Nora hanya menatap tajam wajah Henry tanpa mengatakan apa pun, matanya penuh kebencian dan tekad, seperti badai yang meronta di tengah lautan kelam.Tatapannya begitu menusuk, seakan ingin mengulitkan jiwa lelaki yang berdiri di hadapannya.Tak lama kemudian, Henry kembali bersuara dengan nada dingin namun tegas, suaranya bagaikan es yang mengiris tulang."Aku tidak akan membunuhmu jika kau mau kembali padaku," ucapnya dengan pelan namun penuh ketegasan, setiap kata meluncur bagai bisikan kematian.Nora tetap menatap wajah Henry dengan pandangan penuh kebencian. "Lebih baik aku mati daripada menjadi milikmu! Kau ini hanya obsesi, bukan tulus menginginkanku, Henry! Sadarlah!" pekiknya, sudah terlalu emosi menghadapi sikap gila Henry, suaranya bergetar dengan intensitas amarah yang membara.Henry tertawa kecil, senyum sinis menghiasi wajahnya. "Sadar? Obsesi? Kau yang terlalu naif, Nora. Sebelum kau mengenal Steve, kau selalu meminta tolong padaku!" ucapnya dengan nada mengejek, setiap
Di tengah gemuruh angin yang berhembus keras, Brandon mendekati Lina dengan langkah tergesa-gesa. Wajahnya penuh dengan kecemasan, seolah dunia ini akan runtuh jika ia tidak segera menemukan Nora.“Lina. Apa kau melihat Nora? Ke mana dia?” tanyanya dengan nada panik, matanya penuh ketakutan yang mencerminkan keputusasaan.“Oh! Nora memang menerima telepon dari seseorang dan langsung pergi. Aku baru sadar jika Nora tidak ada sejak menerima panggilan tersebut. Karena kupikir dia ke ruangan suaminya,” jawab Lina dengan nada bingung, tangannya gemetar tak berdaya.Brandon memijat keningnya, merasakan frustasi yang mendalam dengan penjelasan Lina yang tampak begitu sederhana namun memicu ketakutan yang besar di hatinya.“Harusnya setelah tahu dia menerima telepon dari seseorang, kau beri tahu Brandon atau aku langsung!” pekik Steve dengan nada tinggi, kemarahan meluap dan tak terbendung seperti lahar dari gunung berapi yang siap menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya.Lina hanya bisa m
Steve dan anak buahnya tiba di gudang kosong itu dengan suara deru mobil yang memecah keheningan malam. Mereka mengepung tempat itu, siap menghadapi apapun yang ada di dalam. Steve melangkah masuk dengan langkah pasti, matanya penuh dengan tekad dan determinasi.“Nora!” pekiknya, suaranya penuh dengan kekhawatiran dan harapan. Dia melihat sosok yang tergeletak di lantai, tubuhnya tak bergerak. Dengan cepat, Steve berlari mendekati Nora, merasakan dadanya sesak dengan kekhawatiran. Ditambah darah yang mengalir di pangkal paha Nora membuat dunianya serasa hancur. Namun, ia tak ingin memikirkan hal itu dulu. Ia harus segera menyelamatkan Nora dan membawanya keluar dari tempat yang sangat tidak pantas untuk Nora tinggali.“Nora, bangun! Tolonglah, bangun!” ucapnya dengan suara serak, matanya mulai berkaca-kaca. Dia memeluk tubuh Nora, merasakan dinginnya kulit wanita itu.“Nora, aku di sini. Aku datang untuk menyelamatkanmu. Tolong, jangan tinggalkan aku,” bisiknya dengan suara penuh d
Di sudut kamar rumah sakit yang diselimuti cahaya redup, waktu terasa membeku. Udara pagi yang seharusnya segar terasa tenggelam dalam aroma tajam obat-obatan dan desingan alat-alat medis.Sekitar empat belas jam telah berlalu sejak Nora kehilangan kesadaran. Kini, perlahan, matanya terbuka, menembus kabut kebingungan dan kesedihan yang menguasai pikirannya.Monitor detak jantung yang berirama monoton menjadi saksi bisu kebangkitannya dari kegelapan sementara itu."Eugh..." Nora mengerang pelan, suaranya serak dan rapuh, seperti aliran sungai yang terhenti oleh bebatuan.Pandangannya beralih ke samping, menemukan sosok Steve yang gelisah, berjalan mondar-mandir dengan tangan kanannya memangku dagunya, wajahnya penuh kecemasan dan rasa bersalah yang mendalam."Steve ...," panggil Nora dengan suara lirih, nyaris seperti bisikan angin."Nora. Sayang! Kamu sudah bangun?" Respon Steve secepat kilat, seolah-olah ia telah menunggu seumur hidup untuk momen ini.Ia segera duduk di samping temp
Saat senja perlahan merangkak di balik jendela rumah sakit, bayangan kelabu menggantung di langit, menciptakan suasana hening yang penuh rasa prihatin.Brandon melangkah dengan cepat menuju ruangan tempat Nora terbaring, setelah mendapat kabar dari Steve bahwa Nora telah siuman.Langkahnya terdengar bergema di koridor, seolah mencerminkan kekhawatiran yang menggelayut di hatinya.“Nora. Bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?” tanya Brandon dengan suara penuh perhatian, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang tulus.Nora mengulas senyum lemah namun hangat, mengangguk pelan. “Aku baik-baik saja, Brandon. Terima kasih telah mengkhawatirkanku.”Brandon menghela napas lega, seakan beban berat terangkat dari pundaknya. “Di mana Tuan Steve? Bukankah dia yang memintaku segera datang kemari? Padahal aku sedang menyuapi anakku.”Nora terkekeh mendengar keluhan Brandon yang tersirat penuh kasih sayang. “Oh, astaga! Maafkan suamiku karena telah membuat waktumu terganggu.”Brandon menggeleng
Sekitar senja merayap, bayang-bayang angin sore yang menggigil mengusik hati setiap jiwa yang menyentuhnya. Steve berdiri tegar di koridor rumah sakit, menunggu dengan gelisah.Pintu ruang rawat Nora terbuka, menyembunyikan kepedihan dan harapan yang membuncah dalam dirinya.Langkah kaki ibunya, Luna, terdengar mendekat. Sosok wanita itu akhirnya muncul dengan raut wajah yang pudar oleh kelelahan dan kekhawatiran."Steve. Apa yang terjadi dengan menantuku?" tanya Luna, suaranya penuh ketegangan saat ia tiba di rumah sakit setelah Steve memberi tahu kondisi Nora.Steve mengusap lembut lengan ibunya, berusaha menenangkan gemuruh di dada wanita itu. "Nora keguguran, Bu. Tapi kondisinya sudah mulai membaik. Hanya perlu istirahat beberapa hari saja."Luna memejamkan matanya sejenak, mencoba menguatkan hati. Matanya menatap Nora di balik kaca tembok, melihat tubuh lemah menantunya yang terbaring di ranjang rumah sakit."Aku benar-benar tidak menyangka jika Helena berani melakukan ini pada N
Di kediaman Henry, suasana malam itu terasa tegang dan suram. Lampu redup memberikan kesan muram di ruang tamu yang luas namun sepi, dengan hanya suara televisi yang memecah kesunyian.Henry duduk di sofa kulit hitam, matanya menatap tajam layar televisi yang menyiarkan berita tentang penculikan Nora, seorang wanita yang kini telah diketahui oleh awak media.Mereka memberitakan kejadian memilukan yang menimpa Nora hingga menyebabkan kegugurannya."Pasalnya," suara pembawa berita terdengar tegas, "Henry bekerja sama dengan ibu angkat Nora, yang tak lain adalah istri dari konglomerat ternama, Steve Alexander. Pria perfeksionis itu masih mencari keberadaan Henry yang sudah menyebabkan istrinya keguguran."Henry mengepalkan tangannya, kemarahan menyala di matanya. Di layar televisi, gambar Steve yang tengah berbincang dengan beberapa orang yang akan membantunya mencari Henry terpampang jelas. Senyum miring terukir di wajah Henry."Kalian tidak akan bisa mencari tahu di mana aku berada," g
Dalam kegelapan malam yang dingin dan mencekam, Steve akhirnya menemukan tempat persembunyian Henry setelah tiga hari pencarian tanpa henti.Dia menyeret pria itu dengan kekuatan yang luar biasa, mengantarkannya ke sebuah tempat tersembunyi di hutan yang sunyi.Bugh!Sebuah tonjokan keras melayang ke wajah Henry, membuatnya tersentak mundur. Mata Steve berkabut penuh amarah yang membara, seolah api neraka menyala di dalam dirinya."Sudah kuperingatkan," suara Steve bergetar, penuh kebencian, "jangan pernah mengusik hidupku dan keluargaku.Namun, apa yang kau lakukan telah membuatku marah! Kau telah mencelakai Nora sampai membuatnya keguguran! Bajingan gila! Biadab!"Bugh! Bugh!Pukulan demi pukulan menghujam wajah Henry yang sudah terlihat pasrah. Darah mengalir dari sudut bibirnya, tapi senyuman sinis tetap menghiasi wajahnya yang penuh luka."Steve, kau pasti tahu aku melakukan ini tidak hanya seorang diri," ucap Henry dengan suara lemah, "Helena juga terlibat dalam hal ini. Bahkan
Sinar matahari Yunani yang lembut menyelinap melalui tirai kamar mereka, membangunkan Nora dan Steve dari tidur yang tenang.Mereka berdua bangun dengan senyum di wajah, merasakan kehangatan pagi dan kebahagiaan yang memenuhi hati mereka.Steve, dengan tatapan penuh cinta, menatap Nora yang masih berbaring di tempat tidur. "Selamat pagi, sayang. Bagaimana tidurmu?" tanyanya dengan suara lembut.Nora tersenyum, mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Steve. "Tidurku nyenyak, suamiku. Bangun di tempat yang indah ini bersamamu adalah kebahagiaan tersendiri."Steve mengangkat Nora dari tempat tidur dengan lembut, lalu memimpin menuju kamar mandi. "Bagaimana kalau kita memulai hari ini dengan mandi bersama?" katanya sambil tersenyum nakal.Nora tersipu, tapi tak bisa menolak pesona Steve. Dia mengikuti suaminya, merasa antusias untuk mengawali hari dengan cara yang intim dan penuh cinta.Di bawah pancuran air hangat, mereka berbagi momen keintiman yang penuh kasih. Air mengalir melewati t
Di bawah langit Yunani yang biru cerah, di mana langit bertemu laut dalam nuansa biru yang tak terlukiskan, Nora berdiri di tepi pantai dengan mata berbinar, menikmati setiap detik momen yang berharga ini.Angin laut berbisik lembut, mengibaskan rambutnya yang panjang dan halus. Steve, yang berdiri di sampingnya, memandangnya dengan senyum penuh kasih sayang."Nora," katanya lembut, suaranya membawa nada penuh kehangatan yang hanya bisa muncul dari cinta yang mendalam. "Selamat ulang tahun. Aku ingin kamu tahu betapa berartinya kamu bagiku."Nora menoleh, matanya bertemu dengan tatapan penuh cinta Steve. Dia terdiam sejenak, merasakan kebahagiaan yang menggelora dalam hatinya, seperti ombak yang memecah di pantai."Steve, ini terlalu indah. Aku tak pernah membayangkan bisa berada di sini, di Yunani. Ini seperti mimpi."Steve tersenyum, menarik Nora lebih dekat dalam pelukannya. "Aku ingin memberikanmu segalanya, Nora. Semua yang bisa membuatmu bahagia. Karena itu adalah yang paling pe
