Setelah beberapa hari berlalu, kesehatan Nakula, ayah mertua, mulai membaik. Pretty, Si ibu tiri, dan Tiara kakak tirinya, sempat menjenguk ke rumah sakit untuk melihat kondisi besannya. Kini Nakula telah kembali ke rumah, begitu pula dengan Alona dan Rajendra.Hari-hari berjalan seperti biasa, terlebih saat ini Alona sedang sibuk menyelesaikan ujian akhir sekolahnya. Tinggal menghitung hari, ia akan menjadi seorang mahasiswi. Alona saat ini masih berada disekolah, mengikuti beberapa kegiatan menjelang kelulusan. Semakin hari, Alona dan Daniel, semakin dekat. Apalagi Daniel adalah seorang pemuda yang tak pantang menyerah dalam mengejar cinta Alona, gadis yang ia cintai sejak lama. Meskipun telah berkali-kali ditolak oleh Alona, Daniel tidak pernah merasa putus asa. Ia selalu berusaha mencari cara untuk mendapatkan hati Alona dan membuktikan bahwa ia adalah pria yang tepat untuknya.Belakangan ini, Alona mulai luluh oleh usaha gigih Daniel. Ia mulai membuka hatinya dan menghabiskan le
Di sebuah ruang tamu yang sederhana, ketegangan mulai terasa. Daniel, Sarah, dan Tomy duduk dengan perasaan cemas yang saling bertaut, menanti kabar dari Alona yang sudah seharusnya tiba beberapa menit lalu. Mereka telah merencanakan perjalanan berkemah ini sejak beberapa minggu sebelumnya, dan sekarang semuanya sudah siap, termasuk tenda, peralatan masak, dan pakaian hangat.Tiba-tiba, Sarah merasa ponselnya bergetar di saku. Dia mengambilnya dan melihat nama Alona terpampang di layar, membuat napasnya tercekat. Dengan ragu, dia menjawab panggilan tersebut dan mendengarkan kabar yang membuat hatinya berat. Alona tidak dapat datang, karena suaminya, Rajendra, yang hanya diketahui oleh Sarah, sedang sakit. Sarah merasakan kekecewaan yang mendalam, namun dia berusaha menyembunyikan perasaan itu dari Daniel dan Tomy.Sarah berdiri dan berjalan perlahan ke jendela, berusaha menenangkan pikirannya. Dia tahu bahwa Daniel dan Tomy sangat menantikan kehadiran Alona, namun kini dia harus menem
Alona bangun pagi-pagi dengan semangat baru, hari ini adalah hari pertama ia memasuki kehidupan universitas. Ia ingin mengubah penampilannya dari seorang siswi SMA polos menjadi gadis cantik yang mempesona. Alona memilih pakaian modis yang menampilkan lekuk tubuhnya dengan anggun, riasan wajah yang natural namun menawan, serta sepatu hak yang membuatnya terlihat lebih tinggi dan anggun.Setelah puas dengan penampilannya, Alona melangkah keluar kamar dengan penuh percaya diri. Saat itulah ia menemui Rajendra yang sedang menikmati sarapan pagi di meja makan. Pandangan Rajendra seketika terpaku pada sosok Alona yang berubah drastis, hingga ia hampir tak mengenalnya.Rajendra yang terbelalak kaget, menatap Alona dari atas ke bawah. Kedua matanya membulat takjub dengan penampilan Alona yang memukau. "Alona, apakah ini benar-benar kamu?" tanya Rajendra dengan ekspresi terkejut.Alona tersenyum puas, menatap Rajendra yang terpesona oleh penampilan barunya. "Ya, ini aku, Rajendra. Aku ingin t
Mobil kuda jingkrak berwarna merah berkilau melaju dengan mulus di jalanan, menuju ke kampus tempat Alona mengemban bangku kuliah. Alona duduk di kursi penumpang, merasa gugup dan tidak nyaman dengan situasi ini. Ia menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.Di sisi lain, Rajendra yang duduk di kursi pengemudi tampak percaya diri dan santai. Ia mengenakan kacamata hitam yang semakin menambah pesonanya. Rajendra menyetir mobil kesayangannya dengan mahir, sesekali melirik Alona yang duduk di sampingnya.Tidak ada satu patah kata pun keluar dari mulut mereka, keduanya saling diam, saling menahan perasaan.Mobil itu berhenti tepat di depan gedung kampus, mengundang perhatian banyak orang. Beberapa teman sekelas Alona yang sedang berada di luar gedung terbelalak melihat kemewahan supercar tersebut. Mereka saling berbisik dan bertanya-tanya, "Siapa itu?"Rajendra membuka pintu mobil dan keluar dengan anggun. Ia kemudian membuka pintu penumpang untuk Alona, menawarkan tangannya
Daniel dan Alona, meskipun berbeda jurusan kuliah, masih menjalin persahabatan yang erat. Daniel yang sejak SMA jatuh hati pada Alona, kini semakin sering menunjukkan perasaan dan perhatiannya pada wanita itu.Suatu hari, Daniel mengajak Alona pergi ke sebuah bukit yang terkenal di sekitar kota mereka untuk menikmati pemandangan kota dari ketinggian pada malam hari. Dengan mengendarai motor gede kesayangannya, Daniel membawa Alona berkendara menuju bukit tersebut.Sampai di puncak bukit, mereka berdua terpukau oleh keindahan cahaya lampu kota yang berkelap-kelip di bawah langit yang dipenuhi bintang. Mereka duduk berdampingan, saling berbagi cerita dan tertawa bersama, menikmati suasana hangat dan romantis yang menyelimuti mereka.Tiba-tiba, Daniel merasa ini adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya yang sudah lama terpendam. Ia menggenggam tangan Alona dengan lembut, membuat gadis itu menoleh padanya dengan pandangan penasaran."Alona, sejak kita bertemu di SMA, aku se
Alona terbangun dari tidurnya dengan perasaan sedikit cemas, sudah dua hari Rajendra, suaminya, tidak pulang ke rumah. Namun, sebagai istri, Alona tidak banyak bertanya dan mencoba untuk tetap percaya bahwa suaminya pasti baik-baik saja. Hal seperti ini sebenarnya sudah biasa baginya, Rajendra kerap menghabiskan waktu di luar rumah, entah itu di kantor atau bersama wanita-wanita simpanannya.Pagi itu, Alona terlambat bangun dan tergesa-gesa menuju kampus karena takut kesiangan. Ia memilih mengenakan rok mini dan atasan putih yang membuat penampilannya terlihat simple. Dengan langkah cepat, ia berlari menuju kelasnya.Begitu sampai di depan pintu kelas, Alona terbelalak, terkejut melihat dosen pengisi hari itu adalah Rajendra, suaminya sendiri. Wajahnya memerah, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sementara Rajendra sedikit tersenyum sinis saat melihat istrinya tiba.Alona berusaha untuk tenang, duduk di kursi paling belakang dan mencoba menyembunyikan perasaan gugupnya. Selama ku
Hari ini angka di kalender berwarna merah, artinya semua jadwal di kampus free untuk Rajendra yang baru saja membuka matanya. Kerongkongannya terasa kering dan sedikit serak saat ia coba mendehem. Tidur seharian membuatnya merasa sangat kehausan.Jendra masuk ke dapur untuk mengambil segelas air, langkahnya gontai menuruni anak tangga, tak disangka ia bertemu dengan Alona yang tengah mencuci piring. Kedua mata mereka bertemu, suasana tiba-tiba menjadi canggung. Jendra yang masih bermuka bantal seketika sadar. Biasanya mereka tak pernah peduli satu sama lain, tapi sejak kejadian ciuman pagi itu, mereka tak bisa lagi bersikap biasa.Jendra menatap Alona dengan gugup, begitu juga dengan Alona. Ia mencoba berbicara tapi tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Alona yang juga merasa gugup, mengalihkan pandangannya ke piring yang sedang dicuci. Dalam hati, Alona merasa jantungnya berdegup kencang dan pipinya memerah. “Aduh kenapa jadi begini” gumam Alona.Dapur yang biasanya menjadi tempat
"Kekasihmu itu istriku!" Ucap Rajendra tanpa ragu, mengejutkan semua yang ada di ruangan itu. Daniel, yang sedang menggenggam erat lengan Alona, perlahan melepaskan genggamannya pada wanita itu. Alona menunduk, air matanya sudah menggenang, tak mampu menatap wajah Daniel atau Rajendra.Di sekitar mereka, Tomy masih terpaku dengan mulut menganga, sementara Sarah menutup mulutnya tak percaya, menahan rasa ngeri dan terkejut. Udara di kamar hotel tersebut seketika menjadi tegang dan dingin, seolah hidangan BBQ yang sedang mereka nikmati tadi telah lenyap bersama kehampaan."Ayo pulang!" kata Rajendra dengan tegas, sambil menarik lengan Alona untuk segera meninggalkan kamar hotel tersebut. Mereka pergi begitu saja, tak peduli dengan pandangan terkejut dan pertanyaan yang mungkin menghantui pikiran teman-teman mereka yang ditinggalkan.Sementara itu, Daniel terduduk lemas di atas sofa, tak mampu menahan beban perasaan yang memilukan. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, bahw
Setelah beberapa sesi terapi, psikiater menyarankan agar Alona melakukan perjalanan untuk penyembuhan diri.Rajendra mengambil keputusan untuk membawa Alona berlibur ke Hawaii, tempat yang selama ini menjadi impian Alona.. Ia berharap suasana tropis, pantai indah, dan udara segar di sana dapat membantu Alona pulih dari traumanya. Dengan penuh semangat, Rajendra mulai mengurus semua akomodasi yang dibutuhkan, mulai dari tiket pesawat, hotel, hingga jadwal kegiatan yang akan mereka lakukan selama di sana.Ketika Rajendra memberitahukan rencana ini kepada Alona, ia merasa lega karena Alona tidak menolak ide tersebut. Meskipun masih terlihat lesu, Alona setuju untuk pergi bersama Rajendra ke Hawaii.Hari keberangkatan pun tiba, Rajendra dan Alona terbang menuju Hawaii dengan penuh harapan. Mereka tiba di hotel yang sudah Rajendra pesan sebelumnya dan disambut dengan hangat oleh staf hotel. “Bagaimana Alona? Kamu suka kan?” Tanya Rajendra saat membuka godrin yang menutupi kamarnya yang me
Setelah selesai merapikan tenda yang telah mereka gunakan untuk berkemah, Jendra bergegas meninggalkan lokasi kemah bersama Alona, sang istri. Sepanjang perjalanan, Jendra tak henti-hentinya memeluk Alona, meyakinkan sang istri bahwa dia akan selalu ada untuk melindungi dan mencintainya. "Kamu tenang ya, Sayang. Aku di sini, akan terus melindungi kamu," ucap Jendra dengan penuh tulus dan kehangatan.Mendengar kata-kata itu, Alona merasa hari itu begitu mencerahkan hatinya. Hatinya yang semula keras dan sulit menerima kebaikan orang lain, kini mulai luluh oleh ketulusan cinta Jendra. Alona tersadar bahwa Jendra sungguh mencintainya, lebih dari siapapun yang pernah ada dalam hidup mereka.Dibanding Saloka, yang sudah dikenal Jendra selama puluhan tahun, Jendra justru memilih untuk percaya pada Alona. Ia merasa beruntung memiliki suami yang setia dan tulus seperti Jendra.Perlahan, Alona menoleh pada Jendra, matanya berkaca-kaca seiring senyuman tulus yang terukir di wajahnya. "Terima k
Alona berada di dalam sebuah bangunan khusus toilet umum laki-laki, wajahnya tampak pucat pasi ketakutan. Tiba-tiba, Saloka muncul dari balik salah satu pintu toilet dengan senyum yang jahil dan sinis."Kamu mau apa, Saloka?" tanya Alona dengan suara gemetar, mencoba menyembunyikan rasa takutnya."Sudahlah, Alona, aku tahu Rajendra tidak mencintaimu. Cinta dia habis di Sitha, kau dinikahi aku yakin belum pernah disentuh bukan?" ucap Saloka dengan nada picik, sambil melangkah mendekati Alona.Alona terdiam, hatinya semakin khawatir dan ketakutan. Tiba-tiba, Saloka mengunci pintu toilet, membuat Alona merasa terjebak."Buka pintunya!" pekik Alona, hampir menangis."Tidak, aku tidak mau, lagipula ini toilet khusus lelaki, kamu yang salah berada disini," balas Saloka dengan nada datar, sambil tersenyum jahat."Buka! Atau aku teriak!" ancam Alona, mengumpulkan keberanian yang masih tersisa."Teriak saja, jika kau mau mati," ejek Saloka, mengejek ketakutan Alona.Alona merasa buntu, matanya
Malam itu, di tengah hutan pinus yang rimbun, Alona, Rajendra, dan teman-teman mereka berkumpul di sekitar api unggun yang menyala terang. Udara dingin menusuk tulang, dan angin kencang yang meniup dedaunan membuat suasana semakin akrab dan hangat. Di sekitar api unggun, mereka berbagi tugas dalam menyiapkan hidangan malam itu. Beberapa di antara mereka sibuk memasak, mengolah daging untuk barbekyu, dan mengatur piring serta alat makan. Alona dan beberapa teman wanitanya sedang bersemangat membuat minuman untuk menghangatkan tubuh di malam yang dingin ini.Sementara itu, Rajendra dan teman-teman lelaki lainnya bertanggung jawab atas api unggun yang menerangi kegelapan malam. Mereka mengatur kayu bakar dan memastikan nyala api tetap hidup untuk menjaga kehangatan di tengah dinginnya udara. Api unggun yang menyala semakin menambah keakraban suasana malam itu.Meskipun sibuk dengan urusan masing-masing, Rajendra tidak lupa untuk sesekali melirik istrinya, Alona, dari kejauhan. Dia mempe
Mentari pagi yang hangat mulai menyelinap masuk melalui celah-celah jendela, mengusik tidur Alona dan Rajendra yang masih terlelap di atas sofa. Semalam, mereka berdua begitu larut dalam perbincangan tentang skema acara yang akan dihadiri, hingga akhirnya memutuskan untuk menonton film komedi bersama. Tanpa terasa, keduanya terlelap dan bermimpi indah."Rajendra, bangun, kita kesiangan!" seru Alona dengan panik, menyadari waktu yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Rajendra yang terkejut bangun, mendengus dan meregangkan tangannya dengan santai. "Jam berapa ini?" tanyanya pada Alona."Jam delapan," jawab Alona cepat, lalu berdiri hendak melangkah pergi. Namun, tanpa disadari, Rajendra menarik tangan Alona hingga membuatnya kembali terjatuh ke atas tubuh rajendra. "Aduh!" pekik Alona, merasakan rasa kaget yang luar biasa."Maaf Alona, mungkin ini lancang," ucap Rajendra dengan wajah yang tampak bersalah. Alona menatapnya dengan ekspresi bingung, mencoba memahami maksud dari tindak
Setiap hari, Rajendra semakin menunjukkan rasa cintanya pada Alona. Ia selalu berusaha menjaga dan memenuhi kebutuhan Alona sebagai suaminya. Mulai dari bangun pagi untuk menyiapkan sarapan, hingga menemani Alona berbelanja keperluan rumah tangga.Rajendra juga sudah tak pernah lagi pergi clubbing seperti dulu. Ia hanya keluar untuk urusan bisnisnya saja, kemudian segera kembali ke rumah dan menghabiskan waktu bersama Alona.Namun, meskipun Rajendra berusaha keras menunjukkan rasa cintanya, Alona belum juga merespon perasaan tersebut. Ia masih belum bisa menerima keberadaan Rajendra sepenuhnya dalam hidupnya. Wajah Alona yang selalu datar dan dingin membuat Rajendra merasa khawatir.Suatu malam, saat makan malam bersama, Rajendra mencoba membuka percakapan dengan Alona. "Alona, aku tahu mungkin aku belum sempurna sebagai suami, tapi aku berusaha untuk lebih baik. Apakah kau bisa melihat usahaku?" tanya Rajendra dengan lembut.Alona menatap matanya, lalu menundukkan pandangannya. "Aku
"Selamat ulang tahun ya, Om! Jendra doakan semakin tua semakin jaya!" ucap Jendra sambil tertawa lepas, menggenggam tangan Ayah Maria yang merupakan paman dari Jendra sendiri. Ayah Maria, dengan senyum lebar di wajahnya, merasa senang melihat kehadiran Jendra di pesta ulang tahunnya."Terima kasih, Jendra. Sudah mau datang ke ulang tahunku, padahal biasanya kamu nggak pernah mau datang. Kayaknya setelah menikah, beda ya vibe-nya," bisik Ayah Maria dengan senyum jenaka, menyindir Jendra yang kini sudah berumah tangga.Di samping Jendra, Alona berusaha menampilkan senyuman sumringah, meskipun hatinya masih bercampur aduk dengan sikap Jendra yang begitu berlaku manis padanya. Alona merasa tidak nyaman dengan cara Jendra bercanda dengan Ayah Maria, tetapi ia tidak ingin merusak suasana pesta ulang tahun yang sedang berlangsung.Mata Alona mencuri pandang ke arah Jendra, mencoba mencari tahu apa yang sedang dipikirkan suaminya itu. Jendra, seolah menyadari perasaan Alona, menggenggam tanga
Daniel menggeleng sinis, menyaksikan Rajendra yang dengan sigap menahan Alona yang hampir terjatuh. Wajah Daniel penuh dengan kebencian dan pengejekan."Tak sia-sia aku mengakui bahwa Alona adalah istriku, setidaknya ia terbebas dari manusia kasar seperti kamu," ucap Rajendra dengan tegas, melindungi Alona dari tatapan dan niat jahat Daniel.Mendengar ucapan Rajendra, Daniel tersentak, rasa sakit hati dan kehilangan tergambar jelas di wajahnya. Alona yang sedang menangis, kini digenggam erat tangannya oleh Rajendra. Dia membawa Alona menjauh dari pemandangan yang menyedihkan itu.Mereka kini berada di dalam mobil yang terparkir di parkiran kampus, berusaha mencari ketenangan setelah kejadian tersebut. Alona terus menangis, isakannya terdengar memilukan. Rajendra menunggu dengan sabar, berharap gadis itu segera tenang dan bisa berbicara kepadanya.Alona menundukkan kepalanya, menangis tersedu-sedu, dan mencoba menenangkan diri. Rajendra, dengan tangan yang lembut, mengusap kepala Alona
Alona melangkah gontai di koridor kampusnya, pikirannya penuh dengan ucapan Jendra yang membuat hatinya gelisah. "Aku mau kita sebagai pasangan suami istri yang seharusnya," gumamnya, menirukan ucapan Jendra dengan nada sinis. "Enteng sekali dia berbicara seperti itu, setelah merenggut keperawananku dan menghancurkan hubunganku dengan Daniel," gerutu Alona kesal.Sesampainya di fakultas Daniel, matanya menyapu tiap sudut ruangan dengan tajam mencari keberadaan Daniel. Namun, tidak ada tanda-tanda kehadiran pria yang pernah begitu dekat dengannya itu. Akhirnya, ia memutuskan untuk bertanya kepada salah satu teman Daniel yang sedang berada di sana."Sudah dua hari dia tidak datang ke kampus," jawab temannya dengan serius. "Ada apa, Alona? Kamu terlihat sedih."Alona menghela napas panjang, mencoba menahan air mata yang hendak jatuh. "Tidak apa-apa," ucapnya seadanya, berusaha tersenyum. "Aku hanya ingin bicara sebentar dengan dia."Dalam hati, Alona merasa semakin hancur. Apakah Daniel