Wano membaca hasil tes DNA itu beberapa kali dengan teliti.Wano menatap cukup lama kalimat terakhir pada hasil tes DNA, yang bertuliskan 'terbukti punya hubungan ibu-anak'.Wano adalah anak kandung Shelvi, bukan Vina.Seketika Wano merasakan rasa sakit yang menusuk tajam hatinya, hingga membuat matanya memerah.Wano memeluk Yuna lalu berkata dengan suaranya yang tercekat."Aku bukan anak Vina, Shelvi adalah ibuku, Yuna. Kita nggak punya lagi dendam ibuku yang membunuh ibumu."Yuna merasa sedih ketika mendengar ucapan Wano.Yuna tahu meskipun dirinya sudah memaafkan Wano dan tidak menyalahkannya tentang itu, tapi jauh di dalam lubuk hati pria itu, dia masih merasa bersalah.Yuna mengusap lembut kepala Wano dan berkata dengan nada lembut, "Sekarang kebenarannya sudah terungkap, kamu nggak perlu lagi merasa bersalah tentang itu. Kita harus menyelamatkan tante Shelvi, dia sudah menderita banyak selama bertahun-tahun, dan kita nggak boleh membiarkannya sampai celaka."Wano menganggukkan ke
Yogi menghapus air matanya ketika melihat Wano yang begitu sedih."Keluarga Lasegaf kita yang bersalah pada Yuna, sejak awal dia menderita begitu banyak karena Vina, dan sekarang keluarganya juga ikut terlibat akibat Keluarga Lasegaf.""Ayah merasa bersalah pada Yuna kalau sampai terjadi lagi hal buruk padanya atau bayi kalian. Kupikir seumur hidupmu pasti nggak akan bisa memaafkan dirimu sendiri.""Pikirkan dengan baik Wano. Buatlah keputusan demi Yuna dan bayi kalian."Wano keluar dari mansion lama ketika jam sudah menunjukkan pukul 1 subuh.Hanya ada sedikit kendaraan di jalanan pada jam seperti ini.Entah sejak kapan rintik hujan sudah turun.Rintikan hujan turun mengenai kaca jendela mobil seperti jatuh mengenai hati Wano.Membawa gelombang kesejukan.Wano berdiri di bawah tangga lalu melihat kamar yang ada di atas, dirinya merasa ragu untuk naik.Wano takut melihat tatapan memelas Yuna dan mendengar kalimatnya yang menenangkan.Akhir-akhir ini, Yuna juga ikut mengkhawatirkan masa
Keesokan harinya, Yuna membuka matanya dan melihat Wano sudah tidak ada di sisinya.Yuna sepertinya mulai terbiasa dengan hari-hari tanpa kehadiran Wano.Yuna tahu banyak yang harus dilakukan oleh Wano, dan pria itu juga mengalami banyak kesulitan.Yuna tahu jelas bahwa Wano sedang ragu-ragu untuk memilih berpisah dengannya.Setelah tinggal bersama selama 3 tahun lebih, tidak mungkin Yuna tidak bisa menebak jalan pikiran Wano.Melihat situasi saat ini, Wano tidak bisa menyerang balik secara langsung demi keamanan kakek Pratama dan tante Shelvi.Wano hanya bisa mundur untuk sementara, mencari kesempatan yang tepat, dan mendobrak dalam satu kali serangan.Jordan khawatir Wano akan melakukan serangan balik, jadi dia membiarkan kekuatan asing untuk menekan kekuatan di belakang Wano.Dan itu membuat Keluarga Yuna ikut menderita bersamanya.Selama Yuna berpisah dengan Wano, dan Keluarga Sudrajat serta Saradan tidak lagi bertarung di sisi Wano, maka mereka bisa menghindari bencana itu.Tapi a
Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Saat melihat punggung pelayan itu, Yudha menatap Yuna dengan sedih."Yuna, Ayah tahu sekarang kamu pasti sangat sedih, tapi Wano juga pasti merasakan hal yang sama, 'kan? Mungkin sebaiknya kalian berpisah untuk sementara waktu."Air mata yang dibendung Yuna sejak tadi akhirnya jatuh dan membasahi pipinya."Ayah, kita sudah melewati banyak kesulitan, kenapa kita masih harus menghadapi kekacauan ini? Jangan-jangan, apa yang dikatakan Master Solan itu benar? Kalau pesta pernikahan kami belum diselesaikan, kita akan terus menghadapi kesulitan?"Yudha memeluk dan menghibur Yuna. Dia berkata, "Badai pasti berlalu, masalah kali ini memang agak berat. Sehebat apa pun Wano, dia nggak akan mampu melawan begitu banyak grup konglomerat Negara Eskia di waktu yang sama."Yuna mendongakkan kepalanya dan berkata, "Ayah, kalau kita semua meninggalkan Wano, dia pasti jadi lebih sedih, 'kan? Bagaimana dia bisa menolong tante Shelvi dan Kakek?"Yuna tidak b
"Baik, saya pergi sekarang juga," kata Zakri."Masalah ini nggak bisa disepelekan, ini menyangkut rahasia negara. Mereka bisa saja menuduhmu tanpa dasar, apa kamu yakin kamu bisa menolongnya?" Yanuar mencoba mengingatkan."Aku memang nggak yakin, tapi aku nggak bisa membiarkannya begitu saja.""Kalau kamu pergi, bagaimana dengan Yuna? Sebentar lagi dia akan melahirkan, kamu nggak akan membiarkan dia melahirkan tanpa didampingi kamu, 'kan?"Wano mengernyitkan alisnya setelah mendengar perkataan itu."Setelah urusan ini selesai, aku akan segera pulang, suruh Zanny untuk menemani Yuna."Wano pulang dengan terburu-buru, Yuna sedang berjalan santai dengan Bonbon di halaman rumah.Wano terenyuh saat menatap Yuna yang terlihat kesepian.Dia juga tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi pada Wendy, dia bahkan tidak tahu sampai kapan dirinya harus pergi.Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Yuna saat dia tidak ada di sampingnya.Saat memikirkan hal itu, Wano mengepalkan tangannya dengan kuat
Wano bahkan tak bisa bernapas akibat rasa sakit itu.Dia segera memegangi dadanya dan membuka sebotol air sambil meminumnya. Tetapi, rasa sakit itu bahkan tak berkurang sedikit pun.Zakri yang melihat Wano seperti itu langsung segera bertanya dengan khawatir, "Pak Wano, apakah Anda merasa nggak enak badan? Apakah ingin pergi ke rumah sakit?"Wano melambaikan tangannya dan berkata, "Nggak perlu. Sebentar lagi juga akan membaik."Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil memejamkan mata dan istirahat.Namun, rasa sakit itu tidak berkurang sedikit pun, melainkan justru bertambah parah.Bahkan, pikirannya dipenuhi bayangan-bayangan buruk.Seluruh tubuh Yuna yang bersimbah darah sedang tergeletak di atas tanah.Wano tiba-tiba saja langsung bangun terduduk di kursinya dan berteriak, "Yuna!"Zakri langsung bertanya pada Wano, "Pak Wano, pesawat ini baru lima menit yang lalu lepas landas. Kalau Anda masih ada urusan, kita masih bisa segera mendarat."Wano tampak ragu, tapi setelah itu dia berk
Mobil Wano melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah.Pada saat yang sama, dia menerima telepon dari Xena, "Wano, detak jantung bayi sudah nggak ada. Maggie perlu segera melakukan operasi, tolong bantu aku menghubungi dokter anak.""Baik, segera."Baru saja dia selesai menelepon dokter anak dan pada saat yang sama dia mengangkat mata, dia justru mendengar suara yang memekakkan telinga.Jantungnya terasa berdegub kencang.Dia segera melihat ke arah suara itu berasal.Seketika terlihat asap putih membubung tinggi ke atas.Suara itu kebetulan terdengar dari arah vila.Pada saat itu, Wano tidak tahu bagaimana menggambarkan suasana hatinya saat ini.Terkejut, ketakutan, tidak dapat menerima hal itu.Rasanya seperti ada bola kapas yang tersangkut di lehernya. Dia ingin bicara tapi tak dapat bicara.Zakri yang melihat di depan menyadari akan bahaya itu.Dia segera berkata, "Pak Wano, di sana sepertinya terjadi ledakan. Lokasinya terlihat berasal dari vila."Mobil mereka masih berjarak beber
Bunga yang berada di taman itu pun hancur akibat ledakan itu.Selain polisi, terdapat petugas medis di taman itu.Wano segera menghampiri tandu ambulans itu dengan suara menjerit."Yuna!"Mendengar suara itu, Yanuar pun segera berlari menuju Wano dan menghadangnya.Suara Yanuar terdengar serak, "Yuna mengalami pendarahan dan nggak sadarkan diri. Yuna seharusnya baik-baik saja, tapi Paman Yudha mengalami cedera yang cukup serius. Kepalanya terluka dan dua orang pengawal itu juga terluka parah.""Wano, kamu harus kuat karena Yuna masih menunggumu."Wano menjerit, "Yuna di mana?""Dia di sana. Dokter spesialis kandungan sedang melakukan pertolongan pertama. Dia harus segera dilarikan ke rumah sakit sekarang juga."Belum juga Yanuar menyelesaikan perkataannya itu, Wano sudah bergegas pergi menuju ambulans."Yuna, Yuna!"Suara Wano semakin lama terdengar serak.Sepertinya seluruh kekuatan yang ada di tubuh Wano sudah habis.Wano benar-benar terkejut hingga mundur beberapa langkah. Dia melih
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper