“Oh… Dia kan di Korea,” jawab Jacob dengan hati yang pedih. Setiap pertanyaan itu muncul dia selalu merasakan sakit itu. Eric memiringkan kepalanya dengan terkejut. “Jangan katakan kalau selama dia tanya dulu, Lydia masih di korea? Sepertinya mereka bertengkar serius?” tanya Eric dalam hati.
“Oh, yang dulu lo tanya itu, lo nggak jadi kesana?” tanya Eric tak bisa menahan rasa ingin tahunya. Jacob tahu temannya itu pasti akan bertanya kesana, dia mendesah dengan penuh kekalahan dan memaki dalam hati
“Iya, aku kesana, tapi Lydia mau menyelesaikan sekolahnya dulu,” jawab Jacob, dia juga mendapatkan info itu dari papa mertuanya. Ada rasa bangga saat mengetahuinya, tapi sedih juga karena dia mengetahui itu dari papa mertuanya.
Jacob terbangun saat ada ketokan yang kasar di meja, dia memicingkan matanya dan berharap melihat wajah lydia yang di mimpinya tadi, namun yang terlihat adalah wajah kasar seorang pria yang panik dan wanita berambut dikuncir yang juga panik. Dia kembali menutup matanya yang terasa panas, kepalanya pusing dan belum bisa mencerna apa yang terjadi.“Dia sepertinya mabuk, kalau tidak, mana mungkin dia tidur diatas meja makan?” ucap Cleon tak sabaran, dia kembali menggaruk rambutnya sehingga ikatan rambutnya terlepas ke lantai, sambil mengaduh dia menunduk dan mengambilnya ke lantai.“Pak, bangun pak,” ucap Adam dengan sabar, dia juga pusing dengan kabar yang tiba-tiba muncul di koran. Semua itu baru bagi mereka, semalam perusahaan ditinggal dengan keadaan aman, kenapa kini tiba-tiba muncul penipuan pajak. Ba
Adam berlari dengan cepat menuju ruangan bagian legal, dan hatinya mencelos saat melihat ruangan yang seharusnya berisi 5 orang itu kosong. Di masing-masing meja terdapat sebuah amplop putih yang Adam dapat tebak apa isinya."Haish, bagaimana ini? Mereka semua mengundurkan diri! Lebih tepatnya mereka melarikan diri," pikir Adam bingung saat melihat bangku-bangku kosong itu. Cleon menghampiri Adam yang berdiri mematung di ruangan kosong."Astaga, aku baru mau bertanya," ujar wanita berambut pendek itu saat menyadari ruangan itu kosong."Tanya apa?" Adam mengalihkan perhatiannya ke wanita yang berbibir tebal menggemaskan itu.
“Aku takut kamu lupa,” ucap Adam cepat sambil memberikan senyumnya yang menawan lalu segera keluar. Hati Cleon bergetar, ternyata Adam tidak seperti pria yang lain. Sambil tersenyum dia mengikuti Adam kembali ke ruangan Jacob.“Pak, bagian Audit menemukan adanya data ganda pak.” Adam memberikan sebuah file di flash disk dan memberikannya pada Jacob. Pria yang wajahnya acak-acakan itu.Jacob segera memasukkan beda kecil itu ke laptopnya dan membaca, Cleon ingin juga melihat, tapi pada saat dia melihatnya dia tak mengerti apa-apa. Beda dengan Jacob yang segera menutup wajahnya dengan kedua tangannya usai memperhatikan data dengan seksama.Adam menarik Cleon dengan cemburu, saat Cleon ingin menepuk punggung pria itu. "Jangan macam
"Aku harus mengatakan berapa kali, pembayaran kepada supplier akan dilakukan bertahap, kita akan mulai transfer besok." Jacob menggaruk kepalanya yang entah kenapa terasa gatal. Cleon berlari keluar dan berteriak kepada bagian finance yang panik."Pak Kurnia sudah di Jakarta, dia di kantor Polisi sekarang, kita,—" Adam terdiam saat Jacob memandangnya dengan tatapan mengerikan."Agung?" tanya Jacob mendesis."Masih tidak ada kabar." Adam sudah menggunakan segala cara untuk menemukan pria itu dan kroninya tapi pria itu hilang seperti buih sabun."Dia yang memiliki kuncinya, yang bisa membantu Pak Kurnia agar bisa keluar dari kantor polisi, " ucap Jacob separuh frustrasi. Pak tua itu tak a
Lydia kembali merasakan kulitnya protes atas lembabnya suhu di Jakarta, Bandara Soekarno Hatta sedang dalam masa sibuknya, pesawatnya harus menunggu dulu beberapa lama di udara sampai pada akhirnya akhirnya diizinkan mendarat. Setelah itu dia juga harus menunggu koper lebih dari setengah jam. Namun Lydia tidak mempersoalkan itu semua lagi, seperti waktu pertama kali dia pulang ke Jakarta kemarin. Saat melihat jam, dia juga tak lagi mengeluh saat seharusnya keluar dari pesawat jam 20.20 dia baru keluar menuju antrian taksi pukul 21.55.Yang menjadi masalah adalah, bagaimana keadaan ini sangat mengingatkan pertemuan pertama kalinya dengan Jacob. Dia masih ingat bagaimana pria itu berdiri memegang kertas berisi namanya dan handphone yang berisi fotonya. Lydia masih ingat pikiran pertamanya saat melihat suami,—"Bukan d
"Tapi di sini rumahmu." Pria itu mendekati Lydia lagi dan dia segera mundur dengan gugup. Aroma kayu dari tubuhnya menggoda indra penciumannya dan membuat Lydia lemah."Tidak, aku punya rumah sendiri," jawab Lydia pelan, tidak berarti menatap bola mata berwarna karamel pria itu, tapi akhirnya dia melirik dan langsung menyesal."Aku sudah buat sup, makan dulu daripada nanti muntah di jalan." Pria itu menatapnya dengan lembut, dan Lydia menghela napasnya, tidak sanggup untuk melawan tatapan Jacob."Sop apa?" Jacob ingin melompat dan memeluk wanita itu saat mendengar ucapan Lydia. Namun dia bergaya tenang dan mengambil dua mangkuk untuk mereka.Lydia meletakkan tasnya dan
Jantung Lydia berdebar kencang, “Sampai kapan pandangan matanya membuat jantungku berdebar seperti ini?” maki Lydia kesal pada dirinya sendiri.“Apa?” tanyanya defensif saat Jacob mendekat, pria itu mendengus geli, saat merasakan efek dirinya masih membuat Lydia bereaksi seperti ini.“Sabuk pengaman,” ucapnya sambil menunjuk ke sabuk pengaman Lydia. Pria itu menarik sabuk pengaman dan memasangkannya. Aroma tubuh Jacob menggelitik tubuh Lydia, membuatnya teringat akan pertempuran hebat mereka di kasur. Dia tanpa sadar menahan napasnya dan melepaskannya perlahan saat Jacob kembali ke tempat duduknya.“Aku tak bisa menahan diriku, aku tidak boleh dekat-dekat dengannya, dia terlalu berbahaya,” pikir Lydia pasti.
Mereka masuk kedalam mobil dalam keadaan diam, mereka masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri. Jacob terkejut atas besarnya kepercayaan Pak Kurnia kepada dirinya. Dia juga tak menyangka kalau pria itu benar-benar menganggap dirinya sebagai anaknya. Dia melirik ke arah istrinya yang sibuk memilin-milin rambutnya."Tadi dia mengelak saat ditanya papanya, haruskah aku bertanya ulang, kenapa dia pergi? Kepastian apa yang dia baru sadari?" pikir Jacob bingung."Kita ke rumahku saja, aku juga sudah membawa koperku, jadi malam ini aku bisa tidur di rumahku sendiri." Wanita itu memerintah Jacob dengan seenaknya seperti dulu. Suaminya menatap Lydia lalu mendengus geli.“Sepertinya aku tidak bisa, sayang. Aku ada panggilan meeting di kantor sebentar. Kita akan
Lydia menatap perutnya yang datar lalu menatap foto hitam yang dokter itu berikan kepadanya. Dokter itu malah menatap Jacob dan Lydia dengan bingung.“Lho, kenapa? Kalian tidak mau anak ini, usianya sudah 6 minggu, sudah 1 bulan 2 minggu umurnya. Dia bayi yang sehat, walau mungil.” Lydia menatap Jacob dengan tidak percaya. “Dia hamil. Dia sungguh hamil!” pikirnya dalam hati.Jacob segera menarik Lydia dan menciumnya di seluruh wajahnya, sampai dokter ikut tertawa.“Saya pikir kalian sudah tahu?” ujarnya tertawa melihat reaksi Jacob.“Bayinya perempuan kan dok ?” Dokter tertawa lagi,“Tunggu ya, di bulan ke-4 bar
"Papa terus menunggu kalian kembali bersama, tapi kalian tak pernah kembali, karena itu, papa harus membuat ini.""Ini apa?" Lydia bingung."ANZ tidak mengalami penipuan pajak, semua itu hanya buatan," jawab Adam pelan, sambil menunduk meminta maaf pada Jacob.Lydia dan Jacob segera berpandangan dengan bingung."Maksudnya bagaimana, Adam?" tanya Jacob meminta penjelasan. Papa Kurnia kembali menepuk pundak Jacob."Papa yang meminta Adam melakukan ini semua,— semua penggelapan pajak, itu hanya rekayasa, penangkapan papa semua itu hanya buatan, agar Lydia kembali ke Jakarta. Sebenarnya, papa pikir papa haru
“Kenapa, mau coba lagi?” tanya Jacob bersemangat, yang langsung ditimpuk bantal oleh istrinya. Jacob tertawa menangkap bantal itu lalu menarik Lydia dalam pelukannya.“Kenapa, kamu tidak mau?” Jacob kembali memainkan jarinya di perut Lydia yang rata. Wanita itu bangkit miring ke arah suaminya, rambutnya yang panjang jatuh cantik di pundaknya sebelah kanan. Jacob kembali terpesona akan kecantikan alami istrinya.“Walau badanmu berubah aku akan tetap mencintaimu,” guman Jacob mendongak dan mengecup ujung hidung istrinya. Wanita itu mendengus kesal, “Apakah dia serius berpikir aku sedangkal itu?” sungut Lydia dalam hati.“Bukannya tak mau, tapi apakah aku bisa menjadi ibu yang baik, mengurus anak, membesa
Mata Lydia dan Jacob serempak membulat karena kaget. Papa Kurnia segera melenggang keluar dari pintu tahanan dengan seenaknya. Dia hanya melambai pada penjaga dan pria itu membuka pintu sehingga pria tua itu bisa mendekati anaknya. Dia menarik Lydia dalam pelukannya. Lalu Jacob juga. Karena terlalu bingung mereka hanya bisa terdiam dalam pelukan pria itu. “Ah papa kangen sekali dengan kalian,” ucapnya sambil menatap Lydia lalu Jacob. “Mana salad roll papa? Papa mau makan.” Lydia dengan bingung memberikan kantong plastik itu ke papanya, dan pria itu segera mengeluarkan salad rollnya dan membuka bungkusnya. “Ayo kita ke ruangan Pak Rangga,” ucapnya dengan mulut penuh salad. Pria itu berjalan dengan santai seakan kantor
Lydia tidak dapat menahan amarahnya lagi, dia bukan lagi menampar mulut tidak beradab itu tapi mengepalkan tangannya dan menonjok wajah jelek di hadapannya dengan sekuat tenaga. "TUTUP MULUTMU JELEK!" jeritnya dengan sekuat tenaga, Ava terpelanting tersungkur jatuh di kaki Lydia, dia kembali maju dan saat Lydia mau menendang Ava, Cleon masuk dan menahannya. "Biarkan aku, Cleon, mulutnya mau aku kasih sabun!" teriaknya memberontak. Tapi Cleon menariknya segera dan membawanya ke keluar dari toilet. Jacob berlari keluar saat mendengar suara istrinya memekik. Dengan panik dia mencari Lydia yang sedang memberontak dalam pelukan Cleon.
Ava tidak percaya kalau Jacob sudah dipecat dengan semudah itu. Dan menurut informannya, pria itu bahkan tidak melakukan perlawanan. Ava akan membantunya, Dia akan membantu Jacob kembali menjadi CEO, dengan itu akhirnya pria itu menyadari betapa besarnya cintanya kepada pria itu dan mereka akhirnya bisa kembali bersatu.Tapi betapa kagetnya saat pintu lift terbuka, dia melihat wanita brengsek itu ada lagi di hadapannya, bukankah wanita itu sudah disingkirkan kemarin, kenapa dia bisa muncul kembali? Ava mendesis kesal dalam hatinya.“Ah Ava, apa kabar? Kamu terlihat cantik,” puji Lydia menatap Ava yang mengenakan baju persis Lydia dulu. Wanita itu mengkopi bajunya persis. Sejak kembali ke Korea lalu kembali ke Jakarta sekarang, gaya Lydia berubah. Dia lebih dewasa dan bijaksana memilih baju. Dia menghilangkan kegilaannya a
“Sayang? Lydia?” panggilnya lagi, kembali masuk ke dalam kamar tidurnya. Dia teringat akan teleponnya, tapi saat dia memanggil telepon Lydia, deringnya terdengar di kamar mandi. Dengan heran dia langsung menuju kamar mandi. Istrinya dengan bingung menatapnya. Wanita itu berdiri hendak mengangkat handphonenya yang berdering.“Kamu ngapain telepon aku?” tanyanya bingung, badannya masih penuh sabun. Wanita itu kembali meletakkan handphonenya di lemari handuk lalu dia segera kembali berjalan ke arah Jacuzzi. Tapi Jacob segera menariknya dan memeluknya erat-erat.“Aku pikir aku kehilanganmu!” ucapnya dengan penuh emosi, dia memeluk tubuh Lydia yang basah tanpa peduli lalu menciumnya dengan sepenuh hati.“Jacob, ada apa sih?&rd
Jacob tiba-tiba saja sudah kembali di atas Lydia, menidihnya sehingga Lydia memekik kegirangan. Hanya 1 hari Lydia dapat bertahan, konyol sekali, Dia memandang wajah tampan suaminya dengan susah payah, karena hentakan demi hentakan yang Jacob berikan membuat Lydia tidak dapat berkonsentrasi, dia tadi sedang berpikir apa? Tapi inti tubuhnya terus memberikannya sensasi yang luar biasa, entahlah apa yang dia pikirkan tadi, dia hanya ingin selalu bersama suaminya, setelah mendengar pengakuannya tadi, Lydia tidak mau lagi berpura-pura. “Aku mencintai pria ini, sangat mencintainya,” pikirnya sambil menggigit bibir bawahnya, menahan desahan yang mau keluar, tapi dia tak dapat menahannya lagi.“Ja...cob,” pekiknya saat Jacob menyentuh bagian atas dirinya dan memuntirnya dengan tanpa ampun.“Sakit? Ta
“Kamu luar biasa sayang, aku merindukanmu, sangat merindukanmu,” ucap Jacob mendesah sambil mulai mengelusnya di sana. Lydia terkesiap dan membuka matanya. Mereka kembali bertatapan, Jacob mengelus pipi Lydia lagi sambil menundukan wajahnya. Saat bibir mereka bertemu, erangan yang dari tadi Lydia coba tahan akhirnya terlepas. Mereka terjatuh di atas tempat tidur di belakang mereka. Jacob langsung mengambil posisi dan melepaskan bra yang sudah terbuka tadi ke lantai.Lydia tersenyum manja lalu mulai melepaskan kancing demi kancing kemeja suaminya, dasinya entah di mana, dia kah yang membukanya? Atau suaminya kah? Dia sudah tidak ingat, karena kecupan pria itu sangat nyata membuat tubuhnya menggeliat dengan nikmat di atas tempat tidur. Jemarinya dengan susah payah melepaskan kemeja itu dari tubuh suaminya. Saat akhirnya terlepas, Lydia meletakkan tangannya di perut suaminya ya