Reynard duduk di salah satu bangku dalam caffe Neo. Pria yang saat ini mengenakan kemeja biru tua dengan lengan yang sengaja digulung hingga sikunya itu menjadi pusat perhatian banyak orang. Terutama para wanita. Mata mereka mengagumi ketampanan Reynard. Sudah terbiasa mendapatkan perhatian, Reynard tampak begitu santai. Dia mengamati jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Lima menit lagi sebelum wanita pilihan kakeknya datang. Pria itu mengambil ponsel dan menelpon Nash.Seketarisnya duduk di sudut caffe dan tersembunyi dari tanaman. Dia menunggu perintah dari sang bos untuk menjalankan skenario yang sudah dirancang oleh Reynard. Dia benar-benar ragu melakukannya. Jika bukan demi liburan, dia tidak akan mau melakukannya. Ponsel Nash berdering di atas meja. Dia mengambil ponsel itu dan mengangkat telpon dari bosnya.“Kamu sudah siap?” tanya Reynard.“Untuk apa aku bersembunyi di sini jika belum siap?” gerutu Nash.“Kamu masih ingat skenario kita?” Reynard bertanya kembali. Nas
“Sial!” Reynard melayangkan tatapan mematikannya kembali ke arah Nash. “Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk berhenti?”“Kupikir kamu sedang berakting. Karena itu aku melanjutkan skenario yang kamu ciptakan.” Nash mencari alasan. Ingin sekali Reynard mengomel sekretarisnya panjang lebar. Tapi dia sadar yang paling penting saat ini adalah menjelaskan kejadian sebenarnya kepada Mia. Segera Reynard mendorong Nash agar tidak menghalangi jalannya. Kemudian pria itu berlari mengejar Mia.Setelah keluar dari caffe, Reynard menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan Mia. Melihat wanita yang mengenakan sweater abu-abu berjalan cepat menerobos kerumunan pejalan kaki. Segera Reynard berlari mengejar Mia. Saat mendekati wanita itu, Reynard meraih tangan Mia dan menghentikan langkah wanita itu. Reynard bisa melihat air mata membasahi pipi Mia. Dia jadi merasa bersalah karena Mia sakit hati karena melihat dirinya menjalin hubungan terlarang dengan Nash.“Mia, maafkan aku. Itu tadi kesala
Mia berjalan lunglai memasuki rumahnya. Dia sudah menghapus air matanya. Langkahnya terhenti saat menaiki tangga terakhir. Gadis itu memukul kepalanya sendiri sembari merutuki dirinya karena sudah bertindak sebodoh itu. Bagaimana bisa karena patah hati pada Nash, dia justru menyalahkan Reynard? "Bodoh! Bodoh! Bagaimana kau bisa menghadapi Reynard besok, Mia?" gumam Mia tertunduk lesu. Tapi melihat Nash yang biasanya tidak banyak bicara dan hanya tersenyum ramah, membuat Mia tidak menduga pria itu menjalin hubungan terlarang dengan bosnya sendiri. Terdengar pintu rumah terbuka membuat Mia mendongak. Dia melihat sang ibu berjalan menghampirinya. Wanita itu merapatkan selimut yang tersampir di bahunya. Kemudian Orlena duduk di samping putrinya. "Sepertinya pertemuannya tidak berjalan lancar." Tebak Orlena melihat reaksi Mia. Wanita itu memaksakan senyumannya. "Mungkin aku memang ditakdirkan menjadi perawan tua, Ma.""Hush! Tidak boleh bicara sembarangan, Mia. Ingat ucapan adalah ha
Reynard menatap Nash tajam. Dia duduk di kursi kerjanya dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya. Sedangkan Nash yang berdiri di depan meja kerjanya justru tampak senang setelah menjelaskan idenya kepada Reynard. "Mengapa aku merasa kamu mempermainkanku, Nash? Kamu mengambil kesempatan ini untuk kesenanganmu." Gerutu Reynard. "Mana mungkin aku mempermainkanmu, Rey. Coba saja bayangkan. Jika kau mengizinkan aku mengambil cuti selama seminggu lalu meminta Mia menggantikanku, kamu bisa dekat dengannya selama seminggu. Dalam satu minggu itu kamu bisa menjelaskan kesalahpahaman kemarin dan merayunya agar jatuh cinta padamu." Nash kembali menjelaskan idenya. Bibir Reynard tampak mengembang membayangkan apa yang baru saja Nash katakan. Tapi tetap saja ada kekhawatiran yang membuat senyuman itu lenyap. "Tapi bagaimana jika Mia menolaknya?" Reynard memberikan kemungkinan lainnya. Nash menepuk jidat dengan tangannya. Lagi-lagi kebodohan Reynard kambuh. Membuat pria itu ingin menggunca
Chapter Tambahan :Nash mengenakan kemeja puji bersihnya sedang duduk di sebuah ruangan dengan desain klasik khas victoria. Kacamatanya bertengger di hidungnya. Matanya tampak serius membaca buku di atas meja. "Reynard!" Seru Nash dengan suara keras. Tiba-tiba pintu terbuka dan seorang pria mengenakan pakaian pelayan berjalan masuk menghampiri Nash. "Ada apa, Tuanku?" tanya Reynard menunduk."Ambilkan aku kopi!" Perintah Nash tanpa menatap Reynard. "Baik, Tuanku." Reynard berbalik dan berjalan keluar dari ruangan itu. Tak lama kemudian Reynard kembali dengan membawakan secangkir kopi. Dia meletakkan kopi itu di atas meja. Nash menutup bukunya lalu mengambil cangkir itu. Menyeruput kopi di dalamnya. Namun baru mencicipinya sedikit Nash langsung melemparkan cangkir itu ke atas lantai. "Reynard, sudah berapa lama kamu bekerja di sini? Bagaimana bisa kamu tidak becus membuat kopi. Buatkan lagi untukku?" Perintah Nash dengan nada galaknya. Reynard menghela nafas berat. Dia berjongko
Mia duduk diam di salah satu kursi di sebuah restoran yang dipilih Reynard sebagai tempat mereka menikmati makan siang. Meskipun tatapannya tertuju pada buku menu, tapi dia sama sekali tidak bisa fokus kepada deretan menu yang ditawarkan. Wanita itu masih memikirkan ciuman Reynard saat mereka berada di lift. Mia sudah menduga sebelumnya jika Reynard pasti sangat ahli dalam berciuman. Mengingat deretan wanita yang mengantri untuk menjadi teman kencannya.Tapi yang lebih mengejutkan Mia adalah reaksi dirinya. Dia tidak mengerti bagaimana tubuhnya bekerja sendiri merespon ciuman Reynard. Bahkan wanita itu mendambakan hal yang lebih. Membayangkan dirinya berbaring di tempat tidur Reynard dengan pria itu menindih tubuhnya. Mencumbu tubuhnya hingga membuatnya menggila. Seketika darah Mia berdesir karena membayangkan hal itu. Dia segera menggelengkan kepalanya mencoba mengusir bayangan mengerikan itu."Kamu tidak menyukai semuanya?" Pertanyaan Reynard membuat Mia mengalihkan perhatiannya. D
Mia yang sebelumnya bersemangat menjadi terdiam mendengar pertanyaan Reynard. Dia sama sekali tidak suka membahas para pria yang masuk dalam hidupnya. Karena mereka semua hanya meninggalkan rasa sakit bagi Mia."Memang seperti itu. Para pria sama sekali tidak tulus menyukaiku. Mereka hanya menganggapku sebagai pengusir sepi saja. Setelah mendapatkan yang terbaik, mereka langsung mencampakkanku seperti sampah yang sudah tidak digunakan lagi." Terdengar amarah dalam nada suara Mia.Reynard menggelengkan kepalanya. "Tapi tidak semua pria seperti itu, Mia. Aku benar-benar menyukaimu dengan tulus.""Benarkah? Apa kamu tidak lihat diriku?" tanya Mia. Reynard memicingkan matanya. "Dirimu? Aku melihat wanita menggemaskan yang tidak berhenti membuatku tersenyum."Mia menghela nafas berat. "Mr. Metraxis, aku bukan wanita cantik, mempesona yang bisa membuat para wanita melotot melihatnya. Aku terlalu jelek, kaku, dan tidak sexy.""Apakah itu yang dikatakan para pria-pria itu?" tanya Reynard tak
Mia berjalan memasuki gedung perusahaan Metraxis. Ini adalah hari pertama dia akan menjadi sekretaris Reynard. Setelah kemarin seharian Nash mengajarinya apa saja yang harus dia kerjakan. Bibir Mia menyunggingkan senyuman saat melihat sahabatnya."Alicia." Mia melambaikan tangannya. Alicia mendongak dan melihat Mia berjalan menghampirinya. Tapi tidak ada balasan senyuman di bibir wanita itu. Membuat Mia sangat heran. "Mengapa kamu tampak suram? Apakah terjadi sesuatu yang buruk?" tanya Mia."Sebenarnya memang terjadi sesuatu yang buruk. Tapi bukan padaku." Alicia tampak ragu mengatakannya. "Apa maksudmu, Alicia?" heran Mia. Terlihat Alicia mengambil sesuatu di atas meja. Tubuh Mia membeku saat sekilas melihat undangan di tangan Alicia. Sebenarnya tanpa Alicia beritahu, Mia sudah menebak nama yang tertera dalam undangan pernikahan itu. Mia mengambil undangan yang diserahkan sahabatnya. Dia membaca dua nama yang tertera di atas undangan. Ben Dalton & Charlotte Carter. Mantan kekasih
Mia menatap pantulan dirinya di depan cermin besar. Wanita itu mengenakan gaun putih gading yang terlihat indah. Gaun lengan panjang itu melebar di bagian bawah pinggang. Di belakangnya ekor gaun menjuntai beberapa meter. Gaun itu terlihat begitu mewah karena brokat emas yang menghiasi seluruh gaun."Apakah ini tidak terlalu berlebihan, Mrs. Vardalos?" tanya Mia kepada calon ibu mertuanya.Zeta berdiri di samping Mia. Wanita itu menatap penampilan calon menantunya dengan tatapan kepuasan. Bibirnya tersenyum lebar tampak sangat bahagia."Tidak ada yang berlebihan, Sayangku. Kamu sangat cantik." Zeta memeluk bahu Mia meyakinkan wanita itu."Tapi aku tidak yakin tampil dengan gaun ini, Mrs. Vardalos. Aku merasa tidak pantas mengenakannya." Mia menunduk sedih.Zeta memutar tubuh Mia sehingga wanita itu menghadap ke arahnya. Wanita itu menepuk bahu Mia sehingga menatap ke arahnya."Reynard sudah memberitahuku jika kamu kesulitan untuk percaya diri, Mia. Tak seorang pun di dunia ini yang bi
Reynard sudah mencarinya di seluruh resort. Namun dia belum kunjung menemukan tunangannya. Dia begitu ketakutan terjadi hal buruk pada Mia. Lalu tatapannya tertuju ke arah lautan. Dia berpikir mungkin saja Mia tidak sengaja jatuh ke lautan. Tapi segera Reynard menggelengkan kepalanya. Dia tahu hal aneh seperti itu hanya ada dalam drama-drama, tidaklah nyata.Tiba-tiba seorang pria mengenakan setelan hitam berjalan menghampirinya. Langkahnya terhenti tepat di hadapan Reynard. Mata Reynard mengamati pria itu dengan tatapan penuh tanda tanya."Apakah anda adalah Reynard Metraxis?" tanya pria itu.Reynard menganggukkan kepalanya. "Benar. Saya adalah Reynard Metraxis. Anda siapa?""Saya adalah Daniel Wade. Saya diperintahkan seseorang untuk mengantarkan anda ke suatu tempat." Pria itu memberitahu Reynard.Reynard memicingkan matanya menatap pria itu. "Siapa yang memerintahkan kamu kemari?"Pria itu tersenyum. "Saya tidak bisa memberitahu anda, Mr. Metraxis. Tapi ini berhubungan dengan tunan
"Jadi kamu memang merencanakan lamaran ini saat merencanakan liburan kita?" tanya Mia saat mereka sudah kembali ke kabin mereka. Reynard menarik Mia yang baru saja selesai mandi untuk duduk di pangkuannya. "Aku memang merencanakan liburan ini untuk melamarmu. Aku sudah sangat yakin tidak ingin melepaskanmu lagi. Karena kamu adalah wanita yang dikirim Tuhan untuk menemaniku di sisa hidupku." "Bisakah kamu berhenti untuk mengatakan hal-hal yang manis? Kamu membuat pipiku memerah." Mia menyentuh pipinya yang memanas. Reynard terkekeh melihat reaksi sang kekasih. "Aku hanya mengungkapkan isi hatiku, Agape mou. Kenapa wajahmu jadi seperti kepiting rebus?" "Kamu menyebalkan, Reynard." Mia mendengus kesal. Reynard mencium bibir Mia sekilas. "Bagaimana bisa pria tampan ini menyebalkan?" "Kenarsisan-mu mengingatkanku pada tingkat kepercayaan dirimu yang tinggi saat berpikir aku memujimu." Mia terkekeh geli. "Jangan ingatkan aku tentang hal itu." Kali ini Reynard yang tampak kesal. Mia t
Blue Magic merupakan salah satu spot menyelam terbaik. Lokasi ini berada di antara pulau Kri dan pulau Waisai. Dengan perpaduan laut berwarna biru muda yang cantik ditambah dengan keindahan kehidupan bawah lautnya sehingga tidak heran orang-orang menyebut tempat itu sebagai Blue Magic.Reynard dan Miayang sudah mengenakan pakaian dan perlengkapan menyelam sedang menikmati pemandangan kehidupan bawah laut di Blue Magic. Bersama dengan pemandu tour, mereka bersama mengelilingi tempat itu. Reynard menggandeng tangan sang kekasih untuk menjaga wanita itu berada di dekatnya. Seperti yang dikatakan pemandu mereka tadi karena arus yang kuat mampu menyeret penyelam ke laut terbuka.Namun perjuangan mereka tidaklah sia-sia. Karena mereka bisa melihat warna warni batu karang yang cantik serta hewan-hewan laut yang menakjubkan. Seperti ikan pari manta, barakuda, tuna dan makhluk laut yang paling populer di tempat itu adalah kumpulan jackfish.Setelah puas menikmati pemandangan bawah laut itu, Re
"Dan aku akan membuatmu juga sangat liar, Agape mou." Setelah mengucapkan kalimat itu, Reynard langsung menunduk. Bukan untuk mencium bibir Mia melainkan menggigit lembut telinga wanita itu.Hembusan nafas Reynard yang menerpa kulit Mia membuat wanita itu merinding geli. Namun dia merasakan sensasi aneh di perutnya. Seakan perutnya baru saja diguncangkan dengan keras."Reynard." Desah Mia."Kamu menyukainya, Agape mou?" bisik Reynard.Menyukainya? Mia bahkan tidak mengerti bagaimana tubuhnya berubah panas karena tindakan Reynard. Padahal pria itu bahkan belum menyentuh titik sensitif Mia tapi Reynard mampu membangkitkan hasrat liar dalam dirinya.Reynard beralih ke leher Mia. Menciptakan panas yang menjalar dalam setiap kecupannya. Tangan Reynard menyusup dalam kaos wanita itu menangkup salah satu bukit kembar Mia. Mia tak mampu berpikir dengan jernih ketika Reynard memberikan cumbuan serta remasan lembut di payudaranya. Ketika tangan Reynard menurunkan branya dan menyentuh putingnya
Raja Ampat di Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Reynard menghabiskan liburannya bersama dengan Mia. Keindahan pemandangan laut dan pantai sangat memikat pasangan itu begitu mereka sampai di Misool Eco Resort.Misool merupakan satu dari empat pulau terbesar di kepulauan Raja Ampat yang terletak di provinsi Papua Barat. Misool berbatasan langsung dengan laut Seram dan perairan laut lepas yang menjadi jalur lintas hewan besar termasuk paus. Sehingga tidak heran jika Raja Ampat terkenal dengan keindahan kehidupan bawah lautnya.“Tempat ini seperti surga, Reynard.” Mia melihat lautan berwarna biru kehijaun yang sangat indah.“Tempat ini seperti surga jika aku bersamamu, Agape mou.”Mia menoleh dan memperlihatkan rona merah di pipinya. “Berhentilah merayuku terus, Mr. Metraxis. Kamu akan membuatku meleleh seperti mentega di bawah sinar matahari.”Reynard tertawa mendengar perumpamaan sang kekasih. Pria itu meraih tangan Mia dan berjalan menyusuri jembatan kayu di atas laut. “Sayangn
Reynard melepaskan ciumannya. Sepasang kekasih itu segera menoleh. Karyawan wanita yang beberapa hari yang lalu tidak sengaja mendorong Mia hingga terluka berdiri di depan pintu dengan terkejut. Tidak butuh orang pintar untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Reynard dan Mia dengan posisi Reynard yang menyergap tubuh Mia diantara dinding."Maafkan aku. Aku akan naik lift berikutnya." Wanita pirang itu segera mengalihkan perhatiannya.Tak lama kemudian pintu lift kembali tertutup. Reynard kembali mengalihkan perhatiannya pada wanita cantik yang terperangkap di hadapannya."Sepertinya kita akan membuat seisi kantor heboh." Mia meringis membayangkan berita baru tentang dirinya dan Reynard yang akan segera muncul."Aku pikir bukan berita buruk yang akan kita dengar." Reynard menyunggingkan senyuman."Bagaimana kamu bisa begitu yakin?" tanya Mia menatap sang kekasih."Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini, Agape mou?" tanya Reynard.Mia melihat Reynard yang berdiri di hadapan
"Jadi kamu masih tidak akan memberitahuku ke mana kita akan pergi akhir pekan ini?" tanya Mia sembari menyantap burgernya.Setelah berpikir lama tentang makanan yang akan mereka pilih sebagai menu makan siang mereka, akhirnya Mia mendesak Reynard untuk pergi ke restoran cepat saji. Dia ingin menikmati burger. Sudah lama wanita itu tidak memakannya. Terakhir kali dia makan makanan bertumpuk itu adalah ketika Alicia mengajaknya untuk merayakan ulang tahun Alicia berdua dengannya."Sudah kukatakan itu adalah kejutan." Reynard menyantap burger bagiannya.Mia berpikir Reynard akan terlihat kaku memakan makanan cepat saji itu. Karena selama ini pria itu selalu menyantap makanan-makanan dari koki terbaik. Tapi ternyata dugaan Mia salah. Gerakan tangan Reynard saat memegang burger itu begitu luwes. Seolah pria itu sudah sering memakannya."Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku kenakan, Reynard? Bagaimana jika aku salah kostum? Maksudku bagaimana jika aku mengenakan kaos dan celana pendek tap
Reynard dan Mia sudah berada di dalam mobil pria itu. Namun Reynard tidak segera menghidupkan mesin mobilnya. Pria itu memilih memusatkan perhatiannya pada Mia. Wajah wanita itu tampak pucat. Dia tahu tidak mudah bagi Mia menghadapi situasi seperti tadi."Apakah kamu baik-baik saja, Agape mou?" Reynard mengulurkan tangan menggenggam tangan Mia.Akhirnya wanita yang sejak tadi diam mulai menoleh menatap sang kekasih. Bibirnya berusaha menyunggingkan senyuman. "Aku... Aku baik-baik saja, Reynard.""Kamu yakin? Wajahmu tampak pucat, Agape mou." Tangan Reynard berpindah menyentuh pipi Mia."Sebenarnya aku memang tidak baik-baik saja, Reynard. Aku sangat takut. Bahkan tanganku sampai gemetar seperti ini." Mia mengangkat kedua tangannya yang masih gemetar."Maafkan aku, Agape mou. Kamu harus menghadapi Mama seperti itu. Seharusnya aku tahu lebih awal jika Mama datang kemari. Salahku tidak memperingatkanmu lebih dulu." Sesal Reynard."Jadi benar ibumu selalu melakukannya? Maksudku bersikap