"Betul sekali, nasib Saras tak seberuntung anak gadis seusia dia, aku kalau ingat gitu suka nangis," ucap Pakde Jarwo sambil berkaca-kaca matanya menahan kesedihan.
"Lalu sekarang Saras tinggal dengan siapa?'
"Saras tinggal dengan ketiga adiknya, ia sekarang menjadi kepala keluarga, ibu serta kakak buat adik-adiknya."
"Bapaknya ke mana?"
"Kabur entah ke mana, Mas! Orang jahat itu semoga kena adzab Allah."
"Oh, gitu."
Reyhan manggut-manggut kepalanya, ia mencoba mencerna cerita dari Pakde Jarwo, tapi semakin ia memikirkan, ia semakin penasaran dengan kisah hidup Saras.
"Mas Reyhan orang kota, jadi tidak ada cerita kayak gitu ya?"
"Aku dengar yang seperti ini, ceritanya kayak di sinetron aja, hehehe!"
"Yaah, begitu nasib orang mah, tidak ada yang tahu, kadang di bawah kadang juga di atas, kita
Keesokan harinya...Saras pergi berjualan ke pasar seperti biasanya, dan hari itu lumayan banyak pembeli di warung sembako miliknya. Saras juga berjualan nasi bungkus yang ia biat sendiri. Dalam dua jam nasi bungkus buatannya sudah ludes terjual."Nasi bungkus buatan kamu itu enak, sayur dan lauknya bumbunya pas dan lezat.""Iya, aku juga suka lo Bu.""Rahasianya apa, sih?"Saras hanya tersenyum ramah saat menanggapi semua ucapan mereka. Di pasar Kali Baru Bayuwangi, Saras punya lapak di pasar dan ia gunakan untuk berjualan sembako dan ada sayuran segar dan juga nasi bungkus.Dari hasil berdagang itulah dirinya membayar semua biaya sekolah adik-adiknya. Saras sejak kecil sudah pandai memasak karena saat ibunya berjualan di pasar, Saras di rumah menjaga adik-adiknya di bantu oleh neneknya. Semua bumbu rahasia dari neneknya kini diturunkan kepada Saras, jadi Sa
Pagi itu, Saras malas berjualan ke pasar, ia masih merasa dongkol soal yang terjadi di pasar kemaren, ia sekarang lagi malas-malasan di rumahnya sambil menggerutu seorang diri. "Memangnya kenapa kalau aku janda? Kenapa orang-orang begitu benciku? Huh, sebel!" "Aku tak akan mengganggu suami mereka, tak ada yang membuat aku terpikat, kecuali satu orang yaitu pria yang kemaren." Saras tersenyum malu sambil tidur-tiduran di dipan bambu yang ada di dekat dapur, ia sebetulnya mau masak, tapi dia malas untuk bangun dari dipan. Adik-adiknya pergi sekolah semua, karena itu ia malas untuk masak. "Saras, ada lauk dan sayur?" tiba-tiba Bude Sumiati masuk ke dapur lewat pintu belakang. "Bude saya libur gak jualan, jadi gak masak, tapi ada tahu goreng sama sambal kecap." "Aduh, kenapa tidak masak? Itu kemaren Reyhan ke sini terus tak kasih makan, tapi lauk dan sayurnya ambil di rumah kamu, dan sekarang tanya masakan yang kayak kemarin. Saras, gimana
"Makanan ini enak sekali, aku bahkan baru kali ini makan belut yang dimasak seperti ini," ucap Reyhan. "Aku sih, gak suka belut!" sahut Bella sambil mencibir, "tapi kalau sambalnya aku akui enak," lanjutnya. "Nah kamu sekarang mengakui masakan Saras enak kan?" ucap Reyhan. Saras mendengarkan obrolan mereka di balik tembok dapur, Saras begitu penasaran dengan hubungan mereka berdua. "Mas Reyhan terlihat mesra dengan wanita itu, lalu aku harus bagaimana? Aku tak seharusnya mendekati Mas Reyhan," gumamnya. Bude Sumiati hanya mengamati Saras dengan seksama, ia merasa sedih melihat Saras yang terlihat murung. Perubahan sikap Saras begitu kentara sebelum dan sesudah dia tahu kalau Reyhan bersama wanita lain. "Saras, kamu kenapa?" sapa Bude Sumiati sembari mendekat. "Gak apa-apa Bude, sepertinya aku lupa kalau aku ada pekerjaan yang belum selesai di rumah. Bude, aku pamit dulu ya!" "Kamu tadi bersemangat untuk datang ke sini, lalu kenapa sekarang kamu ingin cepat pulang?" "Gak ada ap
"Pergilah Mas, aku tak mau ada masalah."Saras berdiri dari duduknya dan bersandar di dinding rumah yang terbuat dari bambu. Saras memang miskin, rumahnya sangat sederhana dan dindingnya terbuat dari bambu."Ayang, kenapa menamparku? Apa salahku?" protes Bella sambil mengusap pipinya yang panas."Bella, kamu jangan bikin masalah ya! Kamu itu kenapa marah-marah?" ucap Reyhan."Ayang, kenapa kamu perhatian sama dia? Salah, bila aku marah? Aku cemburu!" Bella berkaca-kaca matanya, ia sangat hancur setelah Reyhan menamparnya."Kamu apa-apaan sih, aku hanya bicara dengan dia, tapi sikap kamu berlebihan, tau!""Ayang, aku bisa merasakan kalau kamu perhatian dengan gadis kampung itu, aku hanya penasaran, sebenarnya kamu ada hubungan apa dengan dia?"Reyhan berkacak pinggang, ia terlihat kesal karena Bella mendikte sikapnya pada Saras. walau dia
"Aku tak mau seperti ini terus, aku harus bangkit, bila aku kerja seperti ini, aku hanya bisa dapat uang receh," gumam Saras. "Tapi aku harus kerja apa?" "Aku hanya punya uang simpanan sedikit, kalau buat usaha sendiri, apa cukup?" Saat Saras sedang bicara dengan dirinya sendiri di rumah, datanglah Daminah istri almarhum juragan Broto bersama Jatmiko. "Assalamualaikum." "W* alaikum salam," jawab Saras sambil berjalan ke depan rumah. "Saras, aku tadi ke pasar dan orang-orang pasar bilang kamu tidak jualan. Kenapa, apa kamu sakit?" tanya Daminah. "Tidak Nyonya, aku tidak sakit, aku hanya ingin istirahat saja." "Aku boleh duduk?" sindir Daminah seraya tersenyum karena dari tadi dirinya tidak di suruh duduk. "Oh, maaf silahkan duduk Nyah!" balas Saras. Me
"Mas Reyhan kok, ada di sini?""Aku tadi ngobrol dengan Bayu.""Ada perlu apa ke sini?"Pertanyaan Saras tidak langsung dijawab oleh Reyhan, Saras melihat Reyhan yang seakan jijik melihatnya."Aku permisi dulu," ucap Reyhan sembari memandang ke arah lain.Reyhan tidak terlihat seperti saat pertama kali berjumpa dengannya, tatapan mata Reyhan hampa tanpa ada rasa seperti saat pertama bertemu."Mohon maaf, saya merasa ada sesuatu, tapi aku tak tahu apa itu?""Tidak ada apa-apa, aku hanya numpang ke kamar mandi," jawab Reyhan.Saras tidak begitu saja percaya, ia curiga kalau tadi saat ngobrol dengan adiknya, Reyhan mendengar cerita yang tidak seharusnya dia dengar."Mohon maaf, aku merasa heran dengan sikap Mas Reyhan. Mohon maaf apa boleh aku tanya sesuatu?"Reyhan menaruh tanga
"Mbak, kenapa bilang kalau punya suami? Padahal janda.""Kalau sudah janda, mau jadi istriku?""Mbak cantik dan masih muda, jangan kerja lagi, enakan jadi istriku.""Aduh, cantik-cantik kok jualan pisang, enakkan juga jadi istriku."Suara para lelaki hidung belang yang mulai menggoda Saras tatkala mereka tahu kalau Saras adalah janda, namun dengan tenang Saras meladeni mereka. Saras tak mau mencari keributan di pasar itu."Mohon maaf, Bapak-bapak dan juga Mas-Mas yang ganteng, saya permisi dulu ya!" pamit Saras."Iya, sebaiknya kamu pergi, aku juga tak mau para laki-laki ini ngumpul di sini sambil godain kamu," ucap salah satu wanita yang ada di situ."Iya Yu, tuh lihat mereka pada ngumpul sini setelah tahu Saras janda. Untung ini sudah sore dan pasar mulai sepi, jadi aku bisa ngawasin, kalau pasar ramai, mana bisa aku lihat suamiku yang godain janda gatel," timpal emak-emak lainnya."Mohon maaf, saya tak pernah
"Saras, kenapa aku merasa kalau Reyhan suka sama kamu.""Lek, aku tak bisa melarang orang suka atau tidak suka denganku.""Iya juga sih!""Paling juga dia sudah pergi."Saras berjalan lebih cepat, ia ingin segera mengantarkan pisang dan dirinya bisa istirahat, karena setelah menyetir sendiri selama 7 jam sangatlah menguras tenaganya.Sampai di depan ruko tempat mobilnya parkir, Saras tak menemukan ada Reyhan di sekitar itu, namun mobil hitam merk Toyota Camry terparkir di sisi sebelah kanan mobil Saras. Mobil mewah itu sangat jelas terlihat dari beberapa mobil yang terparkir di depan ruko di jalan pasar kembang."Mobil apik ngene kok di bawa ke tempat seperti ini, harusnya ke mall gitu ya!""Ya terserah yang punya Lek!""Tadi Reyhan ke luar dari mobil ini, tapi sekarang kok gak ada?""Apa ini mobi
"Kenapa kamu bersama Saras?" "Kenapa, kamu tidak suka?" jawab Radytia seraya menatap Reyhan tajam. Seakan tidak mau kalah dengan Radytia, Reyhan berkacak pinggang sambil menatap balik Radytia dengan pandangan yang siap tanding, "Kalau berani, kita bisa berduel di luar." "Jangan Mas." Saras memegang tangan Radytia erat-erat. Reyhan semakin cemburu melihat Saras begitu dekat dengan Radytia, padahal dengannya Saras selalu menjauh, dia juga tidak tahu sejak kapan Radytia dan Saras bisa sedekat itu. "Apa kalian sudah tidur bersama?" "Dasar gila, kamu bicara terbuka seperti itu, apa tidak malu?" sahut Saras kesal. "Malu ... kalian yang seharusnya malu bergandengan tangan di depan umum padahal dia masih istriku." Plaaakk! Saras menampar Reyhan dengan keras hingga Radytia terkejut melihatnya, dia sungguh tidak menyangka bila Saras senekat itu di depan orang banyak. "Aku bukan istrimu lagi jadi jangan sebut lagi aku istrimu. Ngerti!" Zapp! suara pukulan bogem mentah yang langsung mend
"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Saras sambil menengadah menatap Radytia."Kenapa, apa kamu tidak suka aku melihatmu?""Tidak juga sih.""Kamu cantik, pribadimu juga menarik, apa kamu mau jadi pacarku?"Saras menatap dalam-dalam Radytia, dia rasa Radytia sedang mabuk karena bicaranya ngaco, "Kamu baik-baik saja kan?""Tentu saja," jawab Radytia yang tanpa sungkan duduk di ranjang sambil menatap Saras penuh perhatian."Kenapa lihat-lihat hah! Jauh-jauh sana!""Biasanya kalau wanita bilang jauh-jauh itu tandanya suruh mendekat.""Dekat-dekat sana!" sahut Saras yang mengira Radytia bicara sungguh-sungguh, tetapi Saras tidak tahu kalau itu hanya modus Radytia untuk mendekatinya."Bagaimana, apa ini sudah dekat?"Saras terkejut dengan tindakan Radytia yang langsung mendekatinya dan bahkan wajahnya tepat di depannya hingga hidupnya bisa merasakan hidung Radytia. Saras tidak berani buka mulut karena dia baru bangun tidur dan belum gosok gigi, tapi wajah Radytia yang semakin mendekat mem
Saras menahan gejolak rindu dalam hatinya karena Reyhan sekarang sudah punya istri, sedangkan dirinya hanya ibu dari anaknya, tidak seharusnya dia berduaan dengan suami orang."Aku mencintaimu, percayalah cintaku hanya untukmu," lirih Reyhan."Maafkan aku Mas, aku tidak bisa menerimamu. Tolong kembalilah ke kamarmu, kita sudah bukan lagi suami istri, Mas sudah memilih menikah dengan Bella dan meninggalkanku jadi sekarang waktunya kita untuk berpisah."'Apa maksud kamu Dik, kita sudah lama tidak bertemu dan duku kita berpisah karena salah paham, jadi kembalilah padaku, aku tahu dulu aku banyak salah padamu, tapi mohon mengertilah keadaanku.""Maafkan aku Mas," jawab Saras sambil menepis tangan Reyhan.Mendapat penolakan dari Saras Reyhan pun terduduk lemas sambil bersandar di sisi ranjang, matanya terpenjam dan dia duduk bersila, penyesalan yang begitu besar menyesakkan dadanya."Dik, andai saja dulu aku tidak melakukan kebodohan, mungkin saat ini kita sudah hidup bahagia.""Mungkin sa
Saras sudah muak dengan perilaku Bella, terlebih mereka saat itu di kamar hotel. Langkah kakinya menuju pintu kamar lalu membuka pintu."Keluar dari sini!"Semua yang di dalam kamar memandang ke arah Saras, mereka terkejut dengan ucapan Saras yang tajam."Lama tidak bertemu, aku tidak menyangka kau sekarang lebih berani padaku," balas Bella. "Cukup sudah kau hina aku, jadi sebaiknya kau pergi."Mendengar ucapan Saras, Bella berjalan menuju tempat Saras berdiri, terlihat senyuman sinis dari sudut bibirnya. "Kau menantangku …?""Selama ini aku sudah menghindar dan pergi dari kehidupan kalian, tapi kau masih saja mengangguku, jadi untuk apa aku mengalah?""Saras, kau sudah berubah," balas Bella. "Bukan urusanmu aku berubah atau tidak, tapi kalau kau usik aku, maka aku tak akan tinggal diam!""Baiklah, aku akan pergi, tapi ingat, kalau kamu main-main dengan suamiku, maka rasakan akibatnya!"Tatapan serta ucapan Bella begitu tajam pada Saras, namun Saras bukan wanita yang gampang takluk
Saras setuju menginap di hotel, karena dirinya juga butuh istirahat setelah kemarin melakukan perjalanan dari kota Solo. Melihat perhatian Radytia, saudara-saudara Saras beranggapan bila Radytia punya perasaan khusus pada Saras. "Mbak, sepertinya Mas Radyt itu orang baik," ucap Sundari yang sedang bermain dengan Elena di atas kasur. "Baik dari mananya, bukankah kau baru kenal dia?" "Iya sih, tapi terlihat dari tatapan matanya yang syahdu saat melihat Mbak Saras." "Mbak rasa setiap laki-laki begitu adanya, mereka akan menatap dengan penuh cinta saat belum mendapatkan apa yang dia incar." "Menurut Mbak Saras seperti itu?" "Iya," jawab Saras sambil tersenyum. Saras masih ingat bagaimana perhatian Reyhan padanya saat dirinya belum menikah dengannya, namun setelah dirinya hamil, malah Reyhan memintanya untuk menggugurkan kandungan. Perasaan benci pada Reyhan waktu itu masih sangat terasa sampai saat ini. Rasa benci, rindu dan cinta bercampur aduk dalam hatinya saat ini. "Mbak, kenap
"Radyt, tolong bicara dengan Bella kalau kita cari makan hanya berdua saja," ucap Reyhan sambil memandang Radytia. "Apa maksudmu? Kenapa aku harus berbohong padanya?" "Ayolah bantu aku kali ini saja." "Hahaha!" tiba-tiba saja Saras tertawa melihat wajah Reyhan, "dasar pengecut!" lanjutnya. "Aku tidak pengecut, tapi saat ini ada Mama di rumah sakit dan Papa juga masih kritis di ICU, jadi aku tidak bisa jujur dengan mereka," jawab Reyhan. "Tetap saja kau seorang pengecut bagiku," sahut Saras dengan pandangan tajam ke arah Reyhan. "Sudah su-" belum sempat Radytia selesai bicara, ponsel yang dipegang Reyhan berdering kembali. "Radyt, tolong bicara dengan Bella," pinta Reyhan. "Aku tidak mau," jawab Radytia. "Radyt aku mohon." Radytia terlihat cuek dan asik dengan makanan yang dia kunyah, sedangkan Reyhan terlihat gelisah sambil memandang ponselnya yang berdering. "Radyt kalau Mama tahu aku makan bersama Saras, Mama bisa kena serangan jantung." Saras yang tadinya merasa kesal de
Mereka sudah sampai di sebuah restoran keluarga yang terletak di sebuah hotel yang nuansanya tradisional berpadu dengan nuansa modern. Makanan melimpah dari nuansa Indonesia, nuansa Western, nuansa oriental dan nuansa Jepang semuanya tersedia. Pelayanannya ramah, saat Saras dan rombongan masuk ke dalam restoran, mereka disambut oleh senyuman ramah para pegawai restoran."Mbak Saras pernah ke sini?" bisik Permadi."Aku pernah pernah ke sini.""Mbak ini hotel dan restoran gitu kayaknya," sahut Sundari."Kayaknya sih iya," jawab Saras.Saras berjalan diapit oleh Permadi dan Sundari, sedangkan Bayu berjalan di depan beriringan dengan Reyhan. "Radyt ke mana?" tanya Saras yang tidak melihat Radytia di antara mereka."Radyt lagi pesan tempat," jawab Reyhan."Oalah," jawab Saras."Mbak, di sini suasananya enak ya.""Iya suasananya enak, ada yang di dalam ruangan ada yang di luar ruangan, pohonnya besar dan rindang, enak buat duduk-duduk," jawab Saras."Hah Radyt harusnya reservasi dulu sebe
"Kenapa kau berubah seperti ini?" tanya Reyhan."Aku tidak suka Mas Reyhan mempermainkan perasaan wanita sebaik dan secantik Mbak Saras.""Aku tidak main-main dengannya, aku sungguh-sungguh mencintainya.""Oh ya, dari yang aku lihat dan yang aku tahu, Mas Reyhan sudah mempermainkan dia," jawab Radytia sambil tersenyum sinis."Sejak kapan kau perduli dengan masalah pribadiku?" "Sejak setahun yang lalu aku melihat Mbak Saras yang sedang bersedih karenamu.""Aku pikir kau pria dingin yang tak punya hati," jawab Reyhan."Jangan mengungkit masa lalu, Mas!""Aku masih ingat bagaimana kau pergi dari Indonesia dan kuliah ke Amerika setelah kita bertengkar.""Aku juga masih ingat itu, saat itu kita bertengkar karena seorang gadis.""Gadis itu jatuh cinta padamu, tapi malah kau tinggalkan?""Aku pergi karena kamu, aku kasih kau kesempatan untuk mendekati gadis itu.""Tapi dia menolakku," jawab Reyhan sambil menghela nafas berat, pikirannya menerawang jauh saat dirinya masih muda dan baru tamat
"Apa Radyt tidak tahu hubunganku dengan keluarga mereka?" "Ah sudahlah, itu tidak lagi menjadi masalahku." Saras terus berjalan menuju parkiran mobil, ia ingin segera sampai di mobil tempat anaknya berada. "Loh Mbak, kok sudah kembali?" ucap Bayu saat melihat Saras sudah ada di samping mobil. "Loh katanya tadi Elena nangis," jawab Saras. "Oh tadi memang nangis, tapi setelah itu dia diam, lalu main sama Permadi dan Sundari." "Oalah tak kira dia masih nangis." "Mbak masuk dulu, nanti kita bicara di dalam mobil," ucap Bayu. Saras masuk ke dalam mobil dan duduk di depan, karena jok belakang sudah ditempati oleh Sundari dan Permadi. "Bayu, kamu sebaiknya masuk ke dalam untuk bantu jaga Pakde, kasihan Bude sendirian di dalam," ucap Saras. "Bagas sudah otw ke ruangan Pakde," jawab Bayu. "Ya udah kalau begitu." Saras menjawab tanpa semangat, ia merebahkan kepalanya di bantalan jok mobil dan memejamkan matanya, tapi sebenarnya dalam hatinya dia teringat dengan kejadian yang barusan