Setengah jam berlalu dan api sudah berhasil dipadamkan, tapi masih belum ada kabar mengenai Wano.Kondisi Keluarga Lasegaf sangat kacau.Sambil menahan rasa sakitnya Marisa berjalan ke sisi Yuna dan memegang tangannya, "Jangan takut Yuna, kamu masih menantu kami apa pun yang terjadi pada Wano."Bagaimana mungkin Yuna tidak mengerti maksud dibalik perkataan Marisa.Yuna berpura-pura tenang dan berkata, "Wano nggak akan mati nek, dia berjanji padaku akan selalu bersama bayi kami, aku percaya dia masih hidup."Marisa akhirnya tidak bisa menahan tangisnya ketika melihat Yuna yang seperti ini, air matanya turun ke pipinya.Marisa menepuk tangan Yuna lalu berkata, "Ya, mari kita tunggu Wano sama-sama."Menit demi menit berlalu dan tenangnya langit malam perlahan memunculkan cahaya.Petugas pemadam kebakaran masih mencari di antara reruntuhan gedung merah.Berita di internet masih populer dan semua orang menunggu waktu ketika Wano ditemukan.Siaran langsung dipenuhi doa orang-orang untuk Wano
Wano yang tidak pernah memberikan respons apa-apa, tiba-tiba menggerakkan jarinya perlahan dan diikuti oleh pergerakan bola matanya beberapa kali.Dokter segera berkata, "Masih ada tanda kehidupan, segera bawa dia ke rumah sakit untuk penanganan."Seluruh Keluarga Lasegaf bernapas lega mendengar kabar itu.Yogi melihat Yuna dengan matanya yang basah, "Jangan khawatir Yuna, aku akan menemukan dokter terbaik untuk mengobati Wano."Yuna mencoba menenangkan dirinya dengan mengepalkan tangannya kuat-kuat."Aku akan pergi ke rumah sakit bersama Wano, paman harus menangani situasi di rumah, cari tahu siapa yang memberikan bensin pada Vina serta merusak jaringan pipa gas. Aku yakin menangkap orang itu akan membawa kita pada dalang dibalik semua ini."Yogi mengangguk-angguk puas ketika melihat Yuna masih bisa berpikir jernih dalam situasi seperti ini."Kamu benar-benar pantas jadi menantu Keluarga Lasegaf. Jangan khawatir, aku akan menangani semuanya. Aku akan minta seseorang menemanimu."Seten
Dokter memberikan Yuna baju operasi, kemudian dia membawa Yuna masuk ke dalam ruang UGD.Hati Yuna yang tegang terasa pilu begitu melihat berbagai alat medis dipasangkan di tubuh Wano.Dia mengepalkan tangannya begitu kuat sampai-sampai tusukan kukunya bahkan tak terasa.Dia berjalan perlahan menghampiri Wano, kemudian memegang erat tangan Wano.Suaranya terdengar lembut dan tenang, "Wano, beberapa hari lagi usia kandunganku akan genap dua bulan. Dokter mengatakan, saat kandunganku berusia dua bulan, kita sudah bisa mendengar detak jantungnya. Apakah kamu nggak ingin merasakan kehadiran bayi kita?"Dia secara perlahan dan lembut meletakkan tangan Wano ke atas perutnya. Dia membiarkan Wano dapat merasakan kehangatan dan kehadiran bayi mereka.Dia melirik ke arah alat monitor jantung yang tidak menunjukkan pergerakan apa pun. Lalu, dia berkata, "Suamiku, beberapa bulan lagi, kita bisa merasakan bayi kita bergerak di dalam perutku. Aku dengar, rasanya itu sungguh luar biasa. Apakah kamu n
"Hanya saja, aku membuatmu berada dalam kesulitan ketika aku melakukan hal itu. Demi hasil yang meyakinkan, kamu hanya bisa tinggal di rumah sakit menemaniku. Apa tubuhmu kuat melakukan hal itu?"Yuna menggelengkan kepalanya, "Nggak masalah. Saat Ayahku berada di rumah sakit, aku juga selalu menemani dia dan bayi kita nggak ada masalah, bukan? Sebentar lagi aku akan suruh orang yang berada di luar untuk masuk ke dalam dan menjelaskan sebentar."Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, "Selama periode itu, aku akan sangat menyusahkanmu dan anak kita. Ketika masalah ini sudah terselesaikan, aku akan membawa kalian untuk pergi dari sini dan menjalani hidup dengan baik."Kemudian, mereka berdua berdiskusi bagaimana cara untuk dapat melaksanakan rencananya itu. Setelah itu, Yuna berjalan keluar dari ruang UGD.Semua orang tampak mengelilingi Yuna saat melihat dia berjalan keluar.Matanya yang memesona masih tampak sembab itu menunjukkan rasa sakit yang tak dapat disembunyikan."Yuna, bagaim
Saat mereka sedang bersedih dan tiba-tiba mendengar suara itu, tentu mereka gemetar ketakutan.Semua mata tertuju pada Wano.Mereka melihat Wano sedang menatap mereka dengan sorot mata yang tajam dan muram."Brengsek! Ada mayat hidup!" Yanuar yang pertama berteriak. Dia bergegas memeluk Zanny dan menutup kedua matanya.Yudi tampak tidak mempercayai ini semua. Dia mengulurkan tangan ke bawah hidung Wano dan ketika dia merasakan hembusan napas hangat yang menerpa tangannya, dia terkejut sekaligus juga bahagia."Bukan mayat hidup! Tapi, dia memang hidup. Sudah aku katakan, dia nggak mungkin lepas tanggung jawab terhadap istri dan anaknya."Wano menepis tangan Yudi. Dia berkata dengan suara serak dan mencemooh."Singkirkan tangan kotormu itu! Kamu mungkin nggak bisa membakarku sampai mati, tapi kamu bisa membunuhku karena kehabisan napas!"Melihat Wano baik-baik saja, semua orang pun tampak bernapas lega.Zanny melepaskan tangan Yanuar yang menutup kedua matanya dengan marah, "Kenapa kamu
Yanuar mengerutkan kening dan menatap dia, "Dia itu lumpuh, kamu menangis untuk apa? Dia juga bukan suamimu, mungkin orang yang nggak tahu akan mengira bahwa kalian berdua itu berselingkuh."Kata-katanya itu penuh dengan kecemburuan.Zanny pun tidak tahan untuk tidak menendangnya kembali, "Yanuar, apa kamu akan mati kalau kamu nggak berbicara? Bibirmu itu pantas untuk dipukul. Bagaimana kamu itu bisa hidup? Kenapa nggak ada orang yang memukulmu hingga mati."Yanuar tersenyum nakal, "Kalau aku mati, nggak akan ada orang yang bisa membuatmu marah. Apa kamu nggak akan kasihan?"Zanny benar-benar marah hingga ke ubun-ubun.Dia merasa bahwa dia memang ditakdirkan untuk tidak cocok dengan pria brengsek itu.Dia melotot pada Yanuar dan terkekeh pelan, "Apa aku sudah gila? Kenapa aku harus kasihan padamu?"Setelah berkata hal itu, dia berjalan ke samping Yuna dan menarik tangannya sambil berkata, "Yuna, kamu tenang saja. Aku pasti bekerja sama untuk bersandiwara dengan baik dan membuat orang-o
Luna menatap Yanuar dengan putus asa.Yanuar merasa gelisah hingga tanpa pikir panjang dia pun berkata, "Naik ke mobil."Setelah mendapatkan jawaban itu, hati Luna berdebar kencang.Tangannya gatal ingin segera membuka pintu mobil itu.Saat dia hendak duduk, Yanuar berkata, "Duduk di belakang."Luna terdiam sejenak, kemudian dia tertawa sambil berkata, "Kamu lupa? Aku bisa mabuk darat kalau duduk di belakang. Kamu pasti sudah tahu hal itu sejak kita masih kuliah dulu 'kan?"Sorot mata Yanuar hanya tertuju pada Zanny dan tak sekali pun dia menatap Luna.Ketika dia melihat Zanny yang tertatih-tatih sudah sampai di depan gerbang rumah sakit dan hendak memanggil taksi, dia segera berkata, "Cepat naik."Dia langsung menginjak gas untuk pergi bahkan sebelum Luna duduk dengan benar.Luna sangat ketakutan. Dia langsung memegang erat sandaran tangan yang ada di mobil itu dan menatap Yanuar dengan marah, "Kak, pelan dikit. Aku bisa mabuk darat."Sepertinya, Yanuar sama sekali tidak mendengar per
Tempat hiburan yang sering dikunjungi olehnya adalah bar atau klub malam.Memikirkan alasan itu saja sudah membuat hati Luna berdetak lebih cepat.Wajah Luna terasa sedikit panas.Hanya saja dalam beberapa detik kemudian, dia mendengar Yanuar berkata, "Di depan sana ada halte MRT. Kamu turun di sana saja karena aku masih ada urusan."Setelah berkata hal itu, dia menginjak rem dan membuka kunci mobil. Dia memberikan isyarat pada Luna menggunakan kepalanya agar dia membuka pintu dan turun dari mobil.Luna langsung terbangun dari mimpi indahnya dan kemudian menggertakkan gigi.Luna tersenyum kaku, "Baiklah. Kak, hati-hati ya."Dia dengan enggan turun dari mobil dan menatap kepergian Yanuar yang langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan perpisahan padanya.Dia benar-benar sangat marah. Sorot matanya yang lembut langsung berubah menjadi dingin.Yanuar melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak sampai sepuluh menit dia sudah berhasil mengejar mobil Zanny.Mobil itu berhenti di depan
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper