Melihat mereka semua pergi, barulah dia memandang ke arah Yuna."Yuna."Yuna segera berjalan ke arah ayahnya dan berkata, "Ayah, beberapa hari ini banyak hal yang terjadi, aku belum sempat bicara dengan Grace. Aku ingin memberinya waktu untuk menenangkan diri dan beradaptasi dengan status barunya.""Baiklah.""Aku sudah menyuruh pengurus rumah untuk mengatur ulang rumah. Sudah dua tahun kamu nggak pulang, aku ingin setelah beberapa hari, ketika kondisimu stabil, kita pulang ke rumah untuk pemulihan. Dengan begitu, Tante Sofie nggak terlalu lelah."Yudha mengangguk dengan mantap, dia sangat ingin kembali ke rumah itu.Yuaris melihatnya seperti itu, dengan tangan kecilnya yang gemuk menyentuh wajahnya dan berkata, "Kakek, apakah kamu pulang untuk menikahi nenek cantik? Bolehkah aku menjadi pengiring pengantinmu?"Setelah mendengarnya, Yudha tersenyum.Kebahagiaan terpancar jelas di matanya.Pada saat itu, ponsel Yuna berdering. Melihat tampilan panggilan masuk, dia segera menekan tombol
Shelvi segera mulai akting berpura-pura gila, menangis sambil berlari ke sisi Wilis.Dia memeluk lehernya dan berkata, "Sungguh Kera Sakti, kakak senior, aku pikir aku nggak akan pernah bertemu denganmu lagi. Guru bilang kamu dibakar sampai mati oleh Raja Langit."Dia memeluk Wilis, sambil mencium dan memeluknya.Mengabaikan bom yang ada di bawahnya.Wilis tentu tahu bahwa ini adalah percobaan yang disengaja dari Jordan.Dia melihat keadaan Shelvi yang gila, dengan tatapan penuh kesedihan mengarah kepada Jordan."Apakah kamu yang membuatnya menjadi seperti ini? Bajingan kamu!"Menanggapi hinaannya, Jordan tetap tersenyum lembut dengan ekspresi yang tenang, suaranya juga lembut dan menyenangkan."Ayah, jangan marah. Kalau nggak hati-hati, 'boom', kamu dan dia akan mati bersamaan di sini."Wilis dengan lembut mengelus kepala Shelvi, berkata dengan suara lembut, "Shelvi, aku adalah ayahmu."Shelvi terus-menerus menggelengkan kepala, "Bukan, kamu adalah kakak seniorku. Di mana buah persik
Jordan kemudian menerima bidak catur itu.Dia akhirnya menemukan sebuah petunjuk setelah setengah hari menyelidikinya.Dengan sekali tarikan kuat, bidak catur itu terbelah menjadi dua bagian.Sebuah stempel terjatuh dari dalamnya.Itulah adalah stempel tanda kekuasaan Keluarga Pratama yang selama ini dia dambakan.Hanya dengan stempel ini, dia bisa menjadi penguasa sejati.Bagaimana pun juga, dia tak menyangka bahwa Wilis ternyata menyembunyikan barang itu di dalam sini.Dia tertawa bengis seraya berkata, "Sudah kuduga, kamu memang sangat licik. Aku sudah mencari begitu lama, tapi masih saja nggak ketemu, rupanya malah ada di sini. Lalu, di mana barang yang satunya lagi?"Wilis berpura-pura bodoh dan berkata, "Aku nggak tahu apa yang kamu maksud dengan barang yang satunya lagi itu."Jordan kemudian menatapnya dengan sengit dan berkata, "Batu Zamrud yang dibawa ibuku, di mana kamu menyimpannya?""Aku nggak tahu. Lagi pula, barangnya juga nggak berharga. Jangan-jangan, barang itu punya a
Sesampainya di rumah, Shelvi buru-buru melepas tusuk rambut peraknya dan menyerahkannya kepada Hans.Hans mengeluarkan alat penyadap kecil dari tusuk rambut perak itu, kemudian meletakkannya di atas sebuah peralatan profesional.Percakapan antara Wilis dan Jordan seketika terdengar dalam ruangan.Saat mendengar kalimat terakhir, Hans langsung menekan tombol jeda."Dia menatap Shelvi seraya berkata, "Kata-kata kakek sepertinya punya makna yang lebih dalam. Menurutku, ada orang yang lebih kuat di balik Jordan."Shelvi segera menjelaskan setelah mendengar ucapannya, "Jordan mendapat panggilan dari luar negeri. Dia sangat menghormati orang itu dan bahkan memanggilnya 'Tuan'. Ini nomor telepon orang itu."Shelvi telah menulis nomor itu di atas selembar kertas, kemudian dia memberikannya kepada Hans."Melihat nomor itu, Hans berkata dengan yakin, "Nomor ini dari Negara Mandapura dan bukan nomor sembarangan. Bisa jadi nomor ini memang orang yang mengendalikan Organisasi Blackgo.""Jadi, kita
Yanuar menatap bibir Zanny yang pucat sambil berkata, "Aku akan mencobanya."Setelah itu, dia menunduk dan menyesap sedikit obat itu.Lalu, dia memegang dagu Zanny dan membuka gigi Zanny dengan ujung lidahnya perlahan.Dia memasukkan obat tradisional itu ke dalam mulut Zanny perlahan-lahan.Setelah melakukannya, dia tak langsung melepaskannya.Dia justru terus menutup mulut Zanny dengan bibirnya agar obat itu tak mengalir keluar.Dia baru berpindah posisi ketika telinganya mendengar suara "Gluk".Setelah tak mampu tersenyum selama beberapa hari, kini dia memandang Zanny dengan sudut bibir sedikit terangkat.Yanuar berkata dengan parau, "Zanny, kamu memang licik. Minum obat saja harus kusuapi langsung. Saat bangun nanti, kamu pasti akan meminta pertanggung jawabanku."Selanjutnya, dia kembali menyesap obat itu sedikit demi sedikit ke dalam mulutnya.Pada akhirnya, semua obat tradisional dalam cangkir itu pun berhasil diberikan.Hati keduanya seketika merasa sedikit lega.Tepat pada saat
Pernyataan Yuna tidak hanya membuat Luna tidak berkutik, tapi juga membuat Yanuar terkejut.Dia menatap wajah Luna yang pucat dengan tatapan suram.Luna tersenyum dengan kaku, dia berkata, "Pengacara Yuna, aku dan Dokter Yanuar hanya rekan kerja, jangan berpikir berlebihan."Yuna tersenyum tipis, lalu berkata, "Aku dengar waktu itu Dokter Luna memanfaatkan relasi dan meminta untuk dipindahkan ke Departemen Kardiologi demi bekerja di departemen yang sama dengan Dokter Yanuar. Aku rasa kamu sengaja melakukannya karena ingin bersama dengannya.""Nggak, aku memang suka bekerja di departemen itu."Menghadapi pertanyaan Yuna yang menyudutkannya, Luna mengepalkan tangannya erat-erat.Siapakah Yuna?Dia adalah pengacara handal yang bisa membuat penjahat tak berkutik sampai memohon ampun di pengadilan.Kata-kata yang terlontar dari mulutnya bisa menjebak dan membuat keok lawan bicaranya.Luna tidak mau masuk dalam perangkap Yuna, dia segera mencari alasan dan berkata, "Aku masih harus mengopera
Setelah berbicara, Yuna langsung membuka pintu bangsal dan memberi isyarat pada Yanuar untuk keluar.Tatapan Yanuar terlihat suram, dia melirik Zanny sebelum akhirnya melangkahkan kakinya keluar dari bangsal.Setelah pintu bangsal tertutup kembali, Yuna duduk di samping kasur Zanny dan menarik tangan sahabatnya itu, lalu berkata, "Zanny, jangan khawatir. Aku akan pastikan kamu baik-baik saja. Aku juga nggak akan membiarkan orang yang sudah menyakitimu berleha-leha di luar sana."Yuna menjaga Zanny di rumah sakit selama seharian. Saat hari sudah menjelang malam, tiba-tiba Maggie meneleponnya."Yuna, apa hari ini kamu punya waktu?""Ada apa, Kak Maggie?""Kakek Yono wafat, apa kamu bisa membawa Yuaris kemari untuk memberi penghormatan terakhir pada beliau?""Oke, aku akan segera membawa Yuaris ke sana."Yuna lantas membawa Yuaris ke kediaman Keluarga Yuliadi.Yono Yuliadi, kakek Xena meninggal di usia 96 tahun, bisa dibilang bahwa beliau meninggal dengan tenang dan bahagia.Tidak ada yan
Yuna pernah melahirkan, tentu saja dia tahu penyakit semacam itu.Jika penyakitnya sudah parah, janin perlu digugurkan.Tapi Yacob dan Yuaris tidak menderita penyakit jantung.Sebenarnya apa yang terjadi?Yuna menatap foto USG berwarna itu dengan takjub.Melihat ekspresi Yuna yang lain dari biasanya, Axel memiringkan kepalanya dan berkata, "Tante terkejut karena mereka berdua terlalu jelek?"Yuna tertawa dan membelai rambut Axel, lalu berkata, "Semua bayi memang seperti ini waktu masih berada di dalam perut ibu, sekarang mereka berdua sudah sangat tampan.""Tapi Yuaris begitu benci foto ini dan nggak mau mengakui kalau ini memang fotonya. Dia memang aneh. Kalau bayi di dalam foto ini bukan dia, terus dari mana Ibu mendapatkannya? Memungutnya dari tempat sampah? Hahaha!"Dia tertawa sambil memeluk leher Yuna.Yuna tidak terlalu memedulikan candaan Axel.Yuaris mempunyai sifat perfeksionis, wajar saja dia berpikiran seperti itu.Hanya saja foto USG empat dimensi yang dipegangnya itu memb
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper