Home / Romansa / Jodoh Dikejar, Kau Kudapat / Bukan Sebuah Solusi

Share

Bukan Sebuah Solusi

Author: Ayda Harada
last update Last Updated: 2021-11-23 08:39:26

"Ayo kita kawin lari aja, Mas!"

Gala menatap Gendis dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia tak percaya akan kalimat yang keluar dari bibir tipis kekasihnya tersebut. Bagaimana mungkin seorang Gendis Ayu Paradista memiliki pemikiran yang ... konyol seperti itu? 

Perempuan itu baru saja menyelesaikan ceritanya mengenai apa yang membuat Fatma tak menyetujui jika ia menikahi anak perempuannya dan Gala juga tak menyangka jika Fatma masih menganut hal semacam itu. Namun, ia cukup menghargai Fatma dengan tak menganggap remeh petuah tersebut. 

Jika ditanya, Gala memang tak mau jika harus berpisah dengan Gendis. Perempuan itu sudah menjadi bagian dari separuh hidupnya. Akan seperti apa jika hari-harinya dilalui tanpa adanya ocehan Gendis, meski terkadang yah, ia cukup jengah sendiri. Tapi memikirkan menghabiskan waktu tanpa pujaan hatinya itu juga tak pernah sedikitpun terlintas dalam benaknya. 

Merasa tak ada jawaban dari Gala, Gendis langsung meraih kedua tangan Gala dan menggenggamnya erat. 

"Kamu mau 'kan, Mas?"

Gala menggeleng pelan, "Nggak, Dis."

Jawaban yang diberikan Gala seolah menjadi tombak yang menancap di ulu hati Gendis. Bukan ini yang mau Gendis dengar. Sayangnya, keinginan Gala yang menyetujui usulnya hanya menjadi sebatas harapannya saja. 

"Kamu udah nggak cinta sama aku ya, Mas?"

"No," jawab Gala cepat, "Bukan kayak gitu, Sayang. Sampai kapanpun aku akan selalu cinta sama kamu, Dis. Cuma kamu perempuan yang aku cinta."

"Terus kenapa kamu nggak terima usul aku?" cecar Gendis menuntut, ia butuh kepastian tentunya, "Harusnya kalau cinta aku, kamu mau dong kawin lari sama aku."

"Dan bikin orang tuamu punya pandangan buruk sama aku?"

Bungkam. Gendis tak mampu menjawab pertanyaan yang Gala lontarkan balik untuknya. Jujur saja, ia tak berpikir sampai sejauh itu. Yang Gendis pikirkan adalah bagaimana dirinya dan Gala tetap bersama. 

Saat tahu jika Gendis mulai memikirkan ucapannya, Gala kembali membuka suara, "Aku sayang kamu, Dis. Banget malah. Tapi semua itu bukan solusi yang baik buat kita. 

"Yang ada malah menambah masalah buat kita. Orang tuamu pasti bakal mikir kalau aku bawa pengaruh buruk buat kamu."

Lagi, air mata Gendis mengalir tanpa bisa ia cegah. Entah apa yang membuat Gendis sampai tak memikirkan konsekuensi yang akan ia dapat jika melakukan hal nekat seperti apa yang terlintas di benaknya. 

Kedua tangan Gala menangkup pipi Gendis dan seketika menyebarkan kehangatan. Dengan lembut lelaki itu mengusap air mata Gendis. Hatinya terasa berdenyut melihat sangat pujaan hatinya menangis seperti itu. 

"Kita cari solusi sama-sama ya," ujar Gala pelan, "Anggap aja ini ujian cinta kita dari Tuhan. Aku yakin kalau kita bisa lewatin semua ini."

"Tapi kamu nggak bakal ninggalin aku, kan?"

"Cuma orang gila yang ninggalin perempuan secerewet kamu, Yang."

Gendis mendengkus pelan, namun tak urung senyum tipis terbit di wajah cantiknya. 

"Aku anggap itu pujian. Makasih, Sayang." Gendis meringis kecil, menampilkan deretan gigi putihnya.

Gala tergelak mendengar ucapan kekasihnya. Ia lantas memeluk tubuh ramping Gendis. Sejatinya ia tak benar-benar mengatai perempuan itu sebagai orang yang cerewet. Tapi, cerewet yang Gala maksud adalah dari segi perhatian Gendis yang selalu dicurahkan untuknya. 

Perempuan itu tak akan bosan memberondonginya dengan deretan pesan singkat yang sekedar mengingatkannya pada hal-hal kecil seperti makan, istirahat, dan tentu ibadahnya. Gendis layaknya alarm yang selalu mengingat Gala pada segala hal. 

"Udah baikan 'kan sekarang?"

Gendis menggeleng, "Belum."

"Apalagi sih yang bikin pacarku ini sedih?"

"Cacing di perutku udah berontak dari tadi makanya aku belum baikan sekarang?" jawab Gendis lugas. 

Gala mendesah pelan, "Astaga, jangan bilang kalau kamu lewatin sarapan hari ini?"

"Aku nggak nafsu makan, Mas."

"Itu bukan alasan, Sayang!" tandas Gala tegas, "kamu selalu ingetin aku buat makan tepat waktu tapi kamu sendiri malah abai. Aku nggak suka ya kalau kamu kayak gitu. Kalau sakit siapa yang repot coba?"

Gendis meringis kecil, "Iya, Sayang. Maaf ya. Lain kali nggak aku ulangi lagi pokoknya."

"Janji?"

"Janji, Mas Gala-ku sayang."

"Good."

***

"Mau nambah nggak, Yang?"

Gendis menyeruput es jeruk miliknya sebelum menjawab, "Perutku bakal overload kalau nambah lagi, Mas. Porsi makanku udah banyak lho tadi."

Gala mengangguk kecil. Ia kembali meneruskan mannya yang belum selesai. Meski fokus dengan makanannya tapi mata Gala tak luput dari gerak-gerik perempuan di depannya. 

Lelaki itu tahu akan apa yang membuat Gendis melihat ke beberapa arah. Memang dasarnya ia cukup peka jika sudah menyangkut soal Gendis. Sehingga Gala pun berdiri dari kursinya dan menuju counter gelato. 

"Panna cotta and dark chocolate."

Gendis yang tak sadar jika Gala sempat meninggalkan meja makan pun menoleh dan terkejut saat di depannya sudah tersaji gelato kesukaannya. 

"Eh—ini...?"

"Aku perhatiin dari tadi kamu lihatin anak-anak makan gelato terus. Jadi, ya udah aku pesenin aja," ujar Gala lugas. 

Pipi Gendis bersemu merah menahan malu. Ia malu karena ketahuan memperhatikan anak kecil yang tengah menikmati gelato mereka. Gendis tak menyangka jika Gala begitu peka terhadapnya. 

"Kamu perhatian banget sih, Mas. Kalau aku makin cinta gimana sama kamu?"

"Bagus dong, jadi aku nggak perlu takut kamu diambil cowok lain," balas Gala penuh keyakinan. 

Tangan Gala bergerak menyendok gelato dan menyodorkan pada Gendis yang diterima dengan senang hati. Meski sedikit malu sebab banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka. Tapi, kali ini Gendis mencoba untuk acuh. Ia hanya ingin menikmati waktunya bersama Gala. 

Sampai akhirnya dering ponsel milik Gendis menjadi penengah kemesraan diantara mereka. Perempuan itu meraih clutch dan mengambil ponselnya yang meronta sejak tadi. Sejenak Gendis menghela napas saat mengetahui nama siapa yang tertera di layar ponselnya. 

"Siapa?"

"Mama," jawab Gendis lirih. 

Senyum tipis terkembang di wajah tampan Gala. Lelaki itu memberi usapan ringan di punggung tangan Gendis yang ada di atas meja. 

"Ya, udah. Angkat aja nggak apa-apa."

"Tapi—"

"Mama pasti bingung nyariin kamu, Yang," sela Gala cepat. Bukan tanpa alasan ia mengatakan hal demikian sebab ia yakin jika Gendis tak memberitahu jika dirinya akan pergi. Gala cukup paham dengan perangai perempuan itu jika sedang berselisih paham dengan anggota keluarganya. 

Bukannya langsung menuruti perkataan Gala, Gendis malah memasang wajah memelas. Berharap agar Gala 'membebaskannya' kali ini. Perempuan itu hanya tak mau kembali berdebat dengan sang mama. 

Namun, harapannya tak terkabul dengan sebagaimana yang ia harapkan. Lewat tatapan tajam dari Gala sudah membuat Gendis tak bisa berbuat apa-apa selain ... menerima panggilan Fatma. 

"Halo."

"Kamu dimana sih, Dis?"

Gendis memejamkan mata sambil menarik napas dalam, "Gendis lagi makan siang sama Mas Gala, Ma."

"Habis ini kamu pulang! Ajak Gala sekalian, ada yang mau Mama bicarakan."

Gendis baru saja membuka mulutnya tuk bertanya namun Fatma sudah lebih dulu mematikan sambungan teleponnya. Lagi, untuk kesekian kalinya Gendis hanya mampu menghela napas. Dalam hatinya ia bertanya hal apakah yang ingin Fatma bicarakan padanya?

Related chapters

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Putus?

    "Kamu apa kabar, Gal?"Gala mengangguk pelan sambil menjawab dengan santun, "Baik, Tante."Sikap Fatma masih ramah seperti biasa terhadap Gala karena bagaimanapun perempuan paruh baya itu hanya mempermasalahkan wetonnya bukan orangnya."Bagus kalau kayak gitu. Kerjaan baik juga, kan?" tanya Fatma lagi. Ia berusaha untuk mencairkan suasana meski tetap saja terasa mencekam bagi Gala dan Gendis.Sepasang sejoli itu sudah menebak maksud Fatma yang ingin bertemu dan berbicara dengan mereka. Namun, sebisa mungkin Gala juga mencoba untuk tetap tenang. Toh, ia juga tak melakukan kesalahan. Jadi untuk apa harus merasa takut."Alhamdulillah, lancar, Tan," balas Gala, "Sekarang lagi ngurus proyek di Surabaya."Gendis yang duduk di sebelah Gala semakin merapatkan tubuhnya pada lelaki itu. Hal itu membuat Gala melirik sekilas pada perempuan yang menggigit bibir bawahnya sendiri. Gala yang cukup peka terhadap Gendis segera meraih tangan perempuan it

    Last Updated : 2021-11-23
  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Memberontak

    "Gendis masih di kamarnya ya, Mbok?" Mbok Lasmi, asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja di keluarga Raharjo itu pun mengangguk pelan. Bibirnya terasa kelu untuk sekedar menjawab pertanyaan dari majikannya tersebut. Namun, rasanya ia juga tak mungkin terus berdiam diri. "Anu, Bu. Non Gendis nggak mau makan sejak kemarin," beritahu Mbok Lasmi pelan. Fatma yang tengah mengambil nasi menghentikan gerakannya. Perempuan itu menoleh dan menatap perempuan tua itu dengan intens seolah mencari kebenaran dari ucapan Mbok Lasmi. Sayangnya, melihat tingkah Mbok Lasmi yang sedikit menundukkan kepalanya membuat Fatma menyimpulkan jika dia tidak berbohong. Lagipula apa gunanya Mbok Lasmi berbohong padanya? Oh, bisa saja Gendis sudah bekerjasama dengan Mbok Lasmi untuk menarik simpati darinya. Namun, semua yang sempat terlintas di benaknya pun harus Fatma pupus saat melihat raut khawatir di wajah renta Mbok Lasmi.&nb

    Last Updated : 2021-11-23
  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Pemikiran yang Berbeda

    "Gendis kok lama nggak main ke sini ya, Gal? Kalian lagi marahan ya?"Gala yang tengah memindah channel TV dengan asal mendongak dan seketika melihat Dea—mamanya berjalan ke arahnya. Perempuan itu membawa piring berisikan buah yang sudah ia potong kecil-kecil tuk kemudian bergabung dengan anak laki-lakinya.Usia Gala memang sudah dikatakan dewasa. Namun, jika sudah berdua dengan mamanya lelaki itu akan bersikap manja. Seperti saat ini, baru saja Dea mendudukkan tubuhnya Gala sudah merubah posisinya dan berbaring dengan paha sang mama yang ia jadikan bantal."Kami nggak lagi marahan kok, Ma." Gala memejamkan matanya saat Dea mengusap rambuh hitamnya dengan lembut. Kasih sayang seorang ibu yang begitu tulus sampai membuat Gala dulu memiliki cita-cita untuk mempunyai istri seperti mamanya.Selama mulai merasakan hubungan percintaan barulah dengan Gendis Gala bisa menemukan sosok yang ia cari. Perempuan mandiri, tidak banyak menuntut,

    Last Updated : 2021-11-23
  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Solusi Angga Bikin Gala Pusing

    "Itu muka apa jemuran baru diangkat sih? Kusut amat," olok Angga yang baru saja masuk ke dalam ruangan Gala dan melihat raut sahabat sekaligus bosnya itu tampak muram.Jika sudah berbicara seperti ini, Angga sudah menanggalkan statusnya yang merupakan asisten Gala. Untuk kali ini lelaki berambut ikal itu menempatkan dirinya sebagai sabahat Gala.Dan sebagai sahabat yang baik tentu saja ia harus bisa menjadi tumpahan segala keluh kesah sahabat kita bukan?"Aku putus sama Gendis?"Uhuukk.. Uhuukk...Angga tersedak teh yang baru saja ia minum. Beruntung saja ia tak menyemburkan minuman itu ke wajah Gala. Bisa digantung di pohon tomat kalau hal itu sampai terjadi."Jorok banget sih, Ngga," omel Gala tak suka."Sorry, sorry, aku nggak sengaja."Angga menarik selembar tisu tuk kemudian ia usap di sekitar mulutnya. Namun, matanya tetap menelisik wajah Gala tuk mencari kebohongan yang mungkin saja di

    Last Updated : 2021-12-22
  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Gendis Merasa Kecewa

    "Kata Bang Janu kamu nggak mau makan. Emangnya kamu nggak sayang sama dirimu sendiri?" Dengan sabar, Gala menyuapi Gendis makanan kesukaannya—ayam fetucini. Lelaki itu membelinya di restoran langganan yang sering mereka kunjungi. Itupun tanpa Gendis yang meminta. Gala yang berinisiatif melakukan hal tersebut. Yah, Gala memang sepengertian itu orangnya. Gala selalu punya cara untuk menyenangkan hati Gendis. Meski perhatian sekecil membelikan makanan kesukaannya. "Aku sayang kok sama diriku sendiri," balas Gendis setelah menelan makanan di mulutnya. Seperti biasa, Gendis akan bersikap manja jika sudah bersama Gala. Terlebih lagi, keduanya sudah dia hari tanpa saling bertemu bahkan bertukar kabar secara intens. Sambil mengaduk nasi yang akan diberikan pada Gendis, Gala berkata, "Terus kenapa kamu nggak mau makan?" "Aku kepikiran kamu terus, Mas." Gendis menjawab tanpa ragu, perempuan itu seolah ingin

    Last Updated : 2021-12-25
  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Rencananya Gimana?

    Gendis Ayu: Temenin aku minum yuk!Beberapa saat setelah pesannya terkirim, ponsel Gendis berdering dengan nyaring. Ia melirik ke arah layar yang menyala dan segera mengangkat panggilan telepon yang tak lain adalah dari Alea, sahabatnya."Kamu mau kan temenin aku minum? Aku yang traktir deh," cerocos Gendis tanpa mengucapkan salam terlebih dulu.Hal tersebut tentu saja membuat Alea diseberang sana kebingungan. Pasalnya, Gendis bukan tipe perempuan yang mau diajak ke tempat seperti itu. Kalaupun Gendis ke bar sekalipun itu pasti ada Gala yang akan menjaganya."Kamu lagi kenapa sih, Dis? Tumben banget ngajak minum?" tanya Alea menyuarakan rasa penasarannya."Udah, nanti aku ceritain deh. Aku yang bayar pokoknya, jadi kamu tenang aja—""Ini bukan soal kamu yang bayar atau nggak Dis." Alea menghela napas pelan, "kamu lagi ada masalah ya? Dan, emang harus banget sampai minum kayak gitu?"Gendis memutar bola ma

    Last Updated : 2021-12-26
  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Tapi Tidurnya Sama Kamu, Kan?

    "Stop minumnya, Dis! Aku nggak mau jadi sasaran kemarahan mama sama kakak kamu kalau mabuk parah."Alea menahan tangan Gendis yang kembali mengangkat gelas minumannya. Entahlah, sudah berapa gelas minuman 'panas' itu masuk ke dalam tubuh Gendis. Alea sampai tak bisa menghitungnya.Namun, bukan berarti Alea hanya diam saja membiarkan sabahatnya menenggak minuman beralkohol itu. Ia sudah berusaha mencegah upaya Gendis yang selalu saja tak didengarkan oleh perempuan itu."Kamu tahu kan, Al, kalau aku itu cintaaaa banget sama Mas Gala," ujar Gendis melantur. Perempuan itu terkikik tuk kemudian menangis kecil, "Tapi hanya karena mama nggak kasih restu, Mas Gala langsung mundur begitu aja."Gendis merebahkan kepalanya pada meja di depannya. Kepalanya terasa pening akibat terlalu banyak minum. Meski ia termasuk orang yang memiliki toleransi besar terhadap minuman beralkohol. Tetapi malam ini Gendis akui jika ia sudah overload menyesap minuman 'panas'

    Last Updated : 2021-12-29
  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Untung Sayang

    "Tapi tidurnya sama kamu kan, Mas?"Ucapan Gendis layaknya godam yang menghantam kepala Gala. Ini salah, batinnya bergejolak.Tidak seharusnya Gala membawa Gendis ke apartemennya, di mana di apartemen tersebut tak ada orang lain selain... mereka berdua.Akan jadi apa jika mereka berada dalam satu ruangan yang sama meski yah, mereka sudah termasuk dalam kelompok orang dewasa.Di luar sana banyak sekali pasangan muda-mudi yang sudah tinggal satu atap tanpa adanya ikatan pernikahan. Terlebih sekarang banyak anak muda yang mengikuti tren negara barat yang membebaskan hal semacam itu.Ini di Indonesia, akan lebih baik jika kita tetap mengedepankan adab serta norma agama."Mas..."Gala tersentak saat tiba-tiba Gendis menyentuh wajahnya dengan lembut. Rupanya Gala terlalu larut dengan pikirannya."Ayo kita tidur," ajak Gendis setengah sadar, _perempuan itu semakin merapatkan tubuhnya dengan Gala. "A

    Last Updated : 2022-01-02

Latest chapter

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Bahagia itu Sederhana

    "Bisa nggak kalau permintaan kamu nggak aneh-aneh kayak gitu?"Gendis mengerucutkan bibirnya saat Gala mengatakan jika permintaannya aneh-aneh. Padahal menurutnya permintaannya cukup sederhana. Pergi bersama Gala sepertinya adalah hal lumrah. Tapi Gala malah menyebutnya seolah adalah hal yang tak bisa dikabulkan."Permintaanku itu simpel tahu, Mas," elak Gendis tak mau disalahkan. "Emangnya kamu beneran bisa terima kenyataan kalau aku nikah sama orang lain?"Pertanyaan Gendis begitu sarat akan ancaman. Semua itu bukanlah gertakan Gendis belaka. Nyatanya, perempuan itu memang akan menikah dengan laki-laki lain yang merupakan pilihan ibunya.Gala tahu itu. Lantas Gala bisa apa? Gala memang pernah mendengar pepatah yang mengatakan jika sebelum janur kuning melengkung seseorang masih milik semua orang. Namun, apakah Gala bisa berbuat suatu hal yang menurutnya sangat menyimpang dari prinsipnya.Sekalipun rasa sakit menghujam hatinya, mau tak

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Pengin Pergi Jauh

    "Bukannya kamu tahu semuanya tentang aku bahkan lebih dari diriku sendiri?"Perkataan itu terus saja terngiang di kepala Gendis. Apa yang dikatakan Gala memang tak sepenuhnya salah. Namun, Gendis tak mau termakan oleh pemikiran yang bisa saja salah. Sekalipun Gala masih menunjukkan rasa perhatiannya. Pun dengan panggilan sayang yang Gala berikan untuknya. Semua itu tak serta merta membuat Gendis bisa membumbungkan rasa kepercayaan diri jika Gala.... masih menginginkannya. Dalam hal ini, Gendis ingin jawaban yang konkret. "Aku memang tahu semuanya tentang Mas Gala tapi aku kan nggak selamanya bisa tahu isi hatimu, Mas," kata Gendis setelah sekian lama terdiam. Sejak Gala memberi jawaban yang cukup ambigu, keduanya memang tak terlibat dalam percakapan apapun. 15 menit setelah mereka selesai makan, Gala mengajak Gendis dan mengatakan jika akan mengantar perempuan itu. Selama itu pula Gendis hanya menurut kemauan Gala dan Gala hanya akan berbicara seper

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Kamu Tahu Aku Lebih dari Diriku Sendiri

    (Hollaaa, maaf banget buat yang udah baca bab sebelumnya dan menemukan banyak kata yang keulang. Tapi udah aku revisi pas ngerasa ada yang aneh sama bab yang aku upload) ***Gala tak menyangka Gendis masih mengingat apa yang ia suka dan apa yang tak ia suka. Rasanya ia seperti dihadapkan pada waktu ketika hubungan mereka masih terasa hangat. Saling memiliki satu sama lain dan terasa membahagiakan. Gala sadar jika Gendis memahami semua tentang dirinya melebihi diri Gala sendiri. "Kamu... gimana kabarnya, Dis?" tanya Gala setelah hanya tinggal mereka berdua. Senyum terkembang di wajah Gendis. Perempuan itu sedikit menundukkan tuk menyembunyikan kesedihannya. "Aku baik, Mas," sahut Gendis menipiskan bibirnya skeptis, "tapi nggak dengan hatiku," lanjutnya dalam hati. Gala mengangguk paham. Suasana saat ini cukup canggung. Gala yang merasa bersalah karena mengajak Gendis yang notabenenya adalah tunangan orang lain dan Gendis yang merasa jika Gala sedikit me

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Hal yang Selalu Diingat

    Ada perasaan yang tak bisa Gendis ungkapkan saat ini. Entah mengapa ia merasa gugup. Kedua kakinya seolah tak bisa diam begitu saja ketika ia sedang menunggu seseorang yang mengajaknya bertemu­­- Manggala Yuda. Gendis merasa seperti abg yang sedang dilanda kasmaran. Terlalu konyol untuk sikap seseorang yang pernah menjalin hubungan selama 5 tahun. Gendis tahu jika pertemuan ini tak sesimpel yang ada dalam bayangan kepalanya. Ini bukanlah sebuah pertemuan ‘kencan’ seperti pasangan pada umumnya. “Kamu udah lama datengnya, Dis?” Gendis mendongak ketika suara berat menyapa indra pendengarannya tuk mendapati Gala-seseorang cyang tengah ia tunggu dan membuatnya merasa gugup berdiri di depannya. Lelaki yang terlihat tampan dengan kemeja maroon yang lengannya digulung sampai siku itu menarik kedua sudut bibirnya ketika mata mereka saling bertemu. Tampan. Satu kata itulah yang seketika terlintas dalam benak Gendis. Ya, hal itu sepertinya sudah tak diragukan lagi. Gala m

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Jangan Lama-Lama Sedihnya, Kasian Hatimu.

    Setiap orang tua pasti mau anaknya bahagia. Sekalipun itu bertentangan dengan 'keinginan' sang Anak. Hal itu adalah perasaan yang Dea rasakan. Setelah pertemuan pertama dengan Shiren, ia merasa jika perempuan yang merupakan teman kerja Dana adalah perempuan yang cocok untuk Gala. Shiren adalah perempuan baik, santun, dan cantik. Rasanya tak ada satupun hal yang membuatnya untuk tak menyukai Shiren. "Kamu udah pulang, Mas?" tanya Dea begitu Gala memasuki ruang keluarga di mana saat ini perempuan itu tengah menikmati reality show yang disiarkan salah satu TV swasta. Gala berhenti dan menoleh ke arah sang Mama. Lelaki itu tersenyum seraya mengangguk kecil. "Mama belum tidur?" tanya Gala balik. Ia melirik ke arah jam yang terpajang cantik di dinding dan waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ia cukup tahu kebiasaan mamanya yang selalu tidur jam 9. Untuk itu Gala pun tentu merasa heran saat melihat Dea masih berada di ruang keluarga ketika ia baru saja pula

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Bukan Keinginan Gendis

    "Dis, Abang pinjem charger laptop—LAH, kamu nangis?"Januar baru saja masuk ke kamar Gendis tanpa mengetuk pintu terlebih dulu dan tertegun saat mendapati Adiknya sedang duduk sambil memeluk boneka Panda kesayangannya. Januar melihat air mata mengalir di pipi Gendis dan hal itu selalu membuatnya tak suka. Ia memang bukan kakak yang baik karena selalu jahil dengan adiknya. Namun, melihat bagaimana Gendis mengeluarkan air mata tentu bukanlah hal yang ia sukai. Sekalipun mereka sering bertengkar, Januar mau Gendis selalu tersenyum setiap saat. Gendis hanya melirik ke arah Januar yang berdiri di tengah kamarnya. Ia merutuki kebodohannya yang lupa mengunci pintu sehingga siapapun bisa masuk ke kamarnya dan melihat fakta ini. Selain itu, rasanya Gendis juga ingin menjawab pertanyaan Januar dengan suara lantang. "UDAH TAHU NANGIS, MASIH NANYA LAGI!" Mungkin seperti itulah Gendis akan menjawab pertanyaan sang Kakak. Akan tetapi saat ini, ia merasa malas unt

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Nikmati Prosesnya

    "Aku kemarin ke Onilicius, Mas."Gala tak bisa menahan diri untuk tak menoleh dengan cepat sampai tulang lehernya terdengar berderak. Namun, ia hanya menatap si Pembicara selama satu menit tuk kemudian mengalihkan pandangannya pada jalanan di depannya. Gala sendiri tak tahu harus menanggapi apa dan bagaimana karena jujur saja ia masih selalu ingin tahu dengan segala hal yang berhubungan dengan... Gendis Ayu Paradista. Dengan menyebut Onilicius–yang merupakan juga bagian daripada Gendis, Gala tahu jika ia tak bisa mengabaikan pembicaraan itu begitu saja. Gala berdeham pelan tuk melegakan tenggorokannya. "Oh, ya?"Sebab bingung, pada akhirnya Gala hanya menanggapi dengan dua kata tersebut. Ia pikir tak mungkin jika langsung bertanya pada Shiren mengenai apakah ia bertemu Gendis dan segala sesuatu mengenai gadis itu. Lagipula, Gala juga belum mengerti maksud pembicaraan Shiren yang menurutnya begitu tiba-tiba. Lewat ekor matanya Gala melihat S

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Ternyata Benar

    Shiren pernah mendengar sebuah pepatah Jawa yang berbunyi Dudu sanak dudu kadang (Meskipun tidak ada ikatan darah, namun terasa sudah seperti bagian dari keluarga). Shiren tak pernah mempercayai hal itu sebab di mana ia akan menemukan 'hal' di dunia ini. Namun, pemikirannya berubah ketika sekarang di sini—di rumah Gala ia merasakan hal tersebut. Rasanya ia ingin menangis mendapati perlakuan keluarga Gala yang baik luar biasa. Ia tamu tapi tak seperti tamu sebab Dea–perempuan yang tak lain adalah Ibu Gala dan Dana memperlakukannya seperti anaknya sendiri. Shiren tak memungkiri jika hatinya terasa menghangat mendapati perlakuan baik dari Dea. Ia pun bisa merasakan jika Dea memang benar-benar tulus terhadapnya. "Lauknya dipakai dong, Ren," kata Dea lembut. Shiren sedikit membersit hidungnya mendapat perhatian tersebut. Ia sedikit mendongak agar genangan di pelupuk matanya tak tumpah seketika. Kedua sudut bibir Shiren melengkung membentuk sebuah senyuman, "

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Tanggapan Shiren

    Gala menghentikan langkahnya setelah mendengar satu nama yang disebut Mamanya. Dalam diam, ia seolah ingin mengulang waktu beberapa menit yang lalu tuk memastikan jika telinganya benar-benar tak salah mendengar. "Oh, iya, Gal. Tolong nanti ajak Dana dan Shiren sekalian ya."Itulah ucapan Dea yang mencatutkan satu nama. Shiren. Apa perempuan itu ada di rumahnya saat ini? pikir Gala. Untuk apa? Gala berbalik dengan alis terangkat sempurna, "Shiren, Ma?"Dea yang tak sadar jika Gala masih berada di sana (dengan rasa penasaran yang tinggi) mendongak. Tak ragu, perempuan itu mengangguk sebagai jawaban. "Iya, dia ada di kamar Dana sekarang.""Oh, pantas," gumam Gala hanya dalam hati. Saat ia masuk ke rumahnya, Gala tak menemukan satupun orang atau adanya tamu di rumahnya. Ia hanya menemukan Dea yang sedang mengatur hidangan yang kemudian di bawa ke meja makan. "Oke, Ma." Gala merujuk pada perintah Dea tuk memanggil Dana dan Shiren bersam

DMCA.com Protection Status