Share

27 | Mulai Merasa

Penulis: Asterona
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam ketika Anjani selesai mencuci piring. Wanita itu mengeluari dapur lalu menghampiri putrinya yang terlelap di ranjang dengan punggung tangan masih melekat impus. Tampaknya Clara begitu nyaman dalam tidurnya sampai Anjani tak sekali pun mendengar anak itu melenguh atau terjaga. Namun Anjani yakin, Clara pasti masih merasa sakit disekujur tubuhnya.

Menarik selimut hingga sebatas dada anaknya itu, Anjani mengecup kening Clara seperti kebiasan setelah Clara tertidur.

"Good Night my princess," ucapnya. Lalu pandangan Anjani beralih pada Bian yang berbaring di sofa bed. Pria itu juga tertidur menyamping sembari memeluk tubuhnya sendiri.

Wajah Bian pun tampak kelelahan dengan rambut yang berantakan, bahkan pria itu memakai pakaian yang sama sejak pagi tadi. Yaitu, sweater rajut hitam milik Aldevaro. Anjani memang meminjamakannya sebab kalian ingat sendiri kan? Kalau kemarin Bian nyaris tenggelam

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Janda Lumpuh Milik CEO   28 | Rival dan Sang Pelaku

    "Shttt pak, bapak ngelamunin apa?" bisikan disertai sikutan itu membuyarkan pikiran Bian, ia menegapkan punggung dan menatap Vanya yang duduk di sampingnya dengan linglung. Suasana ruang meeting pun menghening ketika semua karyawan menatap pria itu."Hah? Apanya?" Bian semakin terheran."Itu loh pak lihat ke depan.""Ekhem."Deheman yang lantas membuat Bian mematuhi Vanya, pria itu menatap ke depan, menelan saliva kasar kala Pak Bram menatapnya cukup sinis. Sial! Bian merutuki kebodohannya melamun di tengah moment meeting. Bisa-bisanya pikirannya terlintas oleh seseorang dalam keadaan penting seperti sekarang.Menstabilkan ekspresi agar tetap terlihat santai, Bian berdehem singkat lalu bersikap layaknya CEO profesional."Maaf pak. Saya kehilangan fokus. Bisa diulang pertanyaannya?"Pak Bram menggelengkan kepalanya beberapa detik tanda kecewa pada teledorny

  • Janda Lumpuh Milik CEO   29 | Stuck With You

    "Le-akh lepas... Bi," rintih Laura. Dia memegangi kedua tangan Bian guna menahan pria itu mencekik lehernya lebih kuat. Alhasil, nyaris bermenit-menit Laura merasa oksigennya kian menipis. Laura tak habis pikir kenapa Bian mendadak datang lalu langsung mencekik lehernya.Menyepelekan rintihan wanita itu Bian justru menguatkan cekikannya, bahkan dia sampai mendorong Laura membuat wanita itu terpaksa berjalan mundur hingga punggungnya menyentuh tembok."Tidak akan, sebelum kamu mengakui semuanya di hadapanku penjahat!""I-iya akh.. aku... ngaku." Laura tidak punya pilihan. Bian sepertinya sudah tidak waras! Pria itu bisa saja membuatnya meregang nyawa.Melepaskan cekikan dari leher Laura dengan kasar, Bian berucap, "Apa pengakuanmu? Cepat katakan sekarang!"Masih dengan wajah memucat dan mulut terbatuk hebat, Laura menghirup oksigen sebanyak mungkin. Tubuh wanita itu meluruh ke lantai.

  • Janda Lumpuh Milik CEO   30 | Awal Keterbukaan (21+)

    Bian sudah biasa meladeni banyak wanita yang mencoba mendekatinya. Ada banyak nama seperti Bella, Alana, Jessie dan masih banyak lagi. Namun yang paling kebal dengan penolakannya adalah si wanita penyihir bernama Laura. Lalu bagian terpenting yang perlu digaris bawahi ketika wanita-wanita itu berusaha mengambil hatinya adalah, Bian tak pernah tertarik sedikit pun pada pesona yang mereka tunjukan. Sekali pun untuk meluluhkan hatinya dengan menonjolkan kebaikan, mereka jauh dari kata 'dekat'. Akan tetapi, kali ini Bian menemukan banyak perbedaan ketika bersama Anjani. Tanpa susah payah wanita itu untuk mengambil perhatiannya, Bian sudah tersihir oleh kebaikan hatinya. Bertatapan selama puluhan detik sembari memegangi bahu wanita itu, Bian mengamati wajah mulus Anjani, hidung kecil yang mancung, serta mata bulat dengan bulu yang lentik, memunculkan perasaan hangat dalam raga Bian. Ia tak tahu mesti menyebutnya apa.

