Peter dan Alex sedang menertawakan kebodohan Luke lewat CCTV yang Peter kirim lewat seorang opsir polisi. Saat ini, mereka sedang berada di balkon kamar yang di tempati Anna dan menikmati tontonan gratis itu.
“Dad, aku pergi dulu. Sebentar lagi, Luke akan datang. Aku tidak mau Luke berpikiran yang tidak-tidak jika melihatku berada di sini,” ucap Peter.
Alex mengangguk dan menepuk pundak Peter pelan. “Baiklah. Terima kasih sudah mau menyadarkan Luke, Nak.”
Peter tersenyum kilas. “Aku tidak mau, jika suatu hari nanti Luke menyesal Dad. Aku yakin. Suatu hari nanti Anna akan bisa meluluhkan kerasnya hati Luke dan rumah tangga mereka akan bahagia. ”
“Ya, semoga saja.”
Peter keluar dari kamar itu. Sebelumnya, dia masih sempat melihat ke arah Anna yang melihatnya dengan sorot mata yang masih menyimpan—kekaguman terhadapnya.
“Terima kasih sudah mau menolongku. Meskipun sel
Anna menutup wajahnya yang sembab dengan Make Up tipis. Semalaman, dia tidak bisa tidur karena ter bayangi oleh perkataan Selena yang mengatakan jika saat dirinya bertaruh nyawa, justru Luke sedang berada dalam pelukan wanita jadi-jadian itu.Marah, kesal, kecewa. Entahlah, Anna tak bisa menentukan perasaannya. Hanya saja, dia tidak bisa menghentikan aliran air mata yang dia sesali tak mau berhenti.Jika saja Anna bisa, dengan senang hati Anna akan melempar Selena keluar dari rumahnya dan menutup pintu gerbang rapat-rapat agar wanita tak tahu malu itu tak akan pernah bisa kembali lagi. Tapi, setelahnya, Luke pasti akan melakukan hal yang sama pada dirinya, melihat betapa berharganya Selena di mata suaminya. Lalu, apa yang bisa di lakukannya sekarang? Apa dia bisa melakukan sesuatu? Jawabannya adalah tidak ada. Anna hanya bisa diam dan berpura-pura tuli dengan sekelilingnya. Toh, untuk komen pun hanya akan membuang tenaga, waktu dan kesabarannya mengingat po
Anna tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Luke seharian ini. Tadi pagi, Luke menyuapinya. Lalu mengantarnya pergi ke dokter untuk memeriksakan kondisi kakinya. Dan sebelum pulang, Luke masih mengajaknya jalan-jalan.Anna ingat, perdebatan kecil mereka di rumah sakit tadi, hanya gara-gara dia tidak mau Luke gendong. Saat itu, mereka baru sampai di rumah sakit dan Luke melarangnya untuk berjalan sendiri.“Aku akan menggendongmu,” ucap Luke saat Anna akan melangkah turun dari mobil.Anna tersenyum tipis sambil menggeleng pelan. “Tidak usah Luke. Aku bisa kok jalan sendiri.“ tolak Anna halus. Dia tidak mau merusak suasana baru yang tercipta di antara hubungannya dan Luke.“Cerewet banget ya kamu? Bisa tidak, enggak usah sok kuat terus. Kamu itu lemah dan kamu butuh aku!”Anna menundukkan kepala. Lihat ‘kan betapa judesnya suaminya yang bertampang sangar itu. Jika saja Luke menjadi w
“Luke?” suara familier yang terdengar di tengah-tengah mereka, membuat Luke dan Anna menoleh bersamaan.“Kau—“ suara Luke tertahan. Kenapa harus orang itu yang bertemu dengannya di sini?Davio yang tak sengaja melihat keberadaan Luke dan Anna, merengek pada Peter untuk menghampiri mereka. Dan di sinilah Peter berada. Berada di antara Luke dan Anna yang nampak nya sudah baik-baik saja.“Paman ... “ Davio mengulurkan ke dua tangannya pada Luke dengan manja. Davio memang selalu menempeli Luke di mana pun mereka berada. Dan Peter hanya bisa melihat couple paman dan ponakan itu dengan senyuman tipis.Luke membawa Davio dalam pangkuannya. Baru kemarin mereka tidak bertemu, dan Davio sudah se lengket ini padanya. Benar-benar keponakannya yang menggemaskan.Sedangkan Anna memilih diam sambil menikmati makan malamnya. Sesekali, dia melihat Davio yang juga menatap nya sambil tersenyum kilas.“Kalian Dinner?” tanya Pe
Anna beberapa kali menarik nafasnya kuat-kuat. Luke sama sekali tidak masuk dalam kriteria suami idaman. Suaminya itu lebih pantas di sebut sebagai penyandang gelar suami sialan. Bisa-bisanya Luke berbuat baik padanya hanya untuk memanipulasinya? Menjebaknya dalam suatu keadaan di mana, Anna akan bergantung pada Luke. Kemudian saat Luke sudah mendapatkan apa yang dia mau, dan Anna sudah tidak di butuh kan lagi, maka tanpa berpikir dua kali, Luke akan menendangnya dan membuat kehidupannya benar-benar hancur. Benar-benar egois!Anna meronta dalam gendongan Luke, membuat Luke mendengus kesal.“Turunkan aku Luke!” teriak Anna dengan berani.Rahang Luke mengeras. Kenapa, Anna harus se keras kepala ini menolak perlakuan baiknya. “Kenapa kamu selalu keras kepala, Ann?! Bisa tidak kamu diam dan menjadi istri penurut, huh?” ucap Luke dengan kesal.Mendengar perkataan Luke, justru Anna tertawa getir. Luke memang ingin menghancurkanny
“Kenapa diam? Letakkan sarapan Selena di meja itu!”Suara Luke yang memerintah. Memecah kesunyian yang tercipta di sana. Anna tidak mengangkat wajahnya. Dia terlalu muak, benci, marah dan—entahlah. Begitu banyak perasaan dan emosi yang terkumpul tanpa bisa dia keluarkan.Anna menelan salivanya yang terasa menyumbat jalur pernafasannya. Air matanya yang terasa sudah tak terbendung ingin tumpah, Anna tahan dengan tak menggerakkan kelopak dan bola matanya yang ingin lari dari kenyataan. Meskipun dia membenci Luke, malah sangat membencinya. Dia tidak pernah ingin, melihat pemandangan seperti ini. Pemandangan menjijikkan yang membuat perasaannya sebagai seorang istri merasa di khianati.Anna meletakkan nampan makanan yang di bawanya di atas meja sesuai dengan perintah Luke. Dengan susah payah dia membuat makanan itu, Luke justru mempersembahkannya untuk wanita jalang yang sudah hadir di tengah-tengah hubungan rumit mereka.
Prangggg...!Luke melempar vas bunga lagi. Kemarahannya sudah sampai di puncak hanya gara-gara Anna yang begitu keras kepala menentangnya. Kenapa? Kenapa Anna membolak-balikkan hatinya seperti ini? Kenapa Anna begitu berani, membuatnya melupakan misi awal saat dia memilih untuk menikahi Anna?“Arghhh, sial!” Luke mengusap wajahnya kasar. Dia kesal pada dirinya sendiri. Dia tidak mau semua ini terjadi. Dia ingin menjalankan semuanya sesuai rencana seperti sebelumnya. Membalas dendam dengan membuat Anna menderita dan dengan perlahan mati karena tersiksa. Tapi, kenapa semuanya menjadi kacau seperti ini?“Tuan,” panggilan manja seseorang di belakangnya, membuat Luke menarik nafasnya pelan. Kenapa dia harus marah-marah seperti orang frustasi? Bukankah, di sana ada Selena yang bisa menghiburnya?“Selena, kemari,” panggil Luke dan Selena tentu saja mendekat dengan wajah ceria.“Apa yang bisa saya lakukan, Tuan?” tanya Selena
Hari sudah sore. Anna harus terbangun dari tidurnya, karena perutnya yang minta di isi. Kekesalannya tadi siang, membuatnya lupa makan. Sebelum tidur, dia hanya memakan 2 bungkus coklat padat untuk sedikit mencairkan suasana hatinya. Dan beginilah akhirnya, saat dia sedang mengembara di dunia mimpinya yang indah, mendadak perutnya meronta-ronta minta jatah.Anna melangkah menuju dapur. Sebelumnya dia sudah memasak makanan dan sudah dia simpan di lemari pendingin. Tinggal memanaskan sebentar dan dia bisa menghabiskan semuanya. Mengingat, Luke tidak butuh makanan yang di masaknya, dan dia tidak sudi jika jalang itu memakan masakannya. Jadi, dia bisa makan sepuasnya.Anna sempat berpapasan dengan Luke di dekat pembatas dapur dan ruang tengah. Luke kelihatan pucat, tapi Anna tak peduli. Dia terus berjalan melewati Luke menuju dapur. Seperti tujuannya semula.‘Bodoh amat! Ada atau tidaknya si Luke, Aku tidak peduli lagi!’Anna menghang
“Minum Luke?” bujuk Anna saat Luke tidak mau minum cairan oralit yang dia buat sendiri.“Tidak enak, Ann ... “ Luke menggelengkan kepalanya pelan. Acara kerokan sudah selesai, dan dia merasa perutnya benar-benar sedikit membaik, sekarang. Dan sekarang, Anna menyiksanya lagi dengan memaksanya untuk meminum air yang rasanya asin, manis, enggak karu-karuan itu. Rasanya Luke mau muntah. Air itu tidak bisa dia telan.Anna menghembuskan nafasnya kasar. Baru tau dia, jika Luke sakit, manjanya selangit. Apa-apa tidak mau. Harus butuh kesabaran ekstra untuk membujuknya.“Mau sembuh atau terus-terusan merepotkanku seperti ini? Atau, aku telefon Daddy saja agar membawamu ke rumah sakit, iya?” tanya Anna dan Luke mendengus sebal.“Kamu tidak ikhlas! Ya sudah, biarkan saja aku seperti ini. Jangan merepotkan dirimu. Lagi pula, kau sendiri yang datang memberiku bantuan.”“Sudah sakit, masih juga menyebalkan. Kamu sadar enggak sih, kamu it
Beberapa hari kemudian.“Aku akan membawa Angel pergi.”Suara Davio yang tiba-tiba terdengar, membuat semua keluarga tentu saja shock. Tiada angin, tiada hujan, kenapa Davio bersikap aneh seperti ini?Peter bangkit. Dia tidak akan menerima keinginan secara sepihak dan tak masuk akal itu. “Pergi ke mana? Angel tidak akan pergi ke mana pun. Dia akan melanjutkan pendidikannya di sini saja.” Tolak Peter membuat Davio harus memutar akal. Dia harus bisa membuat Angel jauh dari keluarganya, agar adiknya itu tak semakin tertekan kala rahasianya terbongkar.“Aku berjanji akan menjaganya. Lagi pula, universitas London lebih bagus dari pada di sini. Angel juga mengatakan, jika dia ingin belajar mandiri. Jadi, kenapa kita tidak membiarkan dia mencobanya dulu?” jelas Dave. Semoga saja, alasannya kali ini disetujui oleh ayahnya.Rose, Katherine dan Jasmine bungkam. Semua keputusan ada ditangan para lelaki penguasa itu. Yang terpenting bagi mereka adalah, Angel baik-baik sa
“Bagaimana kabarmu?”Luke menyapa wanita yang kini duduk di depannya dengan rambut digulung tinggi. Satu-satunya wanita yang berhasil membolak-balikkan dunianya, dan wanita yang selalu dia rindukan sampai-sampai membuatnya hampir mati.“Kamu lihat, bagaimana kelakuan putramu di pesta ulang tahunnya kemarin ‘kan?” lanjut Luke sambil mengusap wajahnya kasar, “bocah itu ... selalu membuatku naik darah!”“Hahaha ...” wanita itu terbahak. Tapi segera, dia menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.“Jangan tertawa, Anna. Bocah itu, semakin menyebalkan!”Anna membuat gerakan seperti mengunci mulutnya. Perutnya seperti digelitiki, sungguh dia masih ingin tertawa keras melihat bagaimana frustasi nya Luke saat ini.Luke selalu mengunjunginya setiap akhir pekan. Padahal setiap hari, mereka sudah bertemu lewat video call. Pria itu bahkan tiada bosannya mengiriminya pesan yang kadang tak masuk akal.”Sepertinya, tantanganku di mulai dari sekarang.”
8 Tahun kemudian..“Ayo, Nak. Nanti kita bisa terlambat!” ajak Luke pada putranya yang saat itu hanya diam saja sambil memainkan ponselnya.Jim Luxander Thomas. Putra Luke dan mendiang Anastasia yang saat ini sudah berusia 18 tahun. Ralat. Putera Luke dan Annastasia yang masih setia bersembunyi dari dunia demi sebuah tantangan. Yakni, tantangan akan kembali ke dalam pelukan Luke, asalkan Luke berhasil membuat Jim tidak mengikuti jejak ke berengsekan nya.Jim. Laki-laki yang berambut hitam legam itu, sangat akrab dengan Davio meskipun usia mereka berselisih sekitar 7 tahun. Namun, pembawaan diri Jim yang sedikit cuek malah akan seperti kucing dan Anjing begitu bertemu dengan adik Davio, Angelina Queen D’orion.Angel yang manja dan selalu mengikuti Jim, membuat Jim sering di buat kesal dan berakhir Jim mengajaknya bertengkar agar bisa menghindar.“Daddy, aku malas bertemu si manja itu.”Jawaban Jim, membuat Luke menoleh kilas. Jim memang ti
Anna merapikan peralatan masaknya. Baru saja dia, Jasmine dan ke tiga pria yang turut serta meramaikan dunianya selesai sarapan pagi. Dan beberapa saat lagi, dia harus rela melepas Jasmine untuk kembali ke Perancis—meninggalkannya sendirian lagi.Semua teka-teki dan kisah kelam hidupnya sudah berakhir di detik ini. Tak ada yang membebani hidupnya lagi. Semuanya, seperti semula. Dari nilai nol sebagaimana memulai kehidupan barunya saat membuka mata. Bahkan monster bernama Luke tak lagi menakutkan baginya. Apa pun yang berkaitan dengan pria itu, sepenuhnya takluk di bawah kendalinya. Ya, bahkan hanya dengan sekali ucapan saja, Luke akan melakukan apa pun yang dia minta. Tak bisa mengelak dari kenyataan, jika Luke yang juga mencintainya, membuat perasaannya berbunga.Silakan katakan dirinya lemah, dan apa pun semau kalian. Tapi, siapa pun tak akan bisa berkutik jika cinta sudah berbicara dan mengambil peran. Kau mungkin bisa mengendalikan dunia. Tapi hatimu? Maaf, bah
“Silakan, buka mata, Anda.”Anna masih tak memercayainya. Tapi, begitu dia membuka mata. Sosok tinggi menjulang yang bisa dia lihat dan berdiri di depannya dengan wajah penuh bahagia, membuat tangisnya tumpah seketika itu juga.“Peter, hiks ... hiks ....”Peter tak bisa menahan air matanya juga. Dia segera melangkah, dan membawa wanita rapuh itu dalam pelukan besarnya. Mengusap punggungnya yang lemah dengan usapan penyemangat, dan menciumi rambutnya sebagai bentuk kasih sayang seorang kakak kepada adiknya.“Selamat datang Anna. Terima kasih tetap mau bertahan sampai di titik ini,” ucap Peter penuh haru. Dia bahagia. Sangat bahagia karena berhasil menyelamatkan ibu keponakannya, dan wanita yang sudah memberikan Jasmine nya dunia terang benderang seperti sekarang.Anna terisak. Dia belum mampu bersuara. Kenyataan ini, masih belum bisa dia terima dengan akal sehat. Semuanya sangat mustahil, tapi kenapa bisa terjadi?Para dokter itu memilih keluar dari ruangan. Mer
Peter sampai di ruangan putih yang di dalamnya terdapat seorang wanita yang terbaring lemah dengan mata yang masih tertutup rapat oleh kapas. Wanita itu memang sudah siuman. Tapi, untuk penglihatannya, baru hari ini dokter akan membukanya dan melihat bagaimana hasil kinerja mereka.Peter melangkah mendekat. Anna tak se kurus yang dia lihat terakhir kali. Wanita itu lebih berisi dengan wajah tak menampakkan kesedihan lagi. Apa mungkin, karena wanita itu sedang tidur hingga kesedihannya tak nampak lagi?3 dokter yang dibawa Peter khusus dari Perancis, datang dengan pakaian kerja mereka yang baru. Ke 3 dokter itu memberinya senyuman lebar dengan sedikit anggukan kepala.“Selamat pagi, Tuan.”Peter mengangkat sebelah tangannya. Bukannya dia tidak mau membuka suara untuk menyapa mereka. Hanya saja, dia tidak mau Anna mendengar suaranya, sebelum Anna melihatnya secara langsung. Dia ingin tau bagaimana reaksi wanita itu saat melihatnya untuk yang pertama kali.Tak lama, Anna
Peter mengusap wajahnya kasar. Kenapa harus se menyakitkan ini rasanya. Di depan matanya, dia harus menyaksikan 3 orang yang paling dia kasihi, harus bertaruh nyawa. Meski salah satu di antaranya sudah benar-benar menyerah untuk berjuang.“Tuan, jantungnya kembali berdetak!”Celetukan seorang dokter yang sedang menangani Anna, membuat Peter tentu saja tersentak dan lekas mendekat.“Apa?! Jangan main-main, atau aku akan membunuhmu saat ini juga!” ancam Peter dengan mata yang memerah. Anna sudah menyerah, dan 2 bagian tubuhnya sudah di ambil karena permintaan Anna sendiri. Lantas, permainan takdir macam apa lagi ini?“Lihat monitornya, Tuan. Jantungnya kembali berdetak, bahkan pernapasannya mendekati batas normal. Ini sebuah keajaiban.”Peter terdiam. Dia tau dokter itu berkata benar. Dia tidak bodoh hanya untuk mengetahui kehidupan seseorang lewat monitor itu. Anna masih hidup. Tuhan memberinya sebuah keajaiban besar.“Maukah kau membantuku?” tanya Peter
Ck!“Kenapa melihatku seperti itu?! Duduk! Aku akan mengobatimu!”Luke tersadar dari lamunannya. Lamunan manis tentangnya yang bisa memeluk Anna, dan Anna yang mau menerimanya kembali. Tapi kenyataannya?Luke harus belajar dari kenyataan. Jika Anna di depannya kini bukanlah Anna yang akan dengan mudah dia taklukkan. Dia masih harus berjuang keras, untuk mendapatkan maaf wanita itu. Baru setelahnya, dia bisa berpikir bagaimana caranya membuat wanita itu kembali ke dalam pelukannya.“Aku bisa melakukannya sendiri, Anna. Jangan merepotkan dirimu,” ucap Luke dan mendapat dengusan sebal dari wanita itu.“Songongnya masih nggak berubah ya, meski sudah tua?” cibir Anna sambil mengambil kapas yang sudah dia bubuhi dengan obat, dan menempelkan kapas tersebut di sudut bibir Luke yang berdarah, “aku juga nggak mau kerepotan ngobatin kamu, jika saja saudaraku nggak mukulin kamu, sampai tangan kamu patah!” Lanjut Anna membuat alis Luke menukik sebelah.Patah? Tangan
Mobil yang mereka tumpangi memasuki gerbang yang tak begitu besar. Sekilas, mirip hunian orang biasa. Rumah yang di tempati Anna terlihat damai dengan sebuah pondok kecil yang letaknya tak begitu jauh dari rumah. Dan taman kecil yang menjadi penghubung antara rumah dan pondok itu, sangat asri dilihat. Membuat siapa pun yang melihatnya akan merasakan ketenangan. Nyatanya, Anna masih tak berubah. Wanita itu masih sangat menyukai bunga dengan segala definisinya.Luke turun dari mobil. Dia terpaksa satu mobil dengan Jasmine dan Peter karena kondisinya yang tak mungkin menyetir mobil sendirian. Di mobil tadi pun, harus Jasmine yang menyetir karena kondisi Peter sama mengenaskannya seperti dirinya. Sedangkan Davio? Pria kejam itu mungkin sudah sampai beberapa menit yang lalu melihat mobilnya sudah terparkir di garasi.Mereka ber tiga turun. Luke sempat ragu untuk mengikuti Jasmine dan Peter yang hendak memasuki pintu. Dirinya merasa tidak pantas untuk bertemu denga