve tanpa berbelit-belit.Steve beranjak dari duduknya dan menghampiri Helena, men
Malam itu, di ruang kantornya yang dipenuhi oleh bayangan kelabu dan cahaya remang-remang lampu meja, Steve merasakan jantungnya berdetak keras, seolah-olah akan melompat keluar dari dadanya.Wajahnya yang tadinya penuh keteguhan sekarang berubah pucat seketika, menampilkan kekacauan emosional yang dirasakannya.Ia berdiri tegak di depan Jemmy, pria yang telah menghancurkan begitu banyak dalam hidupnya, mendengarkan kata-kata yang menghantamnya bagaikan petir di siang bolong.Brandon, yang berdiri di belakang Steve, merasakan perubahan atmosfer di ruangan itu. Ia tahu, apa yang baru saja diucapkan Jemmy adalah bom waktu yang bisa meledak kapan saja.Namun, ia tetap diam, menunggu instruksi dari Steve, dengan tatapan penuh waspada."Apakah kau pikir aku akan begitu mudah mempercayai kata-katamu, Jemmy?" ucap Steve dengan suara yang terkontrol, meskipun hatinya bergejolak seperti lautan di tengah badai. Setiap kata terasa berat, keluar dari mulutnya dengan penuh perjuangan.Jemmy tertaw
Di bawah gemerlap rembulan yang merambat pelan di langit malam, ruangan itu dipenuhi oleh keheningan yang menakutkan.Hanya suara detak jam yang terdengar di dinding, setiap ketukan seperti jarum tajam menusuk hati. Di tengah ketegangan itu, terdengar suara berat dan penuh tekanan."Ibu, jawab! Kenapa kau diam saja?" seru Steve, menuntut jawaban dari bibir yang seharusnya memberinya ketenangan.Luna, yang duduk di seberang meja, hanya menunduk dalam diam. Matanya, yang dipenuhi dengan air mata penyesalan, menolak bertemu pandang dengan anak lelakinya yang kini dipenuhi oleh amarah dan kebingungan."Diam artinya iya," lanjut Steve dengan nada yang semakin meninggi. "Dan benar, jika kau selingkuh dengan Justin? Kau memilih pria itu daripada Ayah, yang selalu setia padamu, mencintaimu, dan menyayangimu?"Bibir Steve bergetar ketika ia berbicara. Harapannya, bahwa Jemmy hanya menipunya, kini hancur berkeping-keping.Kenyataan bahwa ibunya, Luna, telah selingkuh dan bahkan menikahi Justin
Nora membuka matanya dan menoleh ke arah Steve yang masih menutup matanya.Senyuman tipis menghiasi wajahnya, namun di balik senyuman itu tersimpan kesedihan mendalam yang merongrong hatinya. Melihat raut wajah Steve yang begitu lelah, Nora merasa simpati dan iba.“Sebaiknya kau istirahat dulu hari ini. Jangan pergi ke mana-mana. Tenangkan hatimu, Steve,” ucap Nora lembut sebelum beranjak dari tempat tidurnya.Ia merapikan selimut Steve dengan kasih sayang, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum menyiapkan sup pereda pengar untuk sang suami yang sedang membutuhkannya.Setelah selesai mandi, Nora kembali ke kamar dan mendapati Steve masih tertidur. Dengan helaan napas yang panjang, ia keluar dari kamar itu dan berjalan menuju dapur.“Ada yang bisa dibantu, Nona?” tanya seorang pelayan yang menghampiri Nora saat ia membuka lemari es.“Tolong buatkan sup pereda pengar untuk Steve. Aku harus menghubungi Brandon,” jawab Nora.“Baik, Nona. Mohon tunggu sebentar, saya siap
Beberapa perawat dan juga dokter tergesa-gesa masuk ke dalam kamar rawat Steve. Nora yang melihatnya sontak membolakan matanya. Jinjingan yang ia pegang di tangan kanannya terlepas begitu saja dan langsung berlari ke kamar rawat sang suami.“Dokter. Apa yang terjadi pada suamiku?” teriak Nora ketika melihat Steve yang ditangani oleh dua dokter sekaligus.Melihat darah yang berceceran di lantai membuat Nora membolakan matanya. Ia ingin melihat suaminya, namun perawat menghadangnya.“Biarkan aku melihat suamiku!” pekik Nora dengan air mata yang tak mampu untuk ditahan lagi.“Suami Anda memuntahkan darah, Nona. Kami masih melakukan pemeriksaan. Tolong sabar sedikit lagi,” kata perawat memberi tahu kondisi Steve.Nora menutup mulutnya dengan mata merahnya karena air mata yang terus mengalir di pipinya.“Steve. Apa yang terjadi padamu?” lirih Nora sembari terus terisak. Hatinya perih melihat kondisi Steve yang semakin menurut, dan malah mengalami muntah darah saat ini.“Tuan Steve mengalam
“Aku titip Steve padamu, Nora. Hanya kamu yang aku percaya untuk menemani Steve dalam keadaan seperti ini,” ucap Luna kemudian beranjak dari duduknya.Ia pamit setelah mengatakan hal itu padanya. Nora hanya menatap punggung wanita itu yang terlihat sekali menaruh beban dalam pundaknya.Nora menghela napasnya dengan panjang. “Aku pernah kesal pada Steve karena menuduhku dan tidak mau percaya padaku. Tapi, setelah aku membuktikan jika aku tidak seperti itu, Steve melunak dan baik padaku.”Nora menggigit bibirnya seraya menatap pintu keluar di mana bayangan Luna sudah menghilang dari pandangannya.“Mungkin Steve akan luluh lagi jika Ibu mau memperbaiki semuanya. Dia mau meminta maaf dengan tulus. Ah! Pusing sekali.”Nora menjambak rambutnya lalu bergegas kembali ke kamar rawat Steve. Ia tidak ingin pria itu mencarinya atau mengalami muntah darah seperti tadi.Brandon menoleh ke arah pintu saat Nora membukanya. “Nora. Sudah selesai, bicara dengan Nyonya Luna?” tanya Brandon dengan nada re
"Tentu saja tidak, Honey," bisik Steve, tetapi tangannya sudah bergelayut di atas dada Nora yang membuat wanita itu melenguh pelan. "Kalau tahu, kenapa kamu ingin melakukannya di sini? Kalau nanti ada dokter atau perawat datang, kamu akan malu, Steve!" ucap Nora sembari menyingkirkan tangan Steve yang bergelayut di dadanya. Steve menatap Nora dengan tatapan dalam. "Kau ingin aku sembuh, kan?" tanya Steve. Nora menaikan alisnya sebelum akhirnya mengangguk. "Ya. Tentu saja."Steve menyunggingkan senyumnya. "Kalau begitu, layani aku sekarang juga. Kau tahu? Obatku hanya satu. Yaitu dirimu!" bisiknya kemudian mencium ceruk leher Nora, meninggalkan gigitan yang membuat kulit putih itu memerah. Tangan Nora yang halus dan lembut menyentuh wajah Steve, menyusuri setiap lekuk dengan kehangatan yang menenangkan.Dia bisa merasakan detak jantung Steve yang berdetak kencang di bawah kulitnya, sebuah simfoni dari perasaan yang dalam dan tulus.“Steve,” bisiknya, suaranya nyaris seperti nyanyia
Bintang-bintang mulai bermunculan di langit malam ketika Nora dan Steve duduk di rooftop rumah mereka.Angin malam yang lembut mengelus wajah mereka, memberikan kehangatan yang sederhana namun menenangkan.Di hadapan mereka, secangkir teh hangat mengeluarkan uap yang menari di udara dingin, ditemani beberapa camilan ringan yang menjadi pelengkap obrolan mereka.Nora menatap Steve dengan penuh kasih, matanya bersinar lembut dalam cahaya bulan yang redup."Steve. Aku ingin tahu apakah kau dan ayahmu sangat dekat?" tanyanya lembut, menyesap teh dari cangkirnya.Steve mengangguk pelan, senyumnya samar. "Iya, aku sangat dekat dengan ayahku. Dia adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam hidupku," jawabnya, suaranya terdengar sendu. “Ayahku meninggal sekitar satu bulan sebelum ibuku menikah lagi dengan Justin. Waktu itu, aku benar-benar tidak setuju. Rasanya seperti ibuku terlalu cepat melupakan ayah.“Aku tidak menyangka jika Ibu bisa melupakan Ayah secepat itu. Dan kini aku paham. Mereka
Sinar matahari Yunani yang lembut menyelinap melalui tirai kamar mereka, membangunkan Nora dan Steve dari tidur yang tenang.Mereka berdua bangun dengan senyum di wajah, merasakan kehangatan pagi dan kebahagiaan yang memenuhi hati mereka.Steve, dengan tatapan penuh cinta, menatap Nora yang masih berbaring di tempat tidur. "Selamat pagi, sayang. Bagaimana tidurmu?" tanyanya dengan suara lembut.Nora tersenyum, mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Steve. "Tidurku nyenyak, suamiku. Bangun di tempat yang indah ini bersamamu adalah kebahagiaan tersendiri."Steve mengangkat Nora dari tempat tidur dengan lembut, lalu memimpin menuju kamar mandi. "Bagaimana kalau kita memulai hari ini dengan mandi bersama?" katanya sambil tersenyum nakal.Nora tersipu, tapi tak bisa menolak pesona Steve. Dia mengikuti suaminya, merasa antusias untuk mengawali hari dengan cara yang intim dan penuh cinta.Di bawah pancuran air hangat, mereka berbagi momen keintiman yang penuh kasih. Air mengalir melewati t
Di bawah langit Yunani yang biru cerah, di mana langit bertemu laut dalam nuansa biru yang tak terlukiskan, Nora berdiri di tepi pantai dengan mata berbinar, menikmati setiap detik momen yang berharga ini.Angin laut berbisik lembut, mengibaskan rambutnya yang panjang dan halus. Steve, yang berdiri di sampingnya, memandangnya dengan senyum penuh kasih sayang."Nora," katanya lembut, suaranya membawa nada penuh kehangatan yang hanya bisa muncul dari cinta yang mendalam. "Selamat ulang tahun. Aku ingin kamu tahu betapa berartinya kamu bagiku."Nora menoleh, matanya bertemu dengan tatapan penuh cinta Steve. Dia terdiam sejenak, merasakan kebahagiaan yang menggelora dalam hatinya, seperti ombak yang memecah di pantai."Steve, ini terlalu indah. Aku tak pernah membayangkan bisa berada di sini, di Yunani. Ini seperti mimpi."Steve tersenyum, menarik Nora lebih dekat dalam pelukannya. "Aku ingin memberikanmu segalanya, Nora. Semua yang bisa membuatmu bahagia. Karena itu adalah yang paling pe
“Woah!”Di bawah langit yang memerah saat matahari mulai tenggelam, Nora dan Steve akhirnya tiba di The Wharf Skyline Views.Tempat itu memancarkan keindahan yang memukau, seolah-olah alam dan kemewahan berpadu dalam harmoni yang sempurna.Pemandangan laut yang luas terbentang, dengan perahu-perahu yang tampak kecil dari kejauhan, membingkai pemandangan kota yang gemerlap di malam hari.“Steve … tempat ini indah sekali.”Dekorasi di dalam ruangan privat yang mereka tempati tidak kalah memukau. Lilin-lilin yang berkerlap-kerlip menghiasi setiap sudut, dan bunga-bunga segar yang tertata rapi menambah kehangatan suasana.Aroma bunga yang lembut bercampur dengan udara laut yang segar, menciptakan suasana yang begitu menenangkan.Nora mengagumi keindahan dekorasi tersebut, menyadari bahwa semua ini telah diatur dengan sangat hati-hati.“Kau menyukainya, hm?” tanya Steve dengan tangan melingkar di pinggang Nora.Wanita itu mengangguk antusias. “Ya. Aku sangat menyukainya, Steve!”Brandon, s
Dua hari kemudian, suasana di ruang rapat pimpinan di kantor Steve terasa tegang namun penuh harapan.Para eksekutif dan pemegang saham utama telah berkumpul untuk membahas masa depan EIF Group, perusahaan yang sahamnya terguncang setelah skandal yang melibatkan Jemmy, mantan pemegang saham mayoritas.Steve, duduk di ujung meja dengan Brandon di sisinya, memulai pertemuan dengan nada serius."Kita semua tahu kondisi saham EIF Group saat ini sangat tidak stabil," ujarnya, memandang para pemegang saham yang hadir. "Jemmy telah meninggalkan perusahaan dalam situasi yang sulit, dan para investor menantikan solusi dari kita."Mike, kepala bagian keuangan, mengangguk setuju. "Benar, saham perusahaan terus menurun karena tidak ada yang memegang kendali. Para investor berharap penuh pada Anda, Tuan Steve, untuk mengambil alih dan membawa perusahaan kembali stabil."Steve mengangguk, wajahnya menunjukkan ketegasan. "Saya siap mengambil alih saham tersebut, tapi dengan syarat saya mendapatkan 7
Di sebuah restoran yang penuh dengan nuansa keanggunan dan keindahan, Steve memandang istrinya, Nora, yang sedang melamun sejak tadi.Matanya terfokus pada sesuatu yang jauh, seolah pikirannya berkelana ke tempat yang tak dapat dijangkau oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri.Steve, yang selalu peka terhadap perasaan Nora, memanggilnya dengan lembut, "Sayang, ada yang mengusik pikiranmu?"Nora tersadar dari lamunannya, menggeleng pelan dan tersenyum. "Tidak ada, Steve. Aku hanya menikmati suasana restoran ini. Tempat ini benar-benar indah dan nyaman," jawabnya dengan suara lembut, mencoba mengalihkan perhatian Steve.Meskipun tersenyum, hati Nora sedikit terganggu. Ada sesuatu yang ia harapkan dari Steve, sesuatu yang seharusnya datang sebentar lagi."Apakah kau sedang memberiku kejutan di sini?" tanyanya dengan nada penuh harap, matanya bersinar dengan ekspektasi.Steve terkekeh pelan, menyadari harapan di mata istrinya. "Kejutan, huh? Tidak ada, Sayang. Aku hanya ingin membawamu ma
"Biarkan kuasa hukumku yang menjelaskan. Kau tinggal tanda tangan saja surat cerai itu untuk diproses di pengadilan,” kata Luna dengan nada tegas.Justin menoleh ke arah Federick yang sudah siap menjelaskan alasan Luna ingin menggugat cerai Justin. Pria itu tersenyum miring, lantas membuka kacamata dan menaruhnya di atas meja berlapis kaca."Jadi, kau ingin berpisah denganku karena Steve sudah tahu semuanya tentang masa lalu kita? Bukankah kau sendiri yang memutuskan untuk selingkuh denganku? Kau sendiri yang bilang jika Frank terlalu sibuk sampai melupakanmu?" tanya Justin, suaranya terdengar penuh ejekan.Luna menghela napas panjang. “Saat itu aku memang bodoh dan egois. Dan mencintaimu adalah hal yang paling aku sesali seumur hidupku. Kau pikir aku bahagia menikah denganmu?“Tentu saja tidak, Justin! Kau hanya ingin mencari keuntungan dariku. Seharusnya aku mendengarkan permintaan anakku untuk tidak menikah lagi. Tapi, karena aku terlena oleh bujuk rayumu, aku mengabaikan anakku se
Jacob, anak kedua Justin, duduk di sofa empuk di depan ayahnya. Matanya terpaku pada layar televisi yang menayangkan berita tentang rencana Steve untuk mengambil alih saham EIF Group. Wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang dalam.“Kau terlalu lambat bergerak, Ayah. Pria itu sudah semakin bersinar, apalagi jika dia benar-benar mengambil alih EIF Group. Namanya akan semakin besar dan tentunya semakin sulit untuk dikuasai,” ujar Jacob dengan nada tajam.Justin menoleh, menatap anak keduanya dengan pandangan penuh penyesalan dan frustrasi. “Steve memang sulit dijangkau, Jacob. Bahkan dia bisa tahu pergerakan musuhnya meski dia sedang berada di ujung dunia. Otaknya terlalu jenius, sama seperti mendiang ayahnya.”Jacob menghela napas panjang, matanya masih terpaku pada layar televisi. “Ya. Tapi, soal cinta, dia sangat lemah. Kau bisa memanfaatkan istrinya untuk menjatuhkan Steve dan mendapatkan apa yang kau mau. Bukan malah menjodohkan dia dengan Helena.”Justin menghela napas kasar menden
Rapat hari itu berlangsung di ruang konferensi megah yang terletak di lantai tertinggi gedung EIF Group. Dari jendela besar yang mengelilingi ruangan, terlihat pemandangan kota yang sibuk, namun suasana di dalam ruangan jauh lebih tegang dan serius.Steve dan Brandon, berpakaian rapi dalam setelan formal, berjalan masuk dengan langkah mantap. Mereka disambut oleh jajaran pemilik saham EIF Group yang sudah menunggu dengan penuh harap.Ketika semua sudah mengambil tempat, John, salah satu pemilik saham senior, membuka rapat dengan nada yang tegas namun penuh kekhawatiran."Terima kasih atas kehadiran kalian, Tuan Steve. Seperti yang sudah Anda ketahui, situasi EIF Group saat ini cukup sulit karena pemilik utamanya, Jemmy, telah dipenjara. Namun, kami tidak ingin membubarkan bisnis ini. Kami percaya bahwa dengan manajemen yang tepat, EIF Group masih memiliki potensi besar untuk berkembang."Brandon mengangguk, sementara Steve tetap tenang, menunggu penjelasan lebih lanjut. John melanjutk
Satu bulan kemudian ….Steve menatap layar televisinya di ruang kerja. Menatapnya dengan tatapan tajamnya sembari melipat tangan di dadanya.‘Pada hari ini, Jemmy, seorang pengusaha terkemuka yang dikenal karena kepemilikan perusahaan besar di sektor teknologi, telah ditangkap oleh Unit Khusus Kepolisian atas tuduhan serius termasuk penggelapan dana, perdagangan narkoba, dan operasi bisnis ilegal.’‘Penangkapan dramatis terjadi di apartemen mewah milik Jemmy di pusat kota Washington. Dalam serangkaian penggerebekan yang cermat, petugas berhasil mengamankan bukti yang menghubungkan Jemmy dengan serangkaian kegiatan ilegal yang melibatkan dana perusahaan yang tidak sah, serta jaringan perdagangan narkoba yang luas.’ ‘Kami telah melakukan penyelidikan intensif terhadap Jemmy selama beberapa bulan terakhir, dan hari ini kami berhasil menangkapnya dengan bukti yang cukup kuat untuk menuntutnya di pengadilan. ‘Selain itu, kami juga menemukan barang bukti berupa narkoba dan dokumen-dokumen