  • Janda Lumpuh Milik CEO   31 | Saya Kalah, An.

    Ada banyak hal yang Anjani syukuri di dunia, tetapi salah satunya bukanlah pengakuan pria bernama Bian Pradipta di hadapannya sekarang. Ia menghargai Bian sebagai teman dan pria yang baik hati, yang selalu membantunya di kala susah.Sekalipun tidak pernah terpikir olehnya menaruh rasa lebih pada Bian, mengingat di hatinya masih tertanam rasa cinta pada Aldevaro. Entah sampai kapan rasa itu akan menetap, namun Anjani tidak menampik jikalau nanti Tuhan membalik perasaannya untuk mencintai pria lain. Anjani akan pasrah. Sebab Anjani yakin Tuhan selalu memberikan apa yang ia butuhkan dan mendatangkan seseorang yang terbaik untuknya di masa depan."Aku sudah kalah dalam tantangan kita, An. Aku menyayangimu dan Clara. Aku tidak mampu lagi membohongi perasaanku sendiri," ungkap Bian menyuarakan isi hatinya. Wajah pria itu kusut bercampur khawatir.Anjani menunduk diam, ia bingung menjawab bagaimana, perasaannya pun jadi tidak kar

  • Janda Lumpuh Milik CEO   32 | Lebih Dekat

    "Anjani."Seseorang memanggil namanya membuat Anjani menoleh ke samping, sontak langkah wanita itu dan Bram pun terhenti.Mengetahui yang memanggil Anjani adalah Bian ekspresi Bram berubah masam. Ia risih kenapa rekan bisnisnya itu selalu saja hadir saat mereka sedang asik berbincang.Apalagi Bian, seolah tanpa peduli akan kehadirannya langsung menghampiri Anjani dan bertanya, sambil memamerkan senyum menawannya pada wanita itu."Kamu sudah lama datang?" tanya Bian dan Anjani pun mengangguk. Dia tetap tersenyum, Anjani mencoba melupakan kejadian antara mereka kemarin. Ia pikir tidak penting mengingat semua hal itu. Biarlah ia dan Bian menjalankan hari-hari seperti biasa. Namun, apakah pria itu sanggup?"Baguslah. Pas sekali sebentar lagi makan siang, kamu bisa menemaniku, An?"Bram menaikan alis, kenapa nada bicara Bian terdengar sangat lembut. Atau apakah

  • Janda Lumpuh Milik CEO   33 | Calon Idaman

    Meeting perusahaan Pradipta hari ini berjalan cukup lancar, bertempat di hotel ternama berbintang lima bernama La Verta.Keputusan meeting tersebut adalah kerja sama untuk meluncurkan produk baru antara Pradipta Group milik Bian Pradipta dan Wijaya Group milik Bram. Mungkin ini jadi langkah pertama perusahaan mereka meraih keuntungan besar. Terlebih lagi, perusahaan mereka sama-sama menggeluti bidang industri fashion dan busana.Selesai berbincang dengan beberapa rekan ahli yang ikut andil dalam proyek ini, Bian menepi sebentar dari kerumunan karena Vanya tiba-tiba menghampiri dan mengatakan bahwa gawai milik Bian--yang sedari rapat disimpan oleh wanita itu, bergetar dengan layar menyala menampilkan panggilan masuk atas nama Mama.Bian pun menempelkan ponselnya ke telinga, sesaat sebuah teriakan menusuk telinganya."Sayanggg, kenapa lama sekali mengangkat panggilan mama? Kamu dimana sekarang hah?"

