Marchel dan Asha di Panggil Philip ke rumah, Philip ingin ajak Marchel ketemu koleganya. Mereka berbicara di ruang tamu, Mami Marchel juga ikut hadir menyaksikan.
"Marchel ... hari Papi mau ajak kamu ketemu kolega bisnis Papi, kamu bisa gak?" Tanya Papi Marchel
"Bisa Pi, kebetulan hari ini agak longgar." Jawab Marchel
"Papi akan kasih kamu pegang satu perusahaan dulu, dan itu pun jabatannya Wakil Direktur utama dulu, gimana mau?"
"Ya sebaiknya memang gitu Pi, Marchel butuh adaptasi dulu, tahu lingkungan kerja dulu."
"Ok, kalau gitu nanti kamu ikut Papi, Asha kamu support Marchel ya, biar karirnya makin bagus, hidup kalian makin bagus juga."
"Ya Pi, Asha selalu support Marchel Pi.."
"Ajak dia hidup lebih tertib Asha, jangan seperti masih bujangan aja, malas-malasan." Timpal Mami Marchel
"Kalau mau sukses, ya harus tertib Marchel, gaya hidupnya harus di ubah, disiplinnya juga." Sambung Philip
Papi dan Mami Marchel bicara p
Marchel mencopot jas dan dasinya, sebelum berangkat ke kantor Bram. Dia ingin berpenampilan seperti biasanya, seperti saat bekerja di perusahaan Bram. Setelah pamit dengan Asha, Marchel langsung berangkat menuju ke kantor Bram.Sampai di kantor Bram, Marchel berbicara dengan Bram di ruang kerjanya,"Saya tadi diajak Papi ke kantornya pak, ada kemungkinan saya di posisikan sebagai wakil direktur." Ujar Marchel"Wah, bagus itu, kamu memang sudah sepantasnya ada di posisi itu Cel." Ujar Bram"Saya bilang sama Papi, saya baru bisa masuk di sana, setelah ada pengganti Saya disini pak.""Itu gak usah kamu pikirkan cel, kalau di sana sudah mendesak, dan memerlukan keberadaan kamu.""Saya gak bisa seperti itu pak, sebelum pekerjaan saya disini belum ada yang handle, itu sudah saya bilang sama Papi.""Nanti Saya akan ngobrol soal ini, sama Papi kamu di lapangan golf, kamu tenant aja."Setelah bicara dengan Bram, Marchel ketemu dengan karyawannya
Marchel merasa kalau Petty mulai menggunakan hal itu sebagai senjatanya. Dia tidal bisa bersikap keras pada Petty, karena bisa-bisa Petty akan nekad membuka aibnya.Sementara Petty merasa sudah berhasil menaklukkan Marchel, dengan menggunakan hubungan intim yang pernah mereka lakukan, ada akibatnya. Petty merasa di atas angin, dan Marchel sudah masuk perangkapnya.***Di rumah, Asha mulai gelisah, karena Marchel belum juga pulang saat hari menjelang Maghrib. Asha kuatir kalau Marchel kembali ketemu dengan Petty, padahal pamitnya cuma ingin mengabarkan Bram tentang jabatannya yang baru.Kekuatiran Asha itu sangat beralasan, karena Marchel pernah pulang dalam keadaan mabuk sehabis ketemu Petty. Sehingga feeling-nya langsung mengarah pada Petty.Pada kenyataannya, Marchel benar-benar sedang ketemu sama Petty. Feeling seorang isteri, kadang kala sangat kuat, apa yang dicemaskannya, seperti itulah kenyataan yang terj
Marchel meninggalkan Petty sendiri di cafe, dia harus segera pulang. Marchel tidak bisa menghindar dari Petty, dan dia tidak bisa bersikap kasar terhadap Petty.Marchel tahu kalau Petty sengaja mengatur pertmuan di cafe itu, karena dia juga sudah menyiapkan kamar hotel untuk dia kencan berdua Marchel.Diperjalanan pulang, Petty kembali kirim pesan WA pada Marchel,"Mas, janji kamu akan terus aku tagih, jangan cuma janji mas!!" Pesan PettyMarchel langsung menghapus semua pesan yang masuk dari Petty, dia tidak ingin kalau Asha sampai membaca pesan-pesan dari Petty.Marchel sampai di rumah lewat Maghrib, dan Asha sudah menunggunya dengan gelisah,"Ngobrol apa aja sih mas sama pak Bram? Sampai berjam-jam gitu?""Banyaklah, dari soal pekerjaan, sampai soal Petty.""Kok Petty lagi sih? Emang kamu mau di jodohin sama Petty?"Ada perasaan cemburu dalam diri Asha terhadap Petty, feeling Asha terhada
Marchel seperti orang kebingungan, semua di luar dugaannya. Hatinya sangat kesal terhadap Petty, gara-gara Petty semuanya jadi berantakan. Dia mencoba membujuk Asha,"Sha ... masih bisa gak ini kita perbaiki," bujuk Marchel. "Aku siap harus melakukan apa pun Sha, asal kamu gak keluar dari sini." Marchel berusaha untuk memeluk Asha, namun Asha menolaknya"Aku perlu menenangkan diri dulu mas, biarkan aku ke rumah Bibi, mas selesaikan urusan sama Petty.""Tapi, semuanya jadi berantakan Sha, bahkan aku jadi malas menerima jabatannya dari Papi Sha.""Kamu gak usah gitu mas, jangan cengeng dong!! Itukan karir kamu, masa depan kamu.""Apa artinya Sha? Kalau tanpa kamu dan Brama, aku semangat untuk semua itu, karena kamu dan Brama Sha.."Asha seakan tidak lagi peduli dengan apa yang di katakan Marchel, meskipun dia tahu kalau Marchel melakukan itu semua di luar kehendaknya. Namun dia tidak bisa menerima kenyataan, kalau Marchel sudah pernah tidur dengan Petty.
Asha mulai berpikir tentang apa yang dikatakan Bi Hana. Dia semakin khawatir kalau peluang itu dimanfaatkan oleh Petty, meskipun dia percaya dengan kesetiaan Marchel.Pada kenyataannya, Marchel tetap bisa diperdaya oleh Petty, dengan dicekoki minuman keras. Sehingga Petty berhasil melakukan hubungan intim dengan Marchel."Asal kamu tahu Asha, laki-laki itu usianya hanya lebih tua satu hari dari anjing, jadi kamu gak usah terlalu muluk mengharapkan kesetiaan laki-laki." Ujar Bi Hana"Terus Asha harus gimana Bi? Asha gak boleh cemburu?""Yang kamu harus awasi, asal dia tidak melakukan sesuatu di depan mata kamu, apa yang dia lakukan di belakang kamu, gak usah terlalu dianggap pusing.""Asha Marah karena dia mengaku berhubungan intim sama Petty Bi, dia diajak mabuk sama Petty.""Sudah bagus dia mau jujur sama kamu, kan dia lakukan itu dalam keadaan tidak sadar, hargai pengakuannya, karena itu terjadi bukan karena keinginan dia." Terang Bi HanaBi Hana t
Mereka merasa tidak dihargai oleh Asha, karena pergi begitu saja. Papinya juga bilang, harusnya Marchel kasih tahu sama Papi dan Maminya, sebelum Asha pergi meninggalkan rumah."Kamu itu sebagai suami gimana sih Cel? Kan kamu bisa bilang, kalau Asha mau pergi, kalau kamu saja gak menghargai Papi dan Mami, gimana isteri kamu mau menghargai Papi dan Mami!!" Mami Marchel marah dengan nada yang cukup tinggi."Ya mi, Marchel ngaku salah, Marchel kurang mendidik Asha." Ujar Marchel sambil berdiri, dan langsung meninggalkan Papi dan Maminya."Kayak gitu tuh Mi anak kamu, kalau dinasehati dianggap marah, kalau marah malah gak didengar." Ucap PhilipMarchel tidak sempat menyelesaikan makannya, dia tinggalkan begitu saja sisa makanan yang masih ada di piringnya. Papi dan Mami Marchel terus membahas soal Asha dan Marchel, mereka menganggap Asha membuat jarak dengan mereka.Di paviliun Marchel hanya termenung diruang tamu, dia begitu gundah gulana tanpa ada Asha di sisi
"Petty hanya berani mengaku hamil, itu kalau dia benar-benar hamil, dan yang menghamili dia pastinya bukan aku Sha.." Dalih MarchelDalih Marchel ini bisa diterima Asha, karena Marchel menceritakan kronologisnya peristiwa yang terjadi, saat dia mabuk dengan Petty. Kalau Petty hanya mengaku hamil, namun kenyataannya tidak, menurut Marchel tidak akan dilakukan Petty."Aku jadi ngerti tujuan Petty melakukan itu semua mas, benar yang Bi Hana bilang, aku jangan berikan peluang untuk orang lain masuk." Terang Asha"Rumah tangga kita jangan mudah dipecah belah orang lain Sha, kita harus selalu rukun, kamu kan tahu aku, aku gak mungkin hianati kamu Sha."Mobil Marchel sudah sampai di halaman rumah pondok indah, "Nanti kamu temui Mami dan Papi ya, minta maaf gak pamit kemarin." Pesan Marchel"Iya mas, aku siap kok kalau pun diomelin.." Ujar AshaBegitu masuk ke paviliun, Asha menidurkan Brama di tempat tidurnya. Dia dan Marchel langsung merapikan paviliun, takutn
Banyak nasehat dari Papi dan Mami yang Asha terima saat itu, sedikit pun dia tidak kecewa, dia menerima nya dengan lapang dada. Bagi Asha, nasehat Papi dan Mami Marchel untuk kebaikannya, bukanlah sebuah bentuk kemarahan.Marchel dan Asha kembali ke paviliun, setelah mendapat banyak wejangan dari Papi dan Mami Marchel. Menjelang siang, Marchel kembali memesan makanan secara online untuk makan siang mereka.Sambil menunggu makan siang, Asha mengajak Marchel bicara soal program tambah anak, "Mas .. Brama kan sudah masuk usia 8 bulan, aku mau lepas kontrasepsi, boleh gak?""Ya boleh aja kalau kamu sudah siap, aku malah suka kalau kamu hamil lagi, biar Brama ada temannya." Jawab Marchel dengan memeluk Asha yang ada disampingnya."Kalau gitu, ntar sore antar aku ke klinik bersalin ya, untuk melepas kontrasepsinya." Pinta Asha dengan manja"Eh Sha, mama apa kabar ya? Kapan mau ke Indonesia lagi?" Tanya Marchel"Kemarin Mama telepon, saat Asha di rumah Bibi, ka
"Papa sudah senang kita bisa berkumpul kembali seperti sekarang ini, Papa gak mau nanti, gara-gara pekerjaan itu kita kembali terpecah." Jawab Yanuar"Papa kamu benar Sha, kadang-kadang apa yang Papa kamu bilang itu bisa terjadi, karena Papa kamu itu sangat tahu karakter Mama." Ujar Melissa."Tapi kan udah pada tua pastinya sudah banyak berubah Ma, masak sih mau ribut melulu, Asha sih cuma ingin Papa dan akur." Ujar Asha.Asha mencoba untuk menengahi, dia merasa kalau Melissa dan Yanuar sama-sama keras, makanya dia jadi korban dari keegoisan kedua orang tuanya."Kita tetap seperti sekarang ini saja, Papa sih tidak ada persoalan dengan pekerjaan, Papa sangat senang melihat kita bisa kumpul seperti ini, Papa sama Mama akan baik-baik saja Sha." Ucap Yanuar"Tapi kan sekarang ini Papa dari Nol lagi, mulai dari bawah lagi, Asha ingin Papa juga punya kedudukan yang cukup penting." Jelas Asha"Soal keinginan kamu itu gampang Sha, Papa akan pi
"Sebajingannya Papa, gak sampai hati lah Papa berperilaku seperti itu, Mama kamu itu sangat kenal Papa." Ujar Yanuar.Melissa yang mendengarkan penjelasan Yanuar, tidak bisa menahan diri untuk ikut menimpali, "Aku sih awalnya sempat percaya dengan isu itu Yan, aku tahu walau pun kamu tidak baik-baik amat, tapi tidak mungkin sampai melakukan itu, apa lagi kamu tahu kalau kamu punya anak perempuan." Timpal Melissa."Itu dia Mel, aku sangat tahu itu.. aku juga gak mau anak perempuan aku diperlakukan seperti itu." Jawab Yanuar.Marchel dan Asha saling pandang mendengar penjelasan Yanuar, yang sangat takut kalau anak perempuan satu-satunya, mengalami hal seperti itu. Pada kenyataannya, anaknya sudah menerima nasib seperti itu."Terus sekarang gimana Yan? setelah kamu terbebas dari fitnah itu? Kan harusnya kamu kembali rukun sama isteri dan anak-anak kamu?" Tanya Melissa."Biarlah.. aku lebih senang ada di antara kalian, aku ingin men
Usaha Asha untuk mempertemukan kedua orang tuanya tidak sia-sia. Melissa mau menerima kedatangan Yanuar, setelah di desak Asha. Yanuar mendatangi Melissa di Mells Residents, dalam pertemuan itu juga ada bi Hana.Seharusnya ini adalah sebuah pertemuan yang dramatis, antara Melissa dan Yanuar, setelah selama dua puluh tahun tidak pernah bertemu. Namun pertemuan itu di respon dengan dingin oleh Melissa, tangannya terbuka, tapi hatinya tetap tertutup.Asha menyambut Papanya dengan pelukan hangat, dan Yanuar pun membalas pelukan Asha dengan penuh kasih sayang,"Alhamdulillah.. akhirnya Papa datang juga." Ucap Asha sambil cium tangannya dan memeluk Yanuar."Kalau kamu yang minta, Papa pasti datang sayang.. Papa gak mau kamu kecewa." Ucap Yanuar penuh kehangatan.Asha mengajak Yanuar duduk di ruangan tamu, dan disambut oleh Marchel yang ada di ruang tamu dengan Brama. Marchel pun cium tangan Yanuar, dan mengajak Brama untuk cium tangan pada
Marchel menceritakan panjang lebar soal Yanuar, berdasarkan penjelasan Bram, yang merupakan kakak dari isteri Yanuar. Marchel menjelaskan juga, kalau Yanuar hanya kena fitnah. Yanuar sama sekali tidak terlihat hubungan asmara dengan Petty, semua hanya kesalah fahaman.Marchel menjelaskan apa yang dikatakan Bram padanya, "Pak Bram bilang, tidak terjadi apa-apa antara Petty sama Papa, menurutnya Papa tetap memperlakukan Petty sebagai keponakan, itu yang diceritakan Petty pada pak Bram dan pak Bram mempercayai cerita Petty." Ujar Marchel."Masih menurut pak Bram, beliau sudah kasih tahu tante Ratih.. dan Papa akan kembali ke keluarga Papa." lanjut Marchel.Mellisa mendengarkan apa yang dikatakan Marchel. Marchel terus cerita tentang apa yang diketahuinya tentang Yanuar, baik dari Bram atau pun dari Yanuar sendiri."Kalau penjelasan Papa juga sama Ma, Papa cuma kena fitnah, Papa menganggap Petty sebagai keponakan, sehingga Petty juga diperlakuka
Sampai di kamar Melissa, Marchel dan Asha menceritakan tentang kabar baik untuk Yanuar. Melissa tanggapannya biasa datar saja, tidak ada respon yang berarti. Melissa seakan-akan tidak peduli dengan masalah Yanuar, sehingga Asha bingung dengan sikap Melissa,"Ma.. kan Papa sudah dinyatakan pak Bram tidak bersalah, jadi gak usah negatif terus dong sama Papa." Ujar Asha."Mama tidak berpikiran negatif Sha sama Papa kamu, Mama cuma tidak terlalu peduli aja, karena Mama sudah sangat kenal karakter Papa kamu." Jelas Melissa."Tapi kan orang gak selamanya jelek Ma, coba deh Mama bisa lentur sedikit sama Papa, Asha cuma ingin Mama mau ketemu Papa.. pliiis deh Ma, untuk memperbaiki silaturahmi aja." Pinta Asha."Okey.. bisa saja Mama mau ketemu Papa kamu, tapi ingat! Jangan kamu paksa Mama untuk bersatu kembali sama Papa kamu!!" Tegas Melissa.Marchel dan Asha saling berpandangan,l mendengar jawaban Melissa, seakan-akan Mellisa sudah menutup p
"Iya Sha.. syukurlah kalau kamu merasa seperti itu, setidaknya mengurangi rasa bersalah saya terhadap kamu." Ujar Bram"Pak Bram sudah cukup bijak dalam hal ini, saya dan Asha sangat memaklumi posisi bapak, tapi ya.. seperti inilah jalan yang Tuhan berikan." Tambah Marchel"Saya sangat bersyukur dipertemukan dengan kalian, saya hampir frustasi menghadapi masalah Petty, saya memang harus selesaikan masalahnya.""Pak Bram sudah amanahkan pada saya untuk menjaga Brama, In Sha Allah saya akan jaga amanah itu pak.""Terima kasih cel.., terima kasih Asha, atas pengertian kalian, kalau gitu saya moon pamit ya." Ucap BramSetelah Bram pulang, Marchel dan Asha tidak buru-buru naik ke kamar, mereka masih ngobrol soal deposito untuk Brama."Deposito itu biarkan saja utuh seperti itu, tidak usaha dicairkan." Saran Marchel"Kenapa mas? Kan bisa dimanfaatkan untuk Brama?" Tanya Asha"Gak usaha.. biarlah kebutuhan Brama tanggungan aku Sha, itu bisa dia
Ada perasaan bersalah dalam diri Bram terhadap status Brama. Dia merasa perlu untuk menegaskan tanggung jawabnya terhadap Brama, yang selama ini tidak terlalu dipersoalkan Asha dan Marchel. Namun, semakin besar Brama, maka akan semakin besar kebutuhan hidupnya.Bram mengajak Asha dan Marchel untuk bertemu, Marchel mengatur pertemuan tersebut di Mells Residents, karena kebetulan Marchel dan Asha sedang berada disana. Asha yang selama ini sebetulnya tidak terlalu mempermasalahkan, akhirnya menghargai niat baik Bram.Seperti biasanya, mereka bertemu di Lounge yang ada di Mells Residents. Bram membuka pembicaraan lebih dulu, "Asha.. sebetulnya ini sudah saya siapkan sejak lama, cuma baru hari ini saya sampaikan pada kalian." Ujar Bram"Tentang apa ini Om? kalau boleh saya tahu?" Tanya Asha"Ini soal tanggung jawab saya pada Brama, yang selama ini menjadi tanggung jawab kalian." Ujar Bram. "Saya mempersiapkan deposito untuk Brama, senilai 3 milliar." Lanjut Bram
"Justeru karena aku percaya kamu mas, makanya aku minta kamu jujur sama aku."Marchel mendekati Asha dan memeluknya dari belakang, "Terima kasih ya sayang.. kamu sangat mengerti aku, aku cuma ada kamu Sha, tidak ingin ada yang lain." Rayu MarchelMarchel merasa lega menceritakan semua masalahnya dengan Alexa pada Asha, dan sudah tahu seperti apa Asha akan menyikapi masalah tersebut."Kalau ada masalah apa pun mas, segera kasih tahu aku mas.. aku tidak ingin ada yang disembunyikan." Ujar AshaMarchel mengajak Asha ke dalam, karena hari sudah menjelang maghrib. Marchel memeluk pingga Asha sambil berjalan menuju kedalam rumah. Marchel mengatakan pada Asha kalau dia sangat bahagia dengan sikap yang diperlihatkan Asha."Aku tuh udah gak mau meributkan hal yang gak penting mas.. aku mau bahagia bersama kamu." Ucap Asha"Aku juga gitu Sha, masa depan kita masih panjang, gak mau dirusak oleh masalah sepele."Marchel dan Asha nimbrung deng
Naluri seorang isteri kadang begitu tajam, bisa merasakan apa yang sedang di derita suaminya. Asha mengajak Marchel bicara berdua di taman belakang rumah Pondok Indah.Asha bisa melihat dari raut wajah Marchel yang menyimpan persoalan, dia membuka pembicaraan dengan sebuah pertanyaan, "Sejak kemarin aku merasakan ada yang mas sembunyikan.. bisa gak mas cerita?" Pinta Asha dengan lembut.Marchel yang duduk di sebelah Asha mencoba merangkul Asha, "Gak ada yang aku tutupi Sha, aku gak ada persoalan kok." Rayu Marchel"Mas.. aku ini sudah banyak berubah lho, aku ingin tidak ada yang kamu sembunyikan, dan aku tidak akan marah kalau kamu ceritakan, sekalipun pahit ceritanya." Pancing AshaLama Marchel terdiam mendengar kebesaran jiwa Asha, yang ingin Marchel terbiasa dengan keterus terangan, " Memang tadinya ada masalah Sha, tapi hari ini sudah aku selesaikan.. semoga saja tidak ada lagi masalah baru." Jawab Marchel."Kan lebih bagus mas ceritaka