Yuna berbicara dengan suara selembut rintik hujan.Dia tahu Zanny memiliki tekad yang kuat dan sedikit sombong.Dari sudut pandang orang luar, nampaknya Zanny memiliki perasaan terhadap Yanuar.Dia pasti sudah sering tidur dengannya.Zanny bukan orang yang mudah tergoda.Yuna tidak mengerti apa yang dipikirkan Zanny.Mendengar perkataannya, Zanny tersenyum tipis, "Baiklah, jangan khawatiri aku, fokuslah mengurus anak angkatku. Dua bulan lagi dia akan lahir, aku akan membantumu menyiapkan perlengkapan persalinan."Demi keamanan, Wano tidak mencarikan pelayan untuk Yuna.Ada beberapa hal yang kurang diperhatikan oleh Yudha, sebagai seorang pria tua.Setiap kali Zanny datang, dia selalu membawa beberapa perlengkapan bayi.Dua orang sedang berada di ruang tamu. Satu orang memegang ponsel dan membacakan daftar, sedangkan orang lainnya memasukkan barang-barang ke dalam tas persalinan.Sangat kompak.Wano masuk ke dalam ruangan dan melihat pemandangan seperti ini.Dia merasa sedih.Jika bukan
Mendengar kabar ini, Wano seketika mengerutkan keningnya.Awalnya, dia ingin menggunakan barang peninggalan kakek dan neneknya, lalu melakukan Tes DNA untuk membuktikan siapa Vina yang asli.Namun, jalan keluar yang baru saja dia temukan, langsung hancur oleh berita ini.Dia mengusap alisnya seraya bertanya dengan suara yang dalam, "Apa berita ini sudah dipastikan?""Tentu saja, nenekmu waktu itu melahirkan bayi yang sudah mati. Dia takut kakekmu akan mengusirnya dari rumah kalau tahu, jadi dia mengadopsi Vina dari panti asuhan dengan bantuan tetangga. Kakekmu nggak pernah mengetahui hal ini sampai dia meninggal."Mendengar hal itu, Wano hanya menggumam "Hmm" dengan datar, "Aku akan cari cara lain untuk menyelidikinya."Yogi menghela napas dan berkata, "Kalau benar ada dua Vina, seberapa mirip mereka sampai aku bahkan nggak bisa membedakannya.""Rencana ini pasti sudah disusun sejak lama. Karena berani mengirim orang itu ke sisi Ayah, mereka pasti sudah mempersiapkan segalanya. Mulai d
Zanny tersenyum getir, "Kami nggak ada hubungan apa-apa, kok. Aku nggak akan pernah mau bersamanya seumur hidupku.""Kalau dia memang serius, apa kamu nggak mau mempertimbangkannya?""Kapan kamu pernah lihat dia serius? Dia selalu santai dan cuek. Siapa pun yang akan bersamanya pasti akan mendapat sial."Zanny meletakkan masakan di atas meja, lalu mengelap tangannya sambil berkata, "Sudahlah, jangan ngomongin dia lagi. Menyebut namanya saja bisa membuatku kehilangan selera makan. Paman Yudha sudah repot-repot memasaknya, nih."Yudha keluar dari dapur dengan membawa semangkuk sup, kemudian dia berkata sambil tersenyum, "Biarkan saja cinta mengalir dengan alami, jangan memaksanya. Ayo makan dulu saja."Seusai makan, Wano membawa Yuna ke lantai atas untuk tidur siang.Setelah Yuna tertidur, dia langsung menuju penjara dengan membawa kalung itu untuk menemui Vina.Saat melihatnya, Vina tampaknya tidak terkejut sama sekali.Vina kemudian berkata seraya tersenyum sinis, "Oh, jadi kamu mencar
Detak jantung Wano mulai kembali normal secara perlahan setelah memikirkan kemungkinan ini.Dia menatap Vina tajam dengan wajah datar, "Di mana desain itu sekarang?"Vina tersenyum tipis, "Di hatiku.""Kamu pasti sudah merusaknya, 'kan?""Memangnya bagaimana menurutmu?"Dengan tingkah agresif Vina, dia yakin bahwa apa yang terjadi sekarang sesuai dengan dugaan lawan.Melihat keangkuhan Vina, Wano menyadari bahwa ini adalah sesuatu yang telah mereka persiapkan sejak awal.Setelah keluar dari penjara, dia membawa kalung itu dan mencari Shelvi.Dia kembali mendapatkan gambar yang persis dengan milik Vina.Bahkan, gaya menggambar keduanya pun sama persis.Melihat kedua gambar tersebut, membuat Wano benar-benar kebingungan.Dia yakin bahwa ada sesuatu yang pasti dia lewatkan, sebuah hal penting yang harus ditemukan untuk membuat kemajuan dalam kasus ini.Tepat pada saat itu, ponsel Wano berdering. Dia segera menjawab panggilan itu setelah melihat siapa yang menelepon.Suara Zakri terdengar
Wano berkata dengan parau, "Baiklah, pokoknya kita harus meminimalkan kerugian. Jangan sampai Keluarga Saradan dan Keluarga Sudrajat terseret."Hans menatapnya sesaat, "Mereka sudah terkena dampaknya, saham Grup Sudrajat dan Grup Saradan mengalami penurunan maksimal sejak pagi tadi.""Semua berita tentangmu dan Yuna sudah menyebar di internet. Keluarga Sudrajat dan Keluarga Saradan yang menjadi keluarga Yuna, juga mendapat banyak kritikan pedas dari para pengguna internet.""Apalagi, Yudi dan Mahen langsung menyatakan dukungannya kepada Grup Lasegaf, jadi semuanya langsung terlibat masalah ini.""Proyek-proyek lain juga membatalkan kerjasama dengan mereka karena kejadian ini. Kerugian dari kedua pihak kalau digabung bisa lebih dari puluhan triliun."Wano mengernyitkan keningnya seraya berkata serius, "Bagaimana caranya agar mereka nggak terlibat jauh?"Hans menyipitkan mata dengan kilatan tajam, "Kamu dan Yuna adalah suami istri, pasti ada yang sengaja membuat masalah ini. Tujuan merek
Saat Yuna membuka mata, dia melihat Wano tengah duduk di tepi tempat tidur seraya menatapnya tanpa berkedip.Matanya memancarkan rasa cinta yang mendalam.Bagian bawah matanya memerah, dengan kelopak mata menghitam.Yuna mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi Wano dengan lembut. Suaranya terdengar parau karena baru saja bangun tidur."Apa kamu nggak tidur semalaman?"Wano tersenyum seraya mencium punggung tangan Yuna, "Kita sudah lama nggak bertemu. Aku sangat merindukanmu sampai nggak bisa tidur."Sebagai mantan pengacara, Yuna bisa menangkap setiap gerak-gerik petunjuk dengan cepat.Dia dan Wano memiliki masa depan yang panjang untuk bersama, jadi mana mungkin mereka tak bisa tidur hanya karena tidak berjumpa beberapa hari.Yuna pun bangkit dari tempat tidur dan menarik kerah Wano kuat-kuat.Dia menatap Wano dengan mata memerah dan berair."Wano, berapa kali harus kubilang? Nggak peduli apa pun yang terjadi, kita nggak boleh berpisah. Apa kamu sudah berubah pikiran?""Yuna."Wano me
Wano segera menarik Yuna ke belakangnya dan menendang kursi roda Qirana dengan kakinya.Tendangan ini membuat kursi roda Qirana terbalik seketika.Qirana terjatuh dari kursi rodanya dan berguling-guling di lantai.Dia merintih kesakitan sambil tergeletak di lantai.Wano buru-buru menoleh ke arah Yuna di belakangnya dengan wajah cemas, "Yuna, apa ada yang sakit?"Yuna menggelengkan kepala, "Nggak ada, aku cuma terkejut, jadi bayinya juga agak terkejut.""Ayo ke dokter lagi untuk memeriksanya.""Nggak perlu, dia pasti bisa menangani sedikit kejutan ini. Lebih baik kamu lihat Qirana saja."Qirana sudah ditangkap oleh para pengawal di belakangnya.Dia duduk di kursinya lagi tanpa bisa berkutik.Wano berjalan mendekat, lalu membungkuk dan menatapnya.Dia menatap Qirana tajam seraya berkata dengan tanpa belas kasihan."Qirana, apa kamu tahu kenapa aku repot-repot membiayai pengobatanmu? Itu karena kamu belum bertanggung jawab atas kesalahan yang kamu perbuat. Sekarang kondisimu sudah baikan,
Seusai mengatakannya, dia langsung memeluk Qirana begitu erat. Air matanya telah mengaliri pipinya.Dia kemudian berkata dengan terisak, "Qirana, kenapa kamu bisa jadi begini? Ini semua salah Ibu. Ibu yang sudah membuatmu seperti ini."Sampai saat ini, Qirana masih menolak untuk mengakui Vina sebagai ibunya.Qirana pun mendorongnya dengan keras sambil berkata, "Pergi sana, kamu bukan ibuku!""Qirana, mau mengakui atau nggak, aku tetap ibumu. Tenang saja, mulai sekarang aku akan merawatmu dan nggak akan membiarkanmu menderita."Beberapa hari kemudian.Wano menerima telepon dari penjara yang mengatakan bahwa Vina ingin bicara dengannya.Mata Wano sedikit terbelalak dibuatnya.Tampaknya, taktiknya sangat efektif. Qirana memanglah titik lemah Vina.Demi Qirana, Vina yang selama ini enggan mengungkap kebenaran, kini akhirnya mulai bicara.Wano dan Xena berkendara bersama menuju penjara.Begitu Vina melihatnya, air matanya pun langsung mengalir."Wano, aku akan beritahu apa pun yang mau kamu
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper