"Bukankah ini Qirana? Dia rupanya berhubungan dengan banyak pria! Dia mana punya hak untuk bicara tentang kesetiaan cinta begini? Lebih baik mati saja!""Nggak heran kalau Wano nggak menyukainya. Ternyata dia ini kotor sekali. Mana ada pria yang mau dengan pelacur?""Ternyata kita semua tertipu dengan penampilan polosnya. Dia bahkan mengorbankan segalanya demi cinta. Menurutku, dia pasti sudah dijadikan mainan oleh orang lain sampai nggak bisa memiliki anak!"Para tamu di tempat itu seketika menjadi gaduh dan berantakan.Ada banyak kata-kata kasar yang terlontarkan.Qirana yang tidak menyadari keadaan tersebut, masih berdiri di atas panggung dan menerima wawancara dari wartawan. Dia terus menangis pilu karena kesetiaannya pada cinta.Seorang asisten muda tiba-tiba berlari ke atas panggung, lalu berbisik pada telinganya, "Nona Qirana, ada masalah."Dia membawakan Qirana sebuah foto.Setelah melihat foto tersebut, tatapan Qirana yang tadinya penuh senyum seketika terpaku.Mengapa foto-fo
Yuna duduk terdiam di barisan belakang, menatap keributan yang terjadi kepada para tamu di sana.Dalam binar matanya, terlintas sebuah kilatan misterius.Namun, ketika dia melewati pintu, hatinya tiba-tiba terasa sakit melihat poster Maya yang telah dirobek oleh seseorang.Dia berdiri di depan poster Maya yang anggun dan bermartabat. Sebuah perasaan bersalah tiba-tiba melintas dalam hatinya.Dia bermaksud melawan Qirana, tetapi tanpa sengaja malah melibatkan reputasi Maya.Maya adalah seorang seniman terkenal yang anggun, bijaksana, penuh kelembutan, dan rendah hati. Bagaimana bisa dia memiliki seorang putri yang licik dan kejam seperti Qirana?Yuna menempelkan kembali potongan-potongan poster yang telah robek dengan penuh kehati-hatian. Sembari menatap Maya yang tersenyum lembut, Yuna mengucapkan kata maaf dengan lirih.Setelahnya, Yuna pun berbalik dan pergi.Tak lama setelah dia keluar, ponselnya langsung berdering.Itu adalah telepon dari Wano.Ketika Yuna menjawab, terdengar suara
Yuna tak terkejut sama sekali dan malah tersenyum tipis, "Apa ini berkaitan dengan kasus yang harus kutangani? Mari bertemu di kantor besok dan membahasnya.""Yuna, jangan pura-pura nggak tahu. Apa kamu mencoba bilang kalau bukan kamu pelaku yang merusak acara Qirana hari ini? Gara-gara ulahmu ini, bukan hanya reputasi dia yang hancur, bahkan nama baik ibunya yang dibangun bertahun-tahun juga tercemar. Kalau kamu nggak mau meminta maaf di hadapan publik, jangan salahkan kalau aku bertindak tegas."Yuna tak dapat menahan seringaian dalam hatinya.Juna benar-benar menyayangi putrinya tanpa syarat.Tanpa melakukan penyelidikan, dia bahkan langsung percaya bahwa Qirana tak bersalah.Dia benar-benar ayah yang baik.Yuna tak takut dengan kekuatan Juna, melainkan malah semakin tenang."Pak Juna, jangan bicara omong kosong tanpa bukti. Kalau nggak, saya bisa saja menuntut Anda atas pencemaran nama baik."Ini adalah pertama kalinya bagi Juna menghadapi seorang Yuna. Dia tak menyangka kalau gadi
Demi anak simpanannya, Juna bahkan tega menghina anaknya sendiri.Wano menyentuh ujung mata Yuna dengan ujung jarinya seraya memaksakan sebuah senyuman."Aku rasa Paman pasti nggak mampu untuk membuat banyak pria menjalin hubungan dengan Qirana. Lagi pula, kenapa Paman Juna nggak menyelidiki dulu, tentang bagaimana kehidupan putrimu selama beberapa tahun terakhir di luar negeri?"Kalimat itu berhasil membungkam Juna.Selama beberapa tahun ini, Qirana tinggal sendirian di luar negeri. Satu-satunya pendamping yang mengatur kebutuhan sehari-harinya adalah seorang pelayan.Juna memang tidak mengetahui tentang kehidupan pribadi sang putri di masa lalu.Namun, dia telah membesarkannya sejak kecil, jadi dia pasti tahu betul bagaimana karakternya.Dia yakin bahwa putrinya tak mungkin berbuat sekeji itu.Ketika menutup telepon, sikap Wano masih tampak keras dan dingin. Akan tetapi, dia tiba-tiba berubah menjadi lembut ketika beralih melihat Yuna.Dia mengulurkan tangan untuk membelai kepala Yun
Mata Wano yang barusan dipenuhi senyuman, seketika membeku. Dia nyaris merebut ponsel itu dan memutuskan panggilannya ketika mendengar Yuna menjawab dengan lembut."Ada, kok. Kebetulan besok aku libur. Apa bibi suka masakan tertentu? Aku bisa membantu memilih restoran untuknya."Hans pun tersenyum lembut, "Kamu perhatian sekali. Apa kamu nggak takut kalau ibuku nantinya benar-benar menyukaimu?""Bukannya kamu memang ingin membuatnya menyukaiku agar bisa menolak perjodohan dari Keluarga Pratama? Tenang saja, aku akan berusaha tampil sebaik mungkin."Yuna terus menjawabnya sambil mengaduk mie dalam panci.Raut wajah Hans mendadak dipenuhi rasa kecewa, kemudian dia sedikit mengernyitkan keningnya.Hans sama sekali tak menemukan sosok pengikut kecil yang ada dalam ingatannya.Dia bukan lagi gadis kecil yang selalu mengejar dan memanggilnya "Kakak". Sekarang, dia telah menjadi wanita dewasa dengan pendirian yang kuat, juga sangat mandiri dan matang.Hans menyunggingkan senyuman tipis, "Oke,
Wano seketika tertegun.Wanita ini ....Dia merasa seperti pernah melihatnya di suatu tempat.Terutama pada mata indahnya yang menatap dengan senyum penuh kelembutan.Kenangan ini rasanya lama sekali, sampai-sampai Wano tidak bisa mengingat kapan dia pernah melihatnya.Wano yang merasa kehilangan kendali, bergegas menata kembali ekspresi wajahnya."Kalau Anda keberatan, saya bisa pindah ke meja sebelah.""Nggak masalah, duduk saja," jawab Shelvi sambil bergegas menyembunyikan keterkejutan yang baru dirasakannya.Yuna merasa sangat kesal dan marah sehingga menendang Wano dari bawah meja.Namun, sebelum dia bisa menarik kembali kakinya, Wano sudah mencekal kedua pahanya dengan erat.Tak peduli seberapa keras Yuna berusaha, dia tak mampu melepaskan diri.Melihat wajah Yuna yang memerah karena amarah, Wano pun tersenyum dengan arogan.Wano kemudian menuangkan air dingin untuk Yuna, lalu memberikannya seraya tersenyum, "Sepertinya AC di sini belum dinyalakan. Bu Yuna, minumlah air dingin in
Setelah itu Yuna berjalan memasuki restoran dengan kesal.Wajah Yuna yang dingin dan tegas pada Wano sebelumnya, seketika berubah menjadi senyuman pada Hans.Melihat itu memuat amarah Wano semakin menguat.Zakri bergegas menghampiri Wano yang wajahnya terlihat gelap, lalu membujuknya, "Pak Wano terlalu tergesa-gesa, beberapa hari ini sikap Bu Yuna sudah lebih melunak pada Anda, tapi kalau Anda membuat keributan seperti ini, Anda akan mengembalikan semuanya ke awal lagi."Wano memberikan Zakri tatapan tidak suka, "Aku juga nggak bisa diam saja dan melihat dia bersikap baik pada pria lain."Zakri kembali menusuk Wano, "Bukankah Anda seperti itu sebelumnya Pak Wano? Setelah kembalinya Nona Qirana, Anda selalu mengabaikan Bu Yuna dan merawat Nona Qirana, 'kan?""Apa yang Bu Yuna rasakan saat itu harusnya nggak beda jauh dengan yang Anda rasakan saat ini, bahkan mungkin lebih buruk karena Anda nggak harus keguguran dan mengalami pendarahan hebat. Oh, benar, Anda nggak mungkin mengalami kegu
Hans ingat jelas saat dia masih muda, pengikut kecil itu suka memakai rok dengan tali yang diikat.Ada tanda lahir kelopak mawar yang serupa di punggung anak itu.Yuna pernah mengatakan pada Hans, dirinya bisa menemukan gadis itu menggunakan tanda lahir itu jika suatu saat dia hilang.Hans mengernyitkan keningnya.Tidak mungkin bisa terjadi kebetulan seperti ini.Tapi memikirkan banyaknya kejadian yang menimpa Yuna akhir-akhir ini, membuat Hans harus meragukan identitas Yuna.Dengan tenang Hans berkata, "Oke, aku akan pulang dan melihatnya."Letnan Zain agak terkejut, "Begitu cepat kamu setuju? Pihak lain mengundangmu makan malam bersama untuk menjelaskan lebih rinci situasinya.""Nggak perlu, aku lebih mengerti daripada orang itu."Setelah itu Hans pergi membawa dokumen di tangannya.Hans merasa jika masalah ini memang benar adanya, maka ada bahaya yang mengikuti Yuna.....Di akhir minggu lainnya.Yuna pulang ke rumah dan melihat Zanny yang sedang tidur-tiduran di sofa, sambil memaka
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper