"Aku hanya..." Kate terdiam seketika saat ia merasa ada seseorang yang mengawasinya di ujung ruang tamu, ia menyipitkan mata dan sangat terkejut saat melihat Greta berdiri di sana dengan wajah yang sama terkejutnya dengan dirinya.Greta menggaruk bagian belakang lehernya dengan gugup, ia melambai ke arah Kate dan berkata 'Hai' pelan.Tiba-tiba sesuatu terlintas di benak Ryan, ia bisa menggunakan situasi itu untuk meyakinkan Kate tentang hubungannya dengan Greta."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ryan sekali lagi."Aku membawakanmu sarapan..." jawab Kate dengan lembut ia masih berusaha keras untuk mencerna situasi yang terjadi saat itu. Ia benar-benar berpikir bahwa kemarin Ryan dan Greta hanyalah pasangan palsu tetapi melihat mereka di sana, bersama di pagi hari membuatnya menyadari bahwa mungkin ada hubungan nyata di antara mereka berdua."Sudah kubilang berhenti melakukan ini. Lagi pula, Greta sudah memasak sarapan untukku," dusta Ryan, mata Greta membelalak mendengarnya. Memasa
"Show pertama Daily Restaurant akan tayang perdana besok," kata Ryan sambil mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Greta menyeringai, "Mereka benar-benar akan mengubah namaku, bukan?" dia bertanya dengan cemas.Ryan mengangkat bahu, "Entahlah, kurasa begitu..."Greta menghela napas lega, bukannya ia terlalu percaya diri atau semacamnya tapi mantan pacarnya adalah anak dari Presiden USA yang masih menjabat sampai saat itu. Bukan tidak mungkin orang akan mengenalinya. Ditambah lagi dia adalah putri dari Gabriel Spectre yang cukup terkenal di dunia bisnis dan seni."Apakah kau sudah memikirkan di mana kau akan membangun restoranmu?" tanya Ryan yang sedari tadi sibuk mencari-cari obrolan. Ryan memang aneh, terkadang dia terlihat sangat dingin hingga terkesan tertutup, namun terkadang dia terlihat seperti seseorang yang tidak memiliki beban hidup."Um, entahlah mungkin di kota ini, mungkin juga di kota lain, aku masih memikirkannya..." kata Greta jujur. Ryan mengangguk, "Jadi memang pa
"Kau membaca pesanku?" tanya Ryan santai. Greta melotot kaget, "Aku tidak sengaja! Ponselmu ada di sebelahku, tentu saja aku bisa membaca apa yang ada di sana dengan mudah!" dia mengoceh, pipinya memerah karena malu.Ryan menunduk untuk membaca pesan dari Kate, dia meletakkan kembali ponselnya di atas meja tanpa berniat untuk membalas pesan itu.Greta berdeham, dia memikirkan kata-kata yang tepat untuk bertanya pada Ryan tentang pesan Kate, tetapi sebelum dia sempat bertanya, Ryan justru mendahuluinya."Ya, Kate memang berselingkuh dengan Gaston, dia berselingkuh dengan saudara tiriku. Luar biasa bukan?" Wajah Ryan terlihat datar saat mengatakan itu, tangannya malah sibuk mengambil pangsit dengan sumpit dan menjejalkannya ke mulutnya.Greta mendengarkan dengan mulut setengah terbuka, "Aku tidak bisa berkata-kata..." hanya itu kata yang keluar dari mulutnya."Jadi, apa cerita di baliknya?" Greta bertanya dengan kening berkerut, berharap Ryan akan memberitahunya karena dia sangat penasa
"Mereka memotret kita berdua" pekik Greta waspada."Kenapa? Kau tidak menyukainya?" gumam Ryan, tangannya sibuk menyetir mobil. Greta menggeleng, "Tidak, hanya saja... kupikir kau tidak akan nyaman dengan itu..."Ryan menghela napas berat,"Dengar, berita ini akan ada di mana-mana dan mantan tunanganmu mungkin akan melihatnya. Kau tidak boleh terlihat begitu kesepian, memilukan, dan menyedihkan! Kau harus menunjukkan padanya bahwa kau baik-baik saja dan kau bisa bertahan dengan baik!" Ryan terdengar sangat tulus sehingga Greta langsung ingin menangis, tapi tentu saja dia menahannya.Grete mengalihkan pandangan ke jendela,''Ya, kau benar...aku ingin terlihat seperti orang yang bahagia, media terus menanyakan pertanyaan yang sangat aneh. Itu semua sangat salah dan aku tidak tahu siapa sumber mereka," gumamnya kesal. "Um, jadi kenapa kau membantuku? Bukankah kau membenciku?" tanya Greta ragu-ragu.Ryan mendengus,"Well, memang iya! Tapi aku ingin kau bekerja di restoranku setidaknya sam
Jika biasanya Ryan akan menawarkan tumpangan, malam ini Greta yang memintanya terlebih dahulu. Dia tidak ingin Kate mendahuluinya. Dia mendekati Ryan yang sedang menunduk di depan laptopnya di ruang VIP. Dia berdehem dan berhasil membuat Ryan menoleh ke arahnya."Bolehkah aku masuk?" Greta bertanya hati-hati. Ryan mengangguk, lalu matanya kembali ke laptop lagi."Um, bisakah kau memberiku tumpangan lagi malam ini?" tanyanya dengan wajah khawatir, takut ditolak."Tentu," kata Ryan singkat tanpa mendongak.Greta mencibir, kemarin dia cukup ramah padanya, kenapa sekarang dia kembali seperti saat pertama kali mereka bertemu. Begitu dingin dan kaku."Ingin makan sesuatu sebelum pulang?" kata Greta, jarinya menyilang di bawah meja."Aku kenyang," seperti sebelumnya, Ryan menjaga intonasinya tetap datar dan kaku. Greta menarik napas dalam-dalam, jika semuanya terus seperti ini, dia bisa kalah dari Kate. Tapi setidaknya mereka akan pulang bersama. Ryan mungkin lelah."Oke, aku tunggu di lobby
"Um, yah, bukankah seharusnya kau melakukan itu untuk menebus kesalahanmu!" sahut Greta dengan ketus. Dia tidak ingin terdengar seolah-olah dia sangat tersanjung dengan tawaran Ryan. Ia membuka pintu apartemennya dan membiarkan Ryan masuk."Kau tahu di mana dapurnya, kan? Aku mau mandi sekarang," kata Greta sambil berjalan ke kamarnya. Setelah menutup pintu, dia bergegas ke kamar mandi. Dia melepas pakaiannya satu per satu sambil melihat ke cermin. Dia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya bahkan setelah hal-hal buruk yang dia alami sebelumnya. Orang yang melihatnya mungkin mengira dia memiliki gangguan mental yang serius karena suasana hatinya bisa berubah secara drastis.Greta mandi cepat, dia berdiri di lemari cukup lama untuk memilih apa yang akan dikenakan. Awalnya, dia ingin mengenakan pakaian yang sedikit seksi, tetapi Ryan akan menyadari bahwa dia sedang berusaha menarik perhatiannya. Akhirnya, dia memilih celana pendek dengan kaus longgar berwarna kuning muda. Dia membiark
Ryan kembali dengan sebotol anggur di tangan kanannya dan sekantong almond di tangan kirinya. Greta melambaikan tangannya, tidak sabar untuk minum lagi."Kacang almond?" gerutu Greta sambil menyambar bungkusan itu dari tangan Ryan. Ryan mengangguk, "Ya, aku pikir kau mungkin ingin makan," katanya dengan santai, tangannya dengan gesit membuka tutup anggur dan menuangkannya ke dalam gelas mereka."Jadi kau juga dikhianati..." gumam Ryan setelah menghabiskan wine di gelasnya. Mata Greta tampak setengah tertutup. Kombinasi efek kantuk dan anggur,"Ya, semua orang di dunia tahu itu...""Bagaimana rasanya?" Ryan bertanya, dia bersandar ke sofa dan menutup matanya."Rasanya seperti dadamu ditusuk pisau bergerigi dan tulang-tulangmu dicabut dari tubuhmu, kurasa kau juga tahu bagaimana rasanya..." kata Greta dengan suara serak.Ryan membuka matanya, matanya menatap kosong."Ya, kurasa itu juga yang kurasakan, tapi dalam kasusku, itu sedikit berbeda," dia menarik napas dalam-dalam sebelum melan
Dikonsumsi oleh perasaannya sendiri, Greta memutuskan untuk keluar dari apartemennya. Dia melihat sekeliling lobi dan merasa lega ketika dia tidak melihat siapa pun kecuali satpam."Selamat malam Nona Spectre, sedang mencari taksi?" sapa satpam dengan sopan."Tidak, terima kasih Mr. Baker, aku sudah pesan Uber," jawab Greta dengan intonasi ramahnya yang bisa membuat siapa saja ingin berteman dengannya.Tak lama kemudian sebuah uber muncul, Greta melambai ke Mr. Baker dan melompat ke dalam mobil. Ia berniat untuk mengunjungi suatu tempat. Ia menatap ke jendela dan tiba-tiba merasakan kekosongan mengisi dadanya. Tanda tanya besar terus mengalir di kepalanya, 'Apakah Ryan mencintaiku?'Greta tahu ia bisa langsung bertanya kepada Ryan tentang perasaannya, tetapi ia tidak ingin mengulangi kisah sedih yang sama. Ketika ia memulai hubungannya dengan Michael Mayer bertahun-tahun yang lalu, ialah yang pertama kali memulai, dan hubungan mereka tidak berakhir dengan baik. Ia tidak ingin itu terj
"Hai," sapa Amanda kaku saat melihat Summer dan Shawn. Summer tersenyum lebar, "Hai, apa kabar? Kalian datang bersama?" Archie mengangguk, "Ya," katanya sambil menoleh ke arah Amanda dan tersenyum. Summer dan Shawn saling memandang, sedikit bingung dengan keterkejutannya. Setelah itu, mereka semua duduk di kursi masing-masing, dan kebetulan, Summer mendapat tempat duduk tepat di seberang Amanda yang tetap memasang wajah cemberutnya meski Archie di sebelahnya berusaha menghiburnya. Gina dengan ringan memukul gelas anggurnya dua kali, menandakan bahwa dia ingin berbicara. Dia berdiri tepat di sebelah Shawn, terlihat cantik dan anggun dalam balutan gaun putihnya. "Selamat malam, terima kasih semua sudah datang, terutama Amanda yang datang jauh-jauh dari Melbourne dan Archie dari Adelaide. Um, untuk Tuan dan Nyonya Jefferson, saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya karena mungkin telah mempermalukan Anda dengan apa yang terjadi di antara kita baru-baru ini. Hubungan yang sudah sepert
"Oh, dasar gadis bodoh," kata Gina, memalingkan wajahnya, tapi dia tidak mengatakan kata penolakan lagi.Shawn dan Summer saling menatap, diam-diam berusaha menahan senyum."Aku akan membawa kopermu ke kamar, kau ingin menunggu di sini?" Shawn bertanya, menunjuk ke kursi yang juga diduduki ibunya."Yeah, aku akan menunggu di sini!" serunya riang. Di tempatnya berdiri, Gina tidak bereaksi dan tetap sibuk dengan bunganya."Ini bunga untukmu, kudengar kau sangat suka bunga ini," kata Summer sambil meletakkan keranjang bunga di atas meja."Singkirkan bunga itu, sangat menyebalkan!" Bentak Gina.Summer menyeringai, meletakkan keranjang bunga di atas meja kayu lain tak jauh dari mereka."Kau benar-benar membenciku? Atau kau melakukannya karena menurutmu Shawn masih punya kesempatan dengan Amanda?" tanya Summer tanpa berani duduk di sebelah Gina."Apapun itu, aku hanya tidak suka kau disini, berusahalah sekuat tenaga karena aku tidak akan berubah," kata Gina datar.Summer menarik napas dalam
Malam itu semuanya berjalan sesuai rencana. Ibu Amanda menepati janjinya, dia mengatakan yang sebenarnya kepada Shawn, bahwa ibunya tidak benar-benar sakit dan hasil labnya palsu. Dan Shawn setuju untuk melakukan apa yang direncanakan ibu Amanda untuk menghentikan rencana gila Amanda yang mulai tidak masuk akal.Summer menunggu di sofa dengan gugup sambil terus menatap ponselnya. Beberapa menit kemudian ponselnya berdering. Summer dengan gugup menekan tombol hijau. Dari sofa di seberangnya, Archie melambaikan tangannya, memberi isyarat kepada Summer untuk bersikap santai karena tidak ada yang tahu mereka berada di Brisbane kecuali ibu Amanda dan Shawn."Halo?" kata Summer, berusaha keras untuk terdengar santai."Summer! Tolong telepon Shawn sekarang juga dan suruh dia berhenti!" teriak seseorang dari seberang.Summer menelan ludah, dengan gugup, "Siapa kau?""Ini Gina Miller! Aku ibu Shawn! Tidak, tidak, kau tidak perlu meneleponnya, bicara saja di sini, berteriaklah agar dia bisa men
"Dia sudah pergi..." kata Archie canggung. Summer segera melepaskan diri dari pelukan Archie. Dia menyeka air matanya dengan cepat, lalu menggigit bibirnya, seolah-olah untuk menahan diri."Kau baik baik saja?" Archie bertanya yang mana tentu saja hanya pertanyaan klise yang tidak perlu dijawab.Summer berdehem, menyeka hidungnya dengan ujung sweter wolnya."Aku butuh bir, kau mau ikut denganku?" tanya Summer tanpa memandang Archie."Apa? Bir? Bisakah kau minta yang lain? Um, levermu..." gumam Archie sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.Summer melambaikan tangannya, "Lupakan saja, aku akan pergi sendiri," katanya sambil berbalik dan berjalan menjauh dari Archie."Tidak, tunggu! Baiklah! Aku akan ikut denganmu," teriak Archie pada akhirnya. Dia setengah berlari mengejar Summer lalu berjalan di sisinya."Ada bar beberapa blok dari sini, mau ke sana?" Archie berusaha memecahkan keheningan di antara mereka."Oke," jawab Summer singkat. Archie mengangguk, lalu terdiam lagi."Kau bis
Dua minggu kemudian."Summer! Bangun! Kamu harus melihat ini!"Dia membuka matanya dan terkejut menemukan Mrs. Jones sedang menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan wajah gembira.Dengan mata mengantuk, dia bangkit dan mengikuti Mrs. Jones, keluar dari kamarnya.Mereka berjalan melewati ruang tamu, lalu tiba-tiba Mrs. Jones berhenti di depan pintu penghubung antara ruang makan dan taman belakang."Lihat wanita itu!" teriak Mrs. Jones dengan bangga.Mata Summer tiba-tiba membelalak saat melihat nenek sedang berjalan menyirami tanaman dengan lambat.Rasa kantuknya hilang seketika, ia tersenyum lebar dan memeluk Mrs. Jones dengan hangat. "Terima kasih, Mrs Jones! Kau yang terbaik!"Sejak menjalani operasi cangkok hati, langkah Nenek selalu bergetar dan membuatnya harus selalu duduk di kursi roda. Melihat kemampuannya kembali ke aktivitas normalnya membuat Summer merasa sangat bahagia...Hari itu dia pergi ke Coffee Shop dengan lebih semangat. Dia berjanji akan melakukan apa saja untuk mendap
Summer sedang duduk di sofa, memperhatikan Archie diukur oleh staf penjahit.Kepalanya dipenuhi dengan bayangan Shawn, apakah dia bahagia tanpa dia ataukah dia menderita karena dipaksa melakukan apa yang diinginkan ibunya?Dia menarik napas dalam-dalam untuk kesekian kalinya, dadanya terasa sangat sesak seolah ada beban berat yang disandarkan disana. Sekali lagi air mata menggenang di matanya, dia buru-buru mengeluarkan tisu dari tasnya dan menyekanya sampai kering."Aku sudah selesai, apakah kau ingin mampir untuk minum? Kau terlihat sangat tertekan," gumam Archie sambil mengenakan kembali bombernya."Aku tidak minum alkohol lagi," kata Summer sambil berdiri.Archie terlihat sedikit terkejut, "Keren! Apakah kau hidup sehat atau apa?"Summer mendengus sambil tertawa, “Aku mendonorkan liverku beberapa waktu lalu, jadi aku harus merawat tubuhku lebih dari orang lain yang kondisinya normal,” ujarnya enteng."Oke, bagaimana dengan es krim? Kau harus mencoba gelato terbaik di kota!" Teriak
Hari itu adalah hari yang sangat menyenangkan untuk Summer, bukan hanya karena dia mendapat pekerjaan tetapi juga karena ternyata pemilik Airbnb tempat dia menginap adalah seorang fisioterapis. Saat dia sedang melatih nenek berjalan di taman belakang, pemilik rumah bernama Mrs. Jones berjalan ke arah mereka dan mengobrol sebentar dengan mereka. Nyonya Jones menawarkan diri untuk menjadi terapis nenek dengan bayaran yang sangat rendah karena dia sangat senang melakukannya. Dia pun menawarkan Summer dan neneknya untuk tinggal di sana dengan harga lebih murah selama sesi terapi, mungkin butuh waktu berbulan-bulan, tapi demi kesehatan neneknya tentu saja Summer tidak keberatan. "Kau yakin akan tinggal di sini?" tanya nenek ketika mereka berada di kamar tidur. Summer mengangguk, "Aku senang nenek punya teman untuk diajak ngobrol, bayangkan jika kita tinggal di apartemen, nenek akan kesepian setiap kali aku pergi bekerja, seperti hari-hari lainnya," katanya, tangannya sibuk memijat. kak
Summer mengesampingkan urusan asmaranya dan mencoba menghubungi Shawn karena dia tidak tahu harus berbicara dengan siapa tentang berita tragis itu, namun panggilannya tidak dijawab, bahkan beberapa saat kemudian ponselnya menjadi tidak aktif.Ketakutan mencengkeram jiwanya, dia takut dia telah terlibat dalam sesuatu yang dia tidak benar-benar tahu. Dia mondar-mandir di kamarnya dengan gelisah, lalu sebuah ide muncul di kepalanya. Jika dia sangat curiga pada Vivian, mengapa dia tidak langsung bertanya padanya? Alih-alih berasumsi di kepalanya. Kemudian dia mengambil ponselnya dan mulai meneleponnya. Tidak ada jawaban juga, bahkan setelah dia mencoba untuk kesekian kali, panggilannya masih diabaikan. Pasti ada sesuatu, dia bisa merasakannya, dia tahu itu, tapi apa?Dengan putus asa, dia mencoba menelepon Grace Park yang menerima teleponnya di dering pertama."Grace, apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara gemetar."Aku tidak tahu, ini sangat kacau, kau dimana? Kita perlu bicara!""Byro
"Hei Janice, apa yang sedang kau masak?" tanya Summer saat memasuki dapur dan mendapati Janice sedang mengaduk panci."Sup ayam dan kacang polong, kau pasti lelah, mandi saja, aku sudah hampir selesai," kata Janice, dia tahu Summer akan membantunya menyiapkan makan malam.Summer menggelengkan kepalanya, "Aku masih punya cukup kekuatan untuk melakukan apapun!" katanya riang, tangannya sibuk mengupas kentang segar yang tergeletak di atas meja.Janice tersenyum, "Kau benar-benar gadis muda yang penuh semangat, aku senang mengetahui bahwa kita akan bekerja sama untuk mengembangkan rumah pertanian ini," katanya dengan sungguh-sungguh.Summer meringis, sepertinya semua orang kecuali dirinya tahu tentang rencana Vivian untuk memberikan rumah pertanian itu padanya."Apakah kau dan Mike punya anak?" Summer bertanya untuk mengganti topik pembicaraan karena dia belum siap membicarakan bisnis pertanian mereka.Janice menggelengkan kepalanya, "Tidak satu pun dari kami yang dapat memiliki anak, tet