  • Janda Lumpuh Milik CEO   34 | Aku Kangen, Mas

    Mobil mewah berwarna silver berhenti di depan rumah mewah berwarna putih, kaca mobilnya perlahan turun menampilkan figur seorang pria berjas yang menatap penuh senyuman ke arah rumah tersebut. Pria itu mengeluari mobil lalu melepas kacamata hitamnya, mengamati sekeliling rumah putih itu, lantas wajah tampannya pun menarik perhatian kedua ibu sosialita yang kebetulan lewat sehabis arisan. Mereka menatap pria itu mesem penuh minat. "Wah. Ya ampun! Mas ganteng nyari siapa toh Mas?" tanya salah satu ibu yang bertubuh gempal serta rambut dicepol. Pria tersebut, tidak lain adalah Bram tergelak lalu tersenyum tipis. Semakin memesona bagi mereka. "Rumah Anjani Zelena, benar yang ini bu?" tunjuk Bram pada rumah tersebut. Maka ibu yang bertubuh lebih kurus menyahut. "Iya benar pak. Ini rumah Anjani ibunya Clara, yang pakai tongkat itu loh." Bram menghembuskan napas lega, matan

  • Janda Lumpuh Milik CEO   35 | Come On My Queen

    Puas menumpahkan kerinduan lewat air mata, Anjani mematikan lampu kamar, menarik selimut sebatas dada, dan bersiap tidur. Namun baru saja memejamkan mata, tiba-tiba ponsel jadulnya di nakas berdering.Dia mengernyit ketika layar gawai itu menampilkan panggilan masuk dengan nama Pak Bian. Maka, mau tak mau Anjani menekan tombol hijau untuk menerima panggilan. Sempat beberapa detik sebelumnya wanita itu menguap."Selamat malam, Anjani," sapa Bian lembut di seberang sana.Dengan mata sayup-sayup hendak terpejam, Anjani menjawab tak kalah lembut, khas nada bicara wanita itu, "Iya selamat malam juga. Bapak ada perlu apa ya tiba-tiba nelpon saya?""Ada satu permintaan penting yang ingin kuberitahu."Anjani mengernyit, "Tidak bisa besok saja ya pak. Saya ngantuk hehe," ujarnya jujur. Di seberang sana Bian terkekeh."Sebentar aja nggak sampai lima menit kok.""Eng

Bab terbaru

  • Janda Lumpuh Milik CEO   71 | Klauserra

    Laura tertawa lepas sembari menonton televisi di ruang tamu rumahnya, wanita itu sedang libur bekerja hari ini, manajernya—Hani mengatakan bahwa Laura perlu cuti untuk beristirahat dikarenakan wanita itu sedang hamil. Laura juga sebenarnya tidak peduli, sebab seberapa banyakpun ia libur atau menganggur uangnya tidak akan pernah habis. Ya, uang ayahnya—Hans selagi pria itu masih hidup ia tidak perlu khawatir akan jatuh miskin.Sedari tadi pun, kerjaannya hanya makan dan makan, efek hamil membuatnya terlalu malas untuk bergerak apalagi melakukan pekerjaan rumah. Oh ya, jangan lupa, selama ia masih tinggal di rumah mewah ini ia tidak perlu berbuat apa-apa. Tinggal duduk manis, semua sudah tersaji di meja. Pelayanan di rumah inilah andalannya."Nona, peralatan mandinya sudah siap, jacuzzinya juga sudah saya campur dengan mawar kesukaan Nona," ujar seorang pelayan wanita, ia membungkuk sopan.Laura mengangguk malas, sangat terpaksa untuk mandi, jika saja hari ini ia tidak berencana pergi ke

  • Janda Lumpuh Milik CEO   70 | Tak Akan Terulang

    Pukul 12.10 ketika Anjani tiba di kantor Pradipta. Saat menuruni mobi ia disambut senyum ramah oleh satpam dan beberapa karyawan. Maklum, siapa yang tidak mengenal Anjani di kantor Pradipta ini? Mengingat dia adalah istri pemilik perusahaan. "Selamat siang, Bu. Wah, hari ini ibu cantik sekali," puji salah satu pegawai laki-laki. Usianya terbilang lebih muda.Anjani tersenyum tipis. Satu tangannya memegang tongkat dan tangan lainnya membawa tas berisi bekal makan. "Terima kasih. Mungkin itu hanya perasaan masnya, bahkan aku merasa biasa saja hari ini," jawab Anjani rendah hati. Laki-laki itu menggeleng cepat, "Ah tidak, Bu. Hari ini ibu memang kelihatan berbeda, wajah ibu lebih cerah."Anjani sontak teringat ucapan Cintya, jika wanita hamil memiliki aura yang positif dan wajah yang lebih bercahaya. "Mungkin karena aku sedang hamil," batin Anjani menggelitik. Ingin rasanya mengusap perut tapi tangannya penuh. "Saya ke ruangan pak Bian dulu yaaa, Mas," Ucap Anjani tersenyum lagi pa

  • Janda Lumpuh Milik CEO   69 | Merasa Bersalah

    Kadang, Anjani merasa bersalah. Namun, jika tidak seperti itu, selamanya ia tidak akan tenang karena belum membantu menyelesaikan masalah Kevin. Toh, Kevin sendiri tidak tahu apa-apa mengenai persoalan suaminya dengan Bram. Anak itu masih terlalu polos untuk memahami masalah seperti ini. Kevin hanya anak kecil yang pikirannya untuk main dan bermain. Selesai membantu Kevin, Anjani bergegas pulang ke rumah mengantar Clara. Sebelum siang nanti, ia pergi ke kantor membawakan makan siang suaminya itu. Bukan keinginan Bian agar Anjani melakukan itu, tetapi Anjani sendiri yang mau. Ia ingin selalu memastikan Bian makan-makanan yang sehat baik di rumah maupun di kantornya. Toh, sudah tugas seorang istri kan untuk memberikan yang terbaik pada suami? "Bun, tadi Kevin sempat bilang kalau Bunda ternyata baik sama dia. Kevin kayanya senang banget bisa ketemu sama Bunda hari ini," celoteh Clara sembari duduk di kursi ruang makan, memainkan boneka barbie yang baru ia beli tadi. Anjani yang sibu

  • Janda Lumpuh Milik CEO   68 | Berhubungan Lagi?

    Pagi ini suasana kantor Pradipta sudah sangat ramai, seluruh karyawannya datang tepat waktu seperti biasa. Mereka bolak-balik melakukan tugas masing-masing, ada yang sedang mengetik di laptop dan ada pula yang menyiapkan ruang meeting.Pemandangan yang sungguh menyejukkan mata Bian. Ia suka melihat karyawannya disiplin dalam hal pekerjaan di kantor Pradipta ini. "Selamat pagi, Pak," sapa seorang karyawan perempuan ketika Bian hendak memasuki lift. Bian balas tersenyum tipis. Dan di dalam lift itu, ia bertemu dengan Sani. "Wah, lama banget kita nggak ketemu, Bi. Gimana kabar lo, bro?" tanya Sani pada sahabatnya itu. Ia merangkul bahu Bian sembari cengar-cengir. Ya, sani cukup lama tidak bertemu Bian, sekitar dua minggu, sebab Sani harus menjaga ibunya di rumah sakit. "Baik kok. Apalagi istri gue lagi hamil," sahut Bian lalu tersenyum lebar seraya merapikan jasnya dengan perasaan bahagia. "Serius? Gercep banget, Bi lo bikinnya! Bakal jadi bapak nihh yee, gue doain deh Anjani lancar

  • Janda Lumpuh Milik CEO   67 | Adik Untuk Clara

    "Papa Bian sama Bunda tadi kemana? Kok lama banget?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Clara yang baru pulang dari sekolah. Tatkala Anjani dan Bian melangkah memasuki rumah. Anjani ingat Clara belum mengetahui bahwa ia sedang mengandung calon adik Clara, maka ia melirik Bian lalu menempelkan jari telunjuk ke bibirnya. Bian mengerti, ia langsung mengangguk dan mengulum senyum geli. Seolah kejadian di rumah sakit tadi bukan apa-apa untuk mereka. Anjani dan Bian tahu bagaimana cara menyembunyikan masalah yang seharusnya tidak diketahui anak kecil. "Loh, kok mukanya gitu, Bunda menyembunyikan apa dari aku?" Clara yang merasa teracuhkan kini manyun lalu bersedekap. Anjani terkikik kecil, ia mencubit gemas hidung putri kecilnya, kemudian menggerakkan tongkat mengajak anak itu duduk di sofa. Anjani langsung mengambil tangan Clara dan menempelkan tangan mungil itu ke perutnya. Clara sedikit terkejut. "Coba Clara tebak, di perut Bunda yang rata ini isinya ada apa aja?" Clara lantas berpik

  • Janda Lumpuh Milik CEO   66 | Pembuktian

    Anjani tidak pernah merasa sekecewa ini sebelumnya, meski kebenaran belum terbukti namun hatinya terus saja berkata bahwa tidak mungkin Laura pura-pura hamil demi mendapatkan Bian hingga dia berani menjatuhkan harga dirinya sendiri.Oleh karenanya, pagi ini Anjani meminta Bian untuk menemaninya pergi ke rumah Laura dan mengajak wanita itu ke rumah sakit agar bisa melakukan tes di hadapannya, tanpa ada sedikit pun kecurangan dan Anjani sangat berharap akan itu.Pintu utama yang diketuk sebanyak tiga kali itu akhirnya terbuka, menampilkan seorang wanita bersweater biru dan celana jeans panjang serta mata sembab. Sepertinya Laura habis menangis."Ngapain lo ke sini hah?" tanya Laura kesal.Entah kenapa di saat begini Anjani malah tergagap, melihat Laura yang menangis menambah keyakinannya bahwa wanita itu tidak berbohong.Bian tinggal di mobil, jadi Anjani bisa leluasa bertanya. "Mbak habis n

  • Janda Lumpuh Milik CEO   65 | Keduanya

    Deg."Aku pu—""Aku hamil anak Bian... "Lantas semua penghuni ruangan tersebut terdiam kaku, detik terasa berhenti, semuanya tertuju pada Laura yang tersenyum kemenangan, pada perkataan wanita itu barusan.Terkhusus bagi Anjani yang sangat syok mendengar ucapan wanita itu, dadanya sakit seperti dihantam puluhan balok keras, sedangkan Bian masih di ambang pintu mengepalkan tangan. Tentu saja ia tidak percaya apa yang diucapkan Laura barusan, wanita itu pembohong. Anjani tidak boleh tertipu oleh muslihatnya."Diam Laura! Kau pembohong!" Pungkas Bian melangkah maju dan berdiri di samping Anjani. Saat itu Anjani benar-benar bingung dan kepalanya mulai terass pusing."Bohong? Aku nggak bohong Bian. Ini benar anakmu, ini anak kita," tambah Laura yang membuat Bian semakin ingin mencekik leher wanita itu. Laura ternyata belum jera dan sama sekali tidak belajar dari pengalamannya dulu."Cukup! Aku tidak mau

  • Janda Lumpuh Milik CEO   64 | Dia Hamil?

    Adanya Cintya di mansion ini menghilangkan rasa sepi Anjani, terutama saat dulu di pagi hari, ia ditinggal berdua dengan bi Ratih dan para pelayan. Yang notebene nya para pelayan itu berbicara hanya ketika mereka perlu, sedangkan bi Ratih kadang juga sibuk dan harus pulang ketika sudah malam ke rumah aslinya.Sekarang dia dan Cintya sedang menonton serial kartun kesukaan Clara di ruang keluarga, seraya memakan popcorn spesial yang dibuat khusus oleh chef ahli di mansion ini.Sementara yang merekomendasikan film justru asik menggambar menggunakan pensil warna yang baru dibelikan Bian."Yeay aku sudah selesai menggambar," Kata Clara mengangkat bangga kertas gambarnya menunjukannya pada Cintya dan Anjani. Cintya tersenyum kecil dan mengusap lembut rambut cucunya itu."Bunda, coba lihat deh, ini keluarga kita." Ia menunjuk 4 orang yang berada di permukaan kertas tersebut, dengan dia ber

  • Janda Lumpuh Milik CEO   63 | Laura Kembali Berulah

    Selesai berbelanja ke pasar Anjani kembali ke rumah, berbeda dengan Bian yang harus pergi ke kantor untuk kembali bekerja.Di dapur, seperti Biasa Anjani mulai memasak dibantu oleh Bi Ratih, bedanya dapur dan seluruh peralatan masak yang ia gunakan di mansion ini benar-benar mewah. Semua peralatan terbuat dari bahan anti gosong dan logam yang tidak mudah berkarat.Anjani merasa sangat dimanjakan dengan semua peralatan itu. Sesekali ia tersenyum membayangkan betapa awetnya peralatan ini. Sangat berbeda dengan peralatan dapur di rumahnya yang sebagian besar sudah gosong.Selain peralatan masak serta kitchen set, kursi dan pantry yang digunakannya juga sangat empuk, bentuknya yang di desain khusus oleh Bian agar dia lebih mudah duduk dan berdiri menggunakan tongkat."Ada yang bisa saya bantu nyonya?" Anjani menatap ke samping ketika seorang chef menunduk dan bertanya padanya, Anjani tidak bisa menatap langsung mata laki-laki itu

DMCA.com Protection Status