“Woah!”Di bawah langit yang memerah saat matahari mulai tenggelam, Nora dan Steve akhirnya tiba di The Wharf Skyline Views.Tempat itu memancarkan keindahan yang memukau, seolah-olah alam dan kemewahan berpadu dalam harmoni yang sempurna.Pemandangan laut yang luas terbentang, dengan perahu-perahu yang tampak kecil dari kejauhan, membingkai pemandangan kota yang gemerlap di malam hari.“Steve … tempat ini indah sekali.”Dekorasi di dalam ruangan privat yang mereka tempati tidak kalah memukau. Lilin-lilin yang berkerlap-kerlip menghiasi setiap sudut, dan bunga-bunga segar yang tertata rapi menambah kehangatan suasana.Aroma bunga yang lembut bercampur dengan udara laut yang segar, menciptakan suasana yang begitu menenangkan.Nora mengagumi keindahan dekorasi tersebut, menyadari bahwa semua ini telah diatur dengan sangat hati-hati.“Kau menyukainya, hm?” tanya Steve dengan tangan melingkar di pinggang Nora.Wanita itu mengangguk antusias. “Ya. Aku sangat menyukainya, Steve!”Brandon, s
Dua hari kemudian, suasana di ruang rapat pimpinan di kantor Steve terasa tegang namun penuh harapan.Para eksekutif dan pemegang saham utama telah berkumpul untuk membahas masa depan EIF Group, perusahaan yang sahamnya terguncang setelah skandal yang melibatkan Jemmy, mantan pemegang saham mayoritas.Steve, duduk di ujung meja dengan Brandon di sisinya, memulai pertemuan dengan nada serius."Kita semua tahu kondisi saham EIF Group saat ini sangat tidak stabil," ujarnya, memandang para pemegang saham yang hadir. "Jemmy telah meninggalkan perusahaan dalam situasi yang sulit, dan para investor menantikan solusi dari kita."Mike, kepala bagian keuangan, mengangguk setuju. "Benar, saham perusahaan terus menurun karena tidak ada yang memegang kendali. Para investor berharap penuh pada Anda, Tuan Steve, untuk mengambil alih dan membawa perusahaan kembali stabil."Steve mengangguk, wajahnya menunjukkan ketegasan. "Saya siap mengambil alih saham tersebut, tapi dengan syarat saya mendapatkan 7
Di sebuah restoran yang penuh dengan nuansa keanggunan dan keindahan, Steve memandang istrinya, Nora, yang sedang melamun sejak tadi.Matanya terfokus pada sesuatu yang jauh, seolah pikirannya berkelana ke tempat yang tak dapat dijangkau oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri.Steve, yang selalu peka terhadap perasaan Nora, memanggilnya dengan lembut, "Sayang, ada yang mengusik pikiranmu?"Nora tersadar dari lamunannya, menggeleng pelan dan tersenyum. "Tidak ada, Steve. Aku hanya menikmati suasana restoran ini. Tempat ini benar-benar indah dan nyaman," jawabnya dengan suara lembut, mencoba mengalihkan perhatian Steve.Meskipun tersenyum, hati Nora sedikit terganggu. Ada sesuatu yang ia harapkan dari Steve, sesuatu yang seharusnya datang sebentar lagi."Apakah kau sedang memberiku kejutan di sini?" tanyanya dengan nada penuh harap, matanya bersinar dengan ekspektasi.Steve terkekeh pelan, menyadari harapan di mata istrinya. "Kejutan, huh? Tidak ada, Sayang. Aku hanya ingin membawamu ma
"Biarkan kuasa hukumku yang menjelaskan. Kau tinggal tanda tangan saja surat cerai itu untuk diproses di pengadilan,” kata Luna dengan nada tegas.Justin menoleh ke arah Federick yang sudah siap menjelaskan alasan Luna ingin menggugat cerai Justin. Pria itu tersenyum miring, lantas membuka kacamata dan menaruhnya di atas meja berlapis kaca."Jadi, kau ingin berpisah denganku karena Steve sudah tahu semuanya tentang masa lalu kita? Bukankah kau sendiri yang memutuskan untuk selingkuh denganku? Kau sendiri yang bilang jika Frank terlalu sibuk sampai melupakanmu?" tanya Justin, suaranya terdengar penuh ejekan.Luna menghela napas panjang. “Saat itu aku memang bodoh dan egois. Dan mencintaimu adalah hal yang paling aku sesali seumur hidupku. Kau pikir aku bahagia menikah denganmu?“Tentu saja tidak, Justin! Kau hanya ingin mencari keuntungan dariku. Seharusnya aku mendengarkan permintaan anakku untuk tidak menikah lagi. Tapi, karena aku terlena oleh bujuk rayumu, aku mengabaikan anakku se
Jacob, anak kedua Justin, duduk di sofa empuk di depan ayahnya. Matanya terpaku pada layar televisi yang menayangkan berita tentang rencana Steve untuk mengambil alih saham EIF Group. Wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang dalam.“Kau terlalu lambat bergerak, Ayah. Pria itu sudah semakin bersinar, apalagi jika dia benar-benar mengambil alih EIF Group. Namanya akan semakin besar dan tentunya semakin sulit untuk dikuasai,” ujar Jacob dengan nada tajam.Justin menoleh, menatap anak keduanya dengan pandangan penuh penyesalan dan frustrasi. “Steve memang sulit dijangkau, Jacob. Bahkan dia bisa tahu pergerakan musuhnya meski dia sedang berada di ujung dunia. Otaknya terlalu jenius, sama seperti mendiang ayahnya.”Jacob menghela napas panjang, matanya masih terpaku pada layar televisi. “Ya. Tapi, soal cinta, dia sangat lemah. Kau bisa memanfaatkan istrinya untuk menjatuhkan Steve dan mendapatkan apa yang kau mau. Bukan malah menjodohkan dia dengan Helena.”Justin menghela napas kasar menden
Rapat hari itu berlangsung di ruang konferensi megah yang terletak di lantai tertinggi gedung EIF Group. Dari jendela besar yang mengelilingi ruangan, terlihat pemandangan kota yang sibuk, namun suasana di dalam ruangan jauh lebih tegang dan serius.Steve dan Brandon, berpakaian rapi dalam setelan formal, berjalan masuk dengan langkah mantap. Mereka disambut oleh jajaran pemilik saham EIF Group yang sudah menunggu dengan penuh harap.Ketika semua sudah mengambil tempat, John, salah satu pemilik saham senior, membuka rapat dengan nada yang tegas namun penuh kekhawatiran."Terima kasih atas kehadiran kalian, Tuan Steve. Seperti yang sudah Anda ketahui, situasi EIF Group saat ini cukup sulit karena pemilik utamanya, Jemmy, telah dipenjara. Namun, kami tidak ingin membubarkan bisnis ini. Kami percaya bahwa dengan manajemen yang tepat, EIF Group masih memiliki potensi besar untuk berkembang."Brandon mengangguk, sementara Steve tetap tenang, menunggu penjelasan lebih lanjut. John melanjutk
Satu bulan kemudian ….Steve menatap layar televisinya di ruang kerja. Menatapnya dengan tatapan tajamnya sembari melipat tangan di dadanya.‘Pada hari ini, Jemmy, seorang pengusaha terkemuka yang dikenal karena kepemilikan perusahaan besar di sektor teknologi, telah ditangkap oleh Unit Khusus Kepolisian atas tuduhan serius termasuk penggelapan dana, perdagangan narkoba, dan operasi bisnis ilegal.’‘Penangkapan dramatis terjadi di apartemen mewah milik Jemmy di pusat kota Washington. Dalam serangkaian penggerebekan yang cermat, petugas berhasil mengamankan bukti yang menghubungkan Jemmy dengan serangkaian kegiatan ilegal yang melibatkan dana perusahaan yang tidak sah, serta jaringan perdagangan narkoba yang luas.’ ‘Kami telah melakukan penyelidikan intensif terhadap Jemmy selama beberapa bulan terakhir, dan hari ini kami berhasil menangkapnya dengan bukti yang cukup kuat untuk menuntutnya di pengadilan. ‘Selain itu, kami juga menemukan barang bukti berupa narkoba dan dokumen-dokumen