Beranda / Romansa / JODOHKU GURU GALAK / 51. Tentukan Pilihan

Share

51. Tentukan Pilihan

Penulis: Elita Lestari
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-22 09:00:00

"Makan yang banyak, Sayang." Liana berujar lembut, sambil menuangkan nasi ke piring putranya.

"Baru beberapa hari ngurus perusahaan, badan kamu sudah kelihatan susut begini. Apa kamu lupa makan?" sambungnya sembari menilik tubuh sang putra.

Adhinata yang duduk di hadapannya hanya tersenyum kecil. "Enggak, Mi. Makan kok, cuma mungkin belakangan ini kurang teratur. Kurang tidur juga."

Haidar, yang duduk di ujung meja makan, menimpali sambil mengaduk sayur di piringnya. "Kurang teratur atau memang terlalu sibuk ngurusin dua hal sekaligus?"

Adhinata diam. Dia mengambil lauk yang sudah disodorkan oleh ibunya. Tak ingin terlalu ambil pusing dengan perkataan ayahnya.

"Dengar, Nata. Kamu tidak bisa terus seperti ini. Kamu bisa fokus ke perusahaan, hanya jika kamu lepaskan profesi kamu sebagai guru. Kalau kamu memaksakan badan untuk menjalani keduanya, cepat atau lambat kamu akan  tumbang." Kepala rumah tangga itu menyambung kalimat tajam meski nadanya

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • JODOHKU GURU GALAK   52. Bayang-Bayang Trauma

    Adhinata mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Jalanan lengang di malam hari memberi ruang untuk pikirannya melayang-layang, tenggelam dalam bayang-bayang masa lalu yang baru saja menyergap. Udara dingin AC mobil terasa menusuk kulit, tapi tak mampu meredam gejolak di dadanya.Dia terus mengingat wajah Abhirama, senyumnya yang cerah, dan semangatnya yang selalu menular. Dulu, Adhinata ingin seperti Abhirama—seseorang yang tangguh, ramah, dan menjadi kebanggaan keluarga. Namun, tragedi itu merenggut segalanya.Mobil berhenti di tepi sebuah taman kecil yang sepi. Tempat di mana ia dan Nadira pernah berada di sana untuk menenangkan diri setelah momen salah paham chat 'basah'.Adhinata mematikan mesin, lalu bersandar di kursi, mencoba menarik napas panjang. Tangannya bergetar saat meraih botol air di konsol tengah. Air dingin itu hanya sedikit membantu menenangkan pikirannya.Dia membuka kaca jendela, membiarkan udara malam yang dingin

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • JODOHKU GURU GALAK   53. Antara Tanggung Jawab dan Janji

    Pagi itu, Adhinata berjalan cepat menuju ruang kelas. Pakaian rapi, tampan sebagaimana biasa seorang Adhinata Rahagi. Namun, ada garis-garis lelah di wajahnya. Dia menatap layar ponsel di tangan, