Pak Jodi berkata, “Sedang buat laporan. Kalau Pak Boris khawatir, saya bawa Anda ke ruang pengawas untuk melihat.”Karena orang itu adalah Boris, sehingga pihak polisi mengizinkannya karena hubungan mereka terjalin baik. Dan yang paling penting adalah Hartono dan Dimas memiliki banyak teman yang bekerja di kantor polisi. Oleh karena itu, Boris mengetahui prosedur dan peraturan di sana.Sedangkan Jodi adalah murid yang dibiayai oleh keluarga Morrison. Lelaki itu sudah bekerja cukup lama di sana. Dia bersikap cukup santun tanpa melupakan tugas dan kewajibannya.Jodi membawa lelaki itu ke ruang pengawas dan bisa melihat Zola tengah duduk di sebuah ruangan. Di depannya ada dua orang polisi perempuan yang tengah menginterogasi hubungannya dengan Boris. Dia juga bertanya pendapat Zola pada keluarga Morrison serta berbagai hal yang berhubungan dengan masalah ini.Boris menatapnya duduk di kursi dengan tenang. Bahkan jauh lebih tenang dari yang dibayangkan. Jika bukan karena saat ini ada di ka
Orang itu adalah Yandi. Lelaki itu mengenakan setelan jas hitam dan mengenakan kacamata bingkai emas. Dia terlihat lembut, elegan dan sopan. Yandi menganggukkan kepalanya pada Boris sebagai bentuk salam dan bertanya, “Bagaimana situasinya sekarang?”Boris berkata, “Pihak kepolisian memutuskan menahan Zola karena tekanan dari media dan berbagai pihak. Karena opini publik di media membuat polisi menganggap Zola sebagai tersangka utama.”Yandi mengangguk tanda mengerti. Dia langsung meminta untuk bertemu dengan pihak yang bertanggung jawab atas kasus ini. Boris melayangkan lirikan pada Jesse yang segera pergi mencari Jodi dan atasannya.Yandi berkata, “Saya adalah pengacaranya Zola. Saya ingin tahu kenapa klien saya harus ditahan. Saat ini, nggak ada bukti langsung yang menunjukkan bahwa klien saya terlibat dalam kejadian ini.”Jawaban dari pihak kepolisian tidak beda jauh dengan apa yang diberi tahu oleh Boris. Yandi menunjukkan beberapa tangkapan layar dari internet yang memperlihatkan
Setelah semua kehebohan yang terjadi, baik dari media, kerumunan orang, atau pun polisi yang langsung menjemputnya, semuanya adalah pengalaman pertama bagi Zola. Untuk seorang perempuan, pasti ini adalah hal yang menakutkan.Zola menggeleng dan berkata, “Nggak apa-apa. dibandingkan kalau aku ada di kantor atau turun sendiri, mungkin pergi bersama mereka lebih aman.Suaranya terdengar tenang tanpa ada emosi yang tersirat, tetapi mata Boris menatapnya dengan intens, seolah dalam sedetik lagi dia akan meledak. Wajahnya yang tampan pun mengeras dengan dingin sambil berkata, "Sekarang semuanya sudah beres. Mari kita pulang."Zola tidak langsung menjawab. Dia menatapnya dengan lembut, bibirnya sedikit terkatup. “Boris, aku sungguh baik-baik saja, jadi kamu nggak perlu mengkhawatirkanku.”Dia bisa merasakan rasa bersalah dan kegelisahan dalam diri Boris. Dalam situasi seperti ini, dia sebenarnya tidak ingin Boris kehilangan fokus. Dia seharusnya mencurahkan seluruh perhatiannya untuk menyelid
“Bukan aku yang membantunya, tapi menurutmu apakah Zola akan membiarkan ini begitu saja?" tanya Boris dengan dingin.Tyara terdiam dan bertanya, “Boris, kamu akan membantuku, ‘kan?”"Tyara, menurutmu bagaimana aku bisa membantumu? Karena perbuatanmu, Kakek sudah sangat nggak senang denganku. Kalau aku membantumu lagi, apakah aku masih akan memiliki suara di keluarga Morrison dan Morrison Group setelah ini?"Dia berbicara dengan nada baik-baik seolah-olah menjelaskan kepada Tyara bahwa penghentian semua pekerjaan dan konsernya adalah kehendak Kakek. Apa yang bisa dia lakukan? Tentu saja, dia hanya bisa mematuhi tanpa berani membantah.Tyara tidak bisa berkata apa-apa lagi karena Kakek sangat penting bagi Boris. Dia tidak mungkin membantah keinginan kakeknya. Akhirnya, Tyara hanya bisa menahan kekecewaannya dan mengiyakan usulan Boris.Setelah berpikir lama, dia berkata dengan suara rendah, “Baiklah, aku akan mengikuti saranmu. Aku akan meminta maaf pada Zola.”Boris menjelaskan bahwa ji
Zola sama sekali tidak peduli bahwa panggilan telepon masih terhubung. Wajahnya tetap datar dan tenang saat dia menatap Boris tanpa ada sedikit pun perubahan emosi.Mata mereka saling bertemu, dan Boris bertanya dengan suara rendah, "Kamu nggak mau memaafkannya, jadi kamu ingin menuntut pertanggungjawabannya?"“Boris ….” Tyara yang mendengar ini langsung panik, bahkan lebih panik daripada ketika Zola mengatakan akan menggugatnya. Namun, sebelum dia sempat berbicara, Zola sudah memotongnya.“Benar, aku nggak ingin memaafkannya. Kalau setiap kesalahan bisa diselesaikan dengan permintaan maaf, lalu untuk apa ada polisi dan hukum?" kata Zola dengan tenang.Namun pandangannya tidak pernah lepas dari Boris. Dia memerhatikan lelaki itu dengan saksama dan tidak ingin melewatkan ekspresi atau perubahan sedikit pun di wajahnya.Sepertinya Boris tahu apa yang ada di pikirannya, bukan?Boris membiarkan dirinya ditatap oleh Zola. Dengan suara tetap tenang dia berkata, "Apa yang harus dilakukan agar
"Telingaku sampai bisa mendengar suara tamparan, pasti sakit sekali. Sungguh konyol sekali.”"Tyara selalu mengaku sebagai dewi polos, tapi ucapannya yang katanya untuk menasihati pasangan itu jelas-jelas sengaja bikin keributan!" "Kali ini aku dukung Zola. Benar-benar jangan terlalu sombong." Tyara melihat akun sosial medianya yang dihujani komentar, penggemarnya tidak berani bersuara karena komentar orang-orang lainnya. Melihat satu demi satu komentar yang merendahkan dirinya, Tyara hampir frustasi. Dia membanting ponselnya sambil berteriak, "Zola ini benar-benar ingin menghancurkan aku, ya?"Manajernya, Kak Lily juga ikut memasang raut serius dan berkata, “Tyara, sudah kubilang jangan sembarangan bicara. Sekarang harus bagaimana?”Bagaimana? Kita lihat saja nanti. Tyara tidak akan membiarkan Zola terlalu lama merasa bangga. Karena surat permintaan maaf dan kompensasi yang harus diberikan, Tyara akhirnya menjadi bahan tertawaan. Boris berniat memberinya pelajaran, jadi dia tidak me
Boris bertanya, “Kenapa keluarga korban ingin segera menguburkan para korban? Menurutmu apa alasannya?”Jesse tertegun sejenak. Setelah berpikir dengan serius, lelaki itu menjawab, "Kalau mereka hanya ingin korban tenang, kenapa nggak bersikeras sejak awal?""Iya, sekarang situasinya makin rumit dan mereka malah makin mendesak," kata Boris sambil menyipitkan mata.Tatapannya dingin dan datar. Dia berkata, "Bilang dengan pihak kepolisian bahwa saya ingin mengajukan permohonan autopsi. Morrison Group memiliki keraguan terhadap kasus ini, dan beberapa hal hanya bisa dijawab melalui pemeriksaan forensik."Jika tidak ada masalah, dia bersedia bekerja sama dengan keluarga korban, karena korban yang sudah meninggal dan harus dihormati. Namun, jika ada hal-hal yang mencurigakan, maka dia tidak bisa mengikuti permintaan mereka begitu saja.Jesse segera menghubungi pihak kepolisian, lalu kepolisian pun memberi tahu keluarga korban. Mendengar pemberitahuan ini, keluarga korban merasa sangat tidak
Setelah Jesse melapor ke polisi, mereka segera tiba di lokasi. Situasi sempat tegang, tetapi polisi menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan para keluarga korban itu melanggar hukum. Jika tidak bekerja sama maka akan ditahan. Akhirnya, kerumunan itu pun perlahan-lahan bubar dengan tidak rela dan juga takut.Meskipun orang-orang telah membubarkan diri, masalah ini justru makin panas di internet. Zola tentu saja sudah mengetahuinya. Karena kejadian kemarin, dia tidak pergi ke kantor dan sementara bekerja dari apartemen neneknya.Dia dan Jeni duduk di sofa sambil membaca berbagai komentar di internet. Ada satu komentar dengan jumlah suka yang tidak terlalu banyak, tetapi menarik perhatian Zola. Dengan kening berkerut, perempuan itu berkata,“Kamu bilang keluarga korban nggak mau kompensasi tapi juga menolak autopsi, tapi terus menuntut keadilan. Bukankah itu sedikit bertentangan?”“Memang aneh, tapi Boris seharusnya juga memikirkan poin ini, ‘kan?”Zola tidak menjawab, tetapi ekspresinya