Home / Romansa / Jerat Pesona Wanita Panggilan / Mami untuk Anaknya Rakha

Share

Mami untuk Anaknya Rakha

Author: Dwina
last update Last Updated: 2023-07-19 08:39:59

"Kalau mamamu tahu siapa aku yang sebenarnya… aku yakin, senyum itu bakal pudar dan aku akan kembali dibenci, juga dijauhi."

Rakha yang sedang berjalan di samping Rinai itu pun dengan refleks menoleh ke samping, melirik Rinai yang juga menoleh kepadanya. Lantas, senyum kecil terbersit di sudut bibir Rakha seiring tangannya yang terulur untuk mengacak puncak kepala perempuan itu. "Mamaku nggak kayak gitu kok," ujar Rakha menenangkan Rinai.

Namun, kalimat itu tentu saja tidak serta merta membuat hati Rinai tenang. Sebab Rinai tahu, mantan wanita panggilan sepertinya akan tetap dipandang hina dan kotor—terlepas dari alasan apapun yang membuatnya masuk ke lubang itu.

"Kalau mamaku terbukti nggak ilfeel sama kamu…" Rakha melirik Rinai dan kembali tersenyum saat menambahkan, "kamu mau tinggalkan Kala dan menikah sama aku, memangnya?" goda Rakha yang langsung menuai satu cubitan di lengannya.

"Dasar," celetuk Rinai.

Rakha hanya terkekeh. Langkah mereka berdua terhenti tepat di depan sebuah k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Mendampingi Suami Pre-wedding

    "Katanya mau berangkat subuh," celetuk Rinai saat Rakha baru keluar dari kamarnya pukul setengah delapan pagi.Sementara Rinai sudah bangun sejak pukul empat, buru-buru mandi dan mengganti pakaian (yang telah disiapkan oleh Rakha melalui ART rumahnya), entah kapan pria itu membeli semuanya untuk Rinai."Jangan gampang percaya kalau Rakha bilang dia bakal bangun subuh, Nai."Rinai langsung menoleh ke arah sumber suara, di mana perempuan paruh baya yang kemarin selalu memuji kecantikan Rinai itu berdiri. Tanpa pikir panjang, Rinai bergegas bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Hanim untuk menyalaminya dengan hormat."Bangun jam tujuh kayak sekarang aja udah prestasi yang luar biasa untuk seorang Rakhayasa Langit," sambung Hanim mengulum senyumnya karena berhasil membuat putra bungsunya mengerucutkan bibir dengan manja. "Ayo, Nai. Duduk lagi, kita sarapan dulu. Menghadapi anak mama yang super nyebelin ini butuh tenaga soalnya."Rinai mengangguk sungkan sebelum akhirnya duduk di ha

    Last Updated : 2023-07-19
  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Rinai Hanya Wanita Kotor

    Are you happy to do this?”Langkah Rinai terhenti di ambang pintu kaca di hadapannya. Ia tahu pemilik suara di belakang punggungnya. Dengan aroma parfum yang khas dan juga sangat familier di hidungnya, tentu saja semua tidak terasa asing. Rinai terlihat enggan untuk berbalik. “Harusnya aku menanyakan hal ini,” sahutnya dengan malas.Kala tersenyum kecil, terlihat angkuh dan juga penuh kepuasan ketika membalik badan Rinai agar berhadapan dengannya. "Bagaimana rasanya melihat suami sendiri tengah bermesraan dengan wanita lain? Bagaimana rasanya menyaksikan suami sendiri memeluk dan mencium bibir wanita lain, Nai?" tanya Kala seakan tak punya perasaan.“Kamu serius sama pertanyaanmu itu, Kal?” Rinai justru ikut balik bertanya. “Aku nggak marah kok melihat bagaimana eratnya kamu memeluk Lisa. Aku nggak cemburu, justru aku jijik.”Dengan malas-malasan, Rinai melangkah menuju balkon, tempat di mana Lisa telah menunggunya. Mendorong dada Kala yang mencoba untuk menghalanginya. Dan Kala pun

    Last Updated : 2023-07-20
  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Tuduhan Untuk Rinai

    Rinai terkekeh sembari memijat pelipisnya, mengamati tingkah Lisa yang menurutnya—kurang waras. Rinaj juga mengabaikan Kala yang meneriaki namanya hingga menggema di balkon tersebut."Kamu gila, Nai!" teriak Kala mendorong istrinya sebelum meraih tubuh Lisa yang masih terbaring di lantai. "Dasar saiko!"Lagi-lagi Rinai tergelak. "Ternyata begini ya… berurusan sama artis yang udah kebiasaan akting," celetuk Rinai tidak peduli dengan tatapan membunuh yang Kala layangkan kepadanya. "Dia yang sakiti diri sendiri, tapi berteriak seolah orang lain yang melukainya. Antara akting yang kelewat hebat atau otaknya yang udah nggak waras!"Kala menggeram kesal, lalu meminta manajer Lisa untuk segera membawanya ke rumah sakit terdekat. Kala tampak begitu khawatir, pemandangan yang membuat perasaan Rinai bercampur aduk—kesal dan juga sedih ketika suaminya sendiri lebih percaya kebohongan Lisa dibanding dirinya."Urusan kita belum selesai," ucap Kala saat berpapasan dengan Rinai. "Kamu harus bayar tu

    Last Updated : 2023-07-20
  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Kala yang Berpihak Pada Lisa

    Kala menatap lekat-lekat ke arah Lisa yang tersenyum kepadanya. Ia pun membalasnya dengan senyum getir, meraih jemari perempuan itu untuk digenggam beberapa detik, sebelum akhirnya ia bawa ke bibir untuk mengecupnya lembut."Lie, aku minta maaf atas tindakan bodoh istriku," ungkap Kala setengah berbisik, namun terdengar begitu tulus.Lisa kembali tersenyum dan mengusap rahang penyanyi solo tersebut dengan tangannya yang bebas dari perban. Usapan lembut yang berhasil menghanyutkan Kala hingga kedua matanya memicing, menikmati momen ini dengan suka rela."Kamu nggak perlu minta maaf," ujar Lisa dengan lembut. "Mungkin Rinai salah paham dan kelewat cemburu. Dan juga mungkin… ini cara Rinai mengekspresikan rasa cemburunya itu dan aku anggap tindakannya masih manusiawi kok.""Tapi dia hampir aja mencelakai kamu, Lie…""That's okay," sela Lisa. "Anggap aja ini hukuman untukku."Mendengar nada lirih dan penuh rasa bersalah yang meluncur dari bibir Lisa—rasanya Kala ingin memeluk perempuan it

    Last Updated : 2023-07-21
  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Kamu Wanita Hebat, Nai...

    Rakha mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya ketika melihat layar monitor, di mana Kala dengan entengnya membicarakan tentang insiden yang menimpa calon istrinya dengan—menyalahkan Rinai sepenuhnya tanpa berniat untuk menyelidikinya terlebih dahulu.Sialnya lagi, Kala memastikan kalau dia akan menuntut Rinai dengan seadil-adilnya demi Lisa."Oh, Nai. Kamu udah lama berdiri di situ?" tanya Rakha sedikit terkejut saat mendapati Rinai mematung di ambang pintu, matanya pun tengah menatap monitor yang menempel di dinding ruangan kerja Rakha. "Kirain kamu masih istirahat di kamar," ujarnya lagi karena Rinai bergeming di tempatnya.Tatapan Rakha penuh rasa iba ketika melihat tangan Rinai turut bergetar, kedua matanya mulai berembun dan Rakha tahu apa yang kini ada di dalam hati dan pikiran perempuan itu—Rakha pernah berada di posisi itu—dituduh melakukan tindakan kriminal padahal dia tidak pernah melakukannya sama sekali.Sekelebat kenangan masa lalu pun melintas di benak Rakha, saat s

    Last Updated : 2023-07-22
  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Dia yang Selalu Menjaga Rinai

    "Dasar sampah!""Pelacur nggak tahu diri!""Eh, kalau gilaaaa… ya gila aja, nggak usah mau bunuh idola kami dong!""Pelacur ini harus masuk penjara!""Keadilan untuk Lisa! Penjarakan si Jalang ini! Najis!"Rinai menutup kedua telinganya saat melewati lobi hotel, hinaan dan cacian itu terus saja masuk ke telinganya—belum lagi para penggemar Lisa dan Kala yang mulai bertindak brutal dengan melempar tisu dan botol air mineral ke arahnya.Dengan sigap, Rakha membuka jasnya agar bisa melindungi Rinai dari aksi brutal tersebut. Rakha juga memberi perintah pada sekuritinya agar memberi akses jalan untuknya dan juga Rinai.Bukan hanya para penggemar, tapi wartawan juga melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang enggan untuk Rinai tanggapi—pasti selalu menyudutkan dirinya yang memiliki track-record yang kurang bagus di mata masyarakat."Kamu nggak perlu hiraukan apa pun ucapan mereka," kata Rakha menguatkan Rinai yang ia yakin—perempuan itu akan stress dengan semua ini. "Mobilnya ada di sebelah ka

    Last Updated : 2023-07-22
  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Menyelamatkan Nama Baik Rinai

    "Kamu nggak mau berpikir dua atau tiga kali untuk menuntut istrimu sendiri?"Kala melongos tak peduli saat Rakha mengarahkan pertanyaan itu kepadanya. Sementara Shakira yang duduk di seberang Rakha menatap pria dingin itu dengan kedua mata yang memicing."Oke, aku tahu… kalian nggak akan peduli dengan apa yang pernah dan juga sedang Rinai rasakan," putus Rakha tanpa ingin berbasa-basi lagi. "Kalau kalian tetap ingin menjaga artis kalian, saya juga akan menjaga asisten pribadi saya dengan baik."Mendengar nada bicara Rakha yang berubah drastis, kali ini lebih tegas dan suaranya terdengar lantang, Kala pun memperbaiki duduknya yang tadi terkesan lebih santai. Ia tegakkan bahunya, mengamati Rakha dengan saksama."Kalau mau perang di jalur hukum pun saya akan layani," sambung Rakha dengan sama tegasnya. "Tapi satu hal yang harus kalian ingat, kalau sampai Rinai yang memenangkan kasus ini… saya pastikan reputasi Stay Entertainment akan makin buruk dan maaf… saya nggak akan melirik lagi pad

    Last Updated : 2023-07-23
  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Melepaskan Rinai Berujung Penyesalan

    "Enak banget ya… udah tahu salah, tapi tetap aja ada yang bela."Rinai yang baru saja sampai di rumahnya, setelah satu minggu bekerja di luar kota pun langsung mematung di ambang pintu ketika sang suami menyambutnya dengan kalimat itu. Malas berdebat, Rinai pun memutuskan untuk diam dan tidak menggubrisnya.Akan tetapi, diabaikan seperti itu justru membuat Kala tersulut emosi dan menghampiri Rinai. Tangan kekarnya meraih pergelangan tangan sang istri dan mencekalnya dengan cukup kuat—berhasil membuat perempuan itu meringis kesakitan karenanya.Belum puas dengan semua itu, Kala mendorong Rinai ke atas ranjang dan menampar wajah mulus sang istri berulang kali, hingga bekas merah terlihat jelas di wajahnya."Dasar pelacur murahan!" teriak Kala.Sekuat hatinya, Rinai berusaha untuk tidak menangis di hadapan lelaki yang baru saja menyiksanya tanpa alasan yang jelas. Rinai berusaha untuk bangkit, namun tubuh Kala mengungkungnya cukup kuat."Rakha beli tubuhmu berapa ratus juta, hah?!" benta

    Last Updated : 2023-07-23

Latest chapter

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Kecemburuan Dua CEO

    "Kita kan nggak bisa memilih, pada siapa hati ini akan jatuh."Rakha menatap mata Rinai dengan lekat. "Ya, kita nggak pernah bisa memilih tentang jatuh cinta. Tapi kita bisa memutuskan, siapa yang akan menetap dan bertahan di hati kita. Dan aku tahu, aku nggak cukup berarti untukmu kan, Nai?""Hm?""Karena pada akhirnya kamu memilih untuk pergi dan meninggalkanku tanpa penjelasan," jawab Rakha dengan tenang."Untuk kebahagiaan kamu, Kha.""Untuk kebahagiaanmu, bukan aku."Rinai mengulas senyum tipis seraya mengangguk pelan. Seakan tengah mengiyakan pernyataan Rakha barusan. "Kamu harus melepaskan sesuatu agar kamu bisa memulai hal yang baru.""Seperti kamu yang memulai semua dengan Sambara?" tembak Rakha."Mungkin," dusta Rinai yang sebenarnya belum memulai hubungan dengan siapa pun.Mendengar jawaban Rinai, tentu saja itu membuat pikiran Rakha langsung menggila. Ia condongkan wajahnya pada perempuan itu, lebih dekat dan lebih rapat lagi. Rakha tancapkan tatapan matanya, tepat di mani

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Tidak Adil Rasanya, Nai...

    "Nai…" Langkah Sambara terhenti di ambang pintu masuk hotel mewah, tempatnya akan bertemu klien penting hari ini. Tangannya bergerak cepat menahan pergelangan Rinai, lalu tersenyum bimbang ke arah perempuan yang justru mengerutkan keningnya dengan heran. "A—aku boleh minta tolong, nggak?""Hm? Kenapa? Tolong apa?" balas Rinai dengan balik bertanya. "Kamu sakit? Pusingnya kumat? Atau gimana? Diare lagi? Panic attack-nya kumat-kah?" todong Rinai dengan cemas, mengusap-usap lengan dan bahu Sambara dengan khawatir.Di tempatnya, Sambara mengangguk samar. Meminta Rinai menggenggam jemarinya—seperti biasa setiap kali dia panik—hanya saja, kali ini Sambara tidak benar-benar sedang mengalami gejala panic attack seperti biasa.Dengan cemas, Rinai menautkan jemari mereka tanpa ragu sedikitpun. "Tenang, Sam… Ada aku di sini, kamu nggak sendiri kok. Tenang ya, tarik napas dalam dan lepaskan perlahan," ucap Rinai berusaha menenangkan Sambara yang mengikuti ucapan wanita itu tanpa pikir panjang.Beb

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Cintaku Tertinggal di Masa Lalu

    Tiga tahun telah berlalu…"Jangan takut membuka hati hanya karena masa lalumu. Trauma bisa dipulihkan, jadi jangan abaikan orang-orang yang ingin mendekatimu hanya karena ketakutanmu mengulang kisah pahit di masa lalu."Rinai tetap fokus pada layar laptopnya, mengabaikan pria yang sedari tadi berdiri di sampingnya—bahkan, berada di sisinya puluhan bulan terakhir."Rinai… semua orang ada masanya, setiap masa, pasti ada orangnya. Kamu pernah dengar itu, kan?" bisiknya lagi meksipun dia tahu, Rinai akan tetap mengabaikannya. "Nai, biarkan aku menjadi orang yang akan menghapus jejak-jejak luka di hatimu. Siapa tahu, akulah orang yang dijadikan Tuhan sebagai jawaban dari doa-doa yang selalu kamu minta."Suara tawa Rinai memecahkan keheningan yang sedari tadi berusaha diciptakan olehnya. Beberapa kali pukulan pelan melayang ke lengan lelaki yang ikut terkekeh melihat bagaimana kedua mata Rinai terpicing karena tawanya. Meskipun berulang kali menyatakan cinta, dan berulang kali juga diabaika

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Dia Mati, Tapi Tidak Dengan Traumaku

    "Nai.""Hm?" Rinai bergumam pelan, tanpa menoleh ke arah Rafko yang berdiri tepat di belakangnya.Tampak ragu, tapi akhirnya Rafko menceritakan apa yang baru saja ia temukan di layar gawainya. Sembari mengarahkan portal berita yang sejak tadi ia baca. "Angkasa ditemukan tewas di kamarnya," jelas Rafko.Awalnya Rinai terlihat enggan untuk mengamati layar ponsel yang Rafko sodorkan ke arah matanya, tetapi kalimat sepupunya itu berhasil menyita perhatian Rinai hingga dia bergerak refleks untuk meraih benda pipih itu dan menggulir layarnya.Keningnya mengerut, lantas menggigit ujung bibirnya berulang kali. Jemarinya terus mencari-cari berita yang berkaitan dengan insiden tersebut."Pihak kepolisian sudah menyatakan kalau Angkasa bunuh diri, tapi beberapa rumor aneh juga lagi beredar di Indonesia."Rinai mengangkat wajahnya, menatap Rafko dengan wajah bingung dan penuh tanda tanya.Seolah tahu maksud dari tatapan itu, Rafko pun segera mengatakan, "Ada rumor yang mengatakan kalau Angkasa se

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Menghamili Wanita yang Sama

    "Jawab pertanyaanku, Pa!" desak Kala setelah mendorong ayahnya ke arah balkon kamar pria tersebut. "Apa benar papa telah memerkosa Rinai dan membuatnya hamil?!"Sorot amarah dan kebencian tidak bisa dipungkiri dari tatapan mata Kala saat ini. Ia melotot, seolah akan memakan Angkasa hidup-hidup saat ini juga."Jawab!" hardiknya lagi."Omong kosong macam apa itu, Kal?" Angkasa berusaha untuk membantahnya. "Mana mungkin papa melecehkan istrimu sendiri. Kamu tahu sendiri kan kalau Rinai itu mantan pelacur, jadi—"Kala mencekik leher sang ayah, membuat pria paruh baya tersebut tidak bisa melanjutkan kalimatnya. "Papa melecehkan dia jauuuuh sebelum Rinai menjadi wanita panggilan," tuding Kala kembali berapi-api. "Dan papalah yang membuat Rinai terjerumus dalam dunia gelap itu. Papa yang menghancurkan hidup Rinai, sampai dia putus asa dan akhirnya memilih jalan untuk melacur. Karena papa, semua karena papa!"Mendengar bagaimana lantangnya suara putranya ketika menguak tentang dosa-dosanya, A

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Pelacur Pribadi

    +628137232—Nai, kamu ke mana? Kamu kok nggak ngomong kalau kamu akan pergi?+628137232—Nggak begini caranya Nai… Aku nggak akan cegah kamu untuk meninggalkanku, tapi aku terlalu khawatir tentang keadaanmu. Kabari aku begitu kamu baca pesan ini. Kamu tahu kan, kamu adalah duniaku. Kamu adalah impianku, dan aku menunggumu tak peduli harus menghabiskan jutaan menit untuk bisa memilikimu.Rakha menghela napas panjang setelah mengirimi pesan yang tidak pernah mendapat respons, bahkan setelah sebulan berlalu dan Rakha masih terus melayangkan pesan itu pada Rinai.Lelaki itu mendekatkan gawai ke telinganya, dan tetap sama… Nomor Rinai di luar jangkauan dan bahkan whatsapp-nya pun tidak pernah aktif lagi. Membuat Rakha frustasi berulang kali, setiap hari."Kamu ke mana sih, Nai?" lirih Rakha melirik ke arah jendela ruang kerjanya. Menatap gedung menjulang tinggi yang sejajar dengan tempat duduknya saat ini, namun pikirannya tidak berada di tempat tersebut.Makin frustasi, Rakha mencengkram ke

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Keputusan Rinai Untuk Pergi

    "Rinai nggak turun buat makan, Mbak?"ART yang tengah menyiapkan sarapan untuk Rakha dan Waradana pun sempat menghentikan kegiatannya sejenak, sebelum ia menaruh pelan gelas berisi susu untuk Waradana di atas meja."Hm? Tumben banget Rinai kesiangan," ucap Rakha berniat untuk menyusul Rinai ke kamarnya di lantai dua.Namun, jawaban dari sang ART berhasil menghentikan langkah Rakha, bahkan membuat Rakha mematung untuk beberapa detik lamanya. "Ibu Rinai udah keluar dari jam lima subuh, Pak."Kening Rakha mengkerut. "Rinai pergi jogging?" tanya Rakha membalikkan badan, menatap penasaran ke arah ART-nya yang langsung menggeleng.Tanpa pikir panjang lagi, langkah lelaki itu langsung memburu menuju kamar Rinai. Tak peduli anak tangga itu hampir saja membuatnya tersungkur. Begitu sampai di lantai atas, tangannya mendorong kuat pintu kamar yang tertutup rapat—kosong—bahkan tidak ada sehelai pakaian pun yang tersisa di sana.Rakha memeriksa semua lemari dan juga kamar mandi, namun hasilnya tet

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Bergelut Dengan Hasrat Panas

    "Tadi aku ketemu Kala.""Oh iya?" Rakha bersikap seolah tidak melihat adegan manis antara Kala dan Rinai siang tadi. Dia tidak ingin Rinai merasa diikuti, juga tidak ingin terkesan begitu posesif padanya.Rinai mengangguk pelan, juga menimbang-nimbang apakah dia akan menceritakan apa yang Kala tanyakan dan curigai, atau memilih untuk diam serta menyimpannya serapat mungkin. Toh juga kenyataannya—Rinai tidak pernah hamil dan melahirkan anak Rakha seperti yang Kala tuduhkan itu.Akhirnya, Rinai pun memutuskan untuk memendam semuanya. Tidak ingin memperkeruh suasana dengan menceritakan pada Rakha."Lepas rindu, ya?" tebak Rakha yang langsung menuai tatapan kesal Rinai kepadanya. "Bercanda, Nai…"Perempuan itu mengerlingkan kedua bola matanya. Lalu menggelengkan kepalanya berulang kali seraya berdecak pelan. "Bercandanya mancing emosi banget ya, Boss…"Rakha terkekeh. Setidaknya, hubungannya dan Rinai sedikit membaik dan perempuan itu tak lagi membahas tentang Jennie—Rakha benar-benar tid

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Dia Bukan Anakku

    "Ya nggaklah!" bantah Rinai tak habis pikir, kenapa Kala menanyakan hal seperti itu kepadanya. "Dari sekian banyak pertanyaan yang bisa kamu tanyakan, kenapa justru memilih hal konyol ini. Aku sama Rakha memang pernah dekat dan bahkan…" Ia menghembuskan napasnya perlahan sebelum melanjutkan, "Kami pernah FWB-an, tapi bukan berarti aku pernah hamil anak Rakha dan menyerahkan anak itu kepadanya."Kala mendengarkan penjelasan Rinai dengan saksama, akan tetapi hati kecilnya menolak untuk percaya dengan apa yang dikatakan oleh mantan istrinya tersebut. Sudah dua hari Kala menyelidiki hal tersebut, namun hasilnya masih nihil.Itulah alasannya dia memilih untuk bertanya kepada yang bersangkutan, tapi Rinai menyangkal semuanya. Membuat rasa penasaran di hatinya kembali tergelitik dan justru ingin mencari tahu lebih dalam lagi. Sebab, beberapa hari lalu Kala sempat berpapasan dengan ibunya Rakha dan juga ada Waradana di sana—mata Waradana mengingatkan Kala pada Rinai, membuatnya semakin merind

DMCA.com Protection Status