Share

Bab 192

Author: Jus Pir
Kata-kata yang terlontar dari mulut Zola bagaikan bom yang tiba-tiba jatuh dari langit di era yang damai ini. Boris hanya mendengar seperti ada suara menggelegar di telinganya, yang cukup keras untuk membuatnya langsung diam tercengang.

Rahang Boris terlihat jelas mengeras. Matanya menatap Zola dengan dingin. “Aku anggap kamu sedang bad mood makanya kamu ngomong seperti itu. Tapi Zola, cukup sekali saja. Aku nggak mau dengar kata-kata itu untuk kedua kalinya.”

“Aku nggak sedang bad mood. Itu yang ada dalam pikiranku. Seharusnya aku beritahu kamu pada malam kita pulang ke rumah Kakek. Aku juga sudah bicara dengan Kakek. Kakek dukung keputusanku. Bukannya kamu juga selalu berharap kita bisa bercerai? Setelah kita bercerai, kamu bisa bersama Tyara. Bukannya ini yang kamu inginkan selama ini?”

Zola langsung membantah perkataan Boris. Jika suasana hatinya sedang buruk, Zola tidak akan menganggap perceraian sebagai permainan anak-anak atau sarana untuk melampiaskan emosinya. Raut wajah Zola
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 193

    Sepanjang hari itu Tyara sama sekali tidak bisa menghubungi Boris. Perasaan samar ini membuatnya merasa semakin tidak aman.Pukul sepuluh malam.Boris bersandar di sofa di ruang VIP klub. Jesse baru saja selesai menghadiri sebuah acara. Dia pun bergegas pergi ke klub, sekaligus melaporkan kepada Boris tentang masalah Tyara hari ini.“Pak Boris, Tyara nggak mau saya temani dia pergi menemui psikiater. Dia bersikeras mau Pak Boris temani dia. Dia juga mencoba hubungi Pak Boris.”Boris hanya melambaikan tangannya, sebagai isyarat kalau Jesse sudah boleh pergi. Setelah Jesse pergi, Tedy menatap Boris dengan mata menyipit sedikit, lalu bertanya, “Sebenarnya ada apa antara kamu dan Tyara? Kenapa sampai sekarang masih nggak jelas?”Boris tidak menjawab. Tedy berkata lagi, “Boris, sebenarnya apa yang kamu pikirkan? Hari ini Zola ke rumah sakit. Meskipun hanya untuk periksa kesehatan, tapi bisa saja kunjungan ke rumah sakit berikutnya, dia sudah hamil. Kalau dia sudah hamil, memangnya kamu akan

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 194

    “Mantan pacarnya. Dulu dia setuju menikah denganku hanya untuk buat pria itu menyerah.”Boris bersandar di sofa, lalu menghabiskan minumannya dalam sekali teguk. Setiap kali memikirkan pria itu, dia merasa sangat kesal. Zola terus mengatakan kalau semua keputusannya tidak ada hubungannya dengan pria itu. Zola bahkan mengatakan kalau dia telah melupakan pria itu, juga tidak akan pernah kembali kepada pria itu. Lantas, mengapa Zola bersikeras mau cerai? Jika alasannya benar-benar karena Tyara, kenapa pula sejak awal Zola sama sekali tidak merasa keberatan? Jadi, itu hanya alasan yang dibuat Zola.Suasana hati Boris menjadi kian buruk. Setiap kata yang dia ucapkan penuh dengan kekesalan, “Semua yang dia tunjukkan hanyalah alasan untuk kembali ke pria itu.”“Kamu pernah bertemu pria itu?” tanya Tedy.“Nggak.” Boris tidak ingin bertemu, sampai mati pun tidak ingin bertemu pria itu.“Bagaimana kalau kita cari tahu dulu siapa mantan pacarnya itu? Bisa-bisanya dia buat perempuan cantik sepert

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 195

    Setelah setengah jam perjalanan, mobil Tedy berhenti di bawah sebuah gedung apartemen. Saat ini sudah lewat tengah malam. Semua tempat sudah sepi.Tedy dan sopirnya membawa Boris keluar dari mobil, lalu memapahnya pelan-pelan ke dalam lift. Boris merasa pusing. Dalam kondisi linglung, dia berkata dengan suara serak, “Ini bukan Bansan Mansion.”“Kamu mau pulang ke Bansan Mansion dan tidur sendiri?” tanya Tedy sambil tertawa pelan.Boris mengerutkan kening, “Apa urusannya denganmu?”“Oke, bukan urusanku. Kalau begitu, aku antar kamu pulang ke sana?” Tedy menekan tombol lift, lalu menyeret Boris ke dalam lift. Dia sudah cari tahu lantai dan nomor unit saat masih dalam perjalanan ke sini.Lantai 18, unit 101.Setengah menit kemudian, pintu lift terbuka. Tedy memapah Boris ke depan pintu. Setelah itu, Tedy menekan tombol bel, lalu melihat ke arah Boris dan berkata, “Kalian berjodoh atau nggak, tergantung dia mau buka pintu atau nggak.”Baru saja Tedy selesai berkata, pintu di depannya terbu

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 196

    Zola tidak lagi bicara. Dia langsung berdiri hendak kembali ke kamarnya. Terserah Boris mau melakukan apa. Namun, baru saja Zola berdiri, dia bahkan belum mengambil langkah, tiba-tiba sebuah tangan besar meraih pergelangan tangannya.“Zola, kita suami istri. Di sini juga ada separuh tempatku,” kata Boris.Zola tidak berdaya, “Boris, aku sewa rumah ini dengan uangku sendiri.”“Zola, kamu sangat benci aku? Kenapa kamu begitu ingin bercerai?” tanya Boris dengan suara serak.Zola tertegun sejenak, berdiri diam mematung di sana. Jantungnya berdetak kencang seolah ada sesuatu yang menggerakkannya. Ada perasaan yang tidak terlukiskan.Bagaimana mungkin Zola membenci Boris? Justru karena dia khawatir dia tidak akan bisa membenci Boris, makanya Zola memilih pergi di waktu yang paling tepat. Namun, mengapa Boris tidak mau melepaskannya? Jelas-jelas Boris yang lebih dulu mengatakan kalau dia ingin bercerai.Zola mengatupkan bibirnya rapat, sambil berusaha mengendalikan emosinya. Sikap diam Zola m

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 197

    Zola menarik tangannya dan berencana untuk pergi. Namun, Boris memasang raut wajah cemberut dan berkata dengan kesal, “Kamu bantu aku.”“Boris, jangan berulah, oke?”Zola mengerutkan kening tidak senang. Boris juga tertegun sebentar, lalu wajah tampannya memancarkan kesedihan. Dia menunduk dan menatap Zola, lalu berkata dengan suara pelan, “Bantu aku mandi, ya?”Suara magnetis pria itu sangat mempesona, bisa meluluhkan hati orang, yang membuat Zola seketika berpikir sejenak. Sebelum Boris datang, Zola sudah tidur. Jadi dia hanya mengenakan piyama katun polos. Namun, pada dasarnya Zola sudah begitu cantik. Kulitnya putih dan berkilau. Dia tampak lebih cantik lagi di bawah cahaya lampu.Zola memejamkan mata. Seperti ada sesuatu di dalam hatinya yang membesar sedikit demi sedikit. Dia hanya menatap pria di depannya dengan tenang. Tepat ketika dia hendak bicara, Boris tiba-tiba menariknya ke dalam bathtub.“Kalau kamu nggak mau bantu aku, ayo kita mandi bareng,” kata Boris.Saat Zola sadar

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 198

    Zola berhenti sebentar, tanpa sadar mengerutkan kening sambil menatap pria itu. Kejadian di kamar mandi masih terpatri jelas dalam pikirannya. Oleh karena itu, dia langsung menolak tanpa berpikir, “Aku telepon Jesse, suruh dia ke sini.”Usai berkata, Zola langsung mengulurkan tangan hendak mengambil ponsel. Pada detik berikutnya, dia melihat Boris mengangkat tangan dan menarik kancing kemejanya. Satu per satu kancing jatuh ke lantai, menimbulkan suara yang terdengar jelas di kamar yang sunyi. Sesaat kemudian, Boris juga melepaskan kemeja itu dari tubuhnya.Zola melirik tubuh Boris. Tubuh berotot dengan garis otot yang terlihat jelas terpampang begitu saja di depannya. Selain itu, masih ada tetesan air di wajah tampan Boris, membuatnya terlihat seksi.Meskipun kata seksi lebih banyak digunakan untuk menggambarkan perempuan yang memiliki bentuk badan bagus. Saat ini, Zola merasa itu kata yang paling tepat untuk menggambarkan Boris. Zola berdehem pelan, lalu segera mengalihkan tatapannya.

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 199

    Boris mengalami demam tinggi karena berendam dalam air selama beberapa jam. Pikirannya menjadi linglung, dia tidak punya tenaga untuk berpikir. Dia hanya melirik Zola sebentar dan berkata, “Aku nggak mau ke rumah sakit.”Zola mengerutkan kening, “Kalau kamu nggak mau pergi ke rumah sakit dan biarkan demam tinggi begini terus, nanti otakmu rusak.”“Kenapa aku bisa demam?” tanya Boris.Zola langsung membisu. Boris berkata lagi, “Aku demam gara-gara kamu. Kalau begitu, kamu harus rawat aku sampai demamku turun. Zola, kita suami istri. Kalau suami sakit, istri yang harus jaga dia. Bagaimana menurutmu?”Zola hanya menghela napas tanpa suara, tidak sanggup berkata apa-apa. Karena Boris menolak untuk pergi, Zola juga tidak punya cara untuk mengusirnya. Bagaimanapun juga, pria itu demam memang karena kesalahannya. Zola bisa saja tidak merawatnya, juga bisa tidak membiarkan Boris datang ke apartemen. Namun karena Boris sudah berada di apartemennya, juga dalam kondisi mabuk, jadi Zola sudah seha

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 200

    “Aku akan tinggal di sini selama beberapa hari, sampai demamku turun sepenuhnya,” kata Boris dengan lantang.“Boris, jadi kamu nggak berniat tanya pendapatku dulu? Kamu langsung putuskan secara sepihak nggak peduli aku setuju atau nggak?”Lihat saja, Boris masih saja seperti ini. Zola merasa tidak berdaya, bahkan dia merasa lelah dengan sikap Boris.Boris justru berkata, “Zola, sekarang aku masih demam. Kamu tetap suruh aku pulang dan hidup sendiri? Siapa yang bisa tahu kalau tengah malam nanti aku demam lagi sampai nggak sadarkan diri? Atau kamu merasa nggak masalah kalau aku terkena infeksi yang sampai mengancam nyawa? Kalau benar begitu, aku akan pergi sekarang juga. Aku tahu sekarang aku sudah ganggu ketenanganmu. Jadi aku tinggal di rumah Kakek saja. Kalau Kakek tahu alasan aku demam, dia juga nggak akan salahkan kamu.”“Cukup.” Zola membentak tak berdaya untuk menghentikan Boris bicara lagi. Dia sungguh tak sanggup mendengarnya lagi. Boris hanya demam, bagaimana dia bisa terkena

Latest chapter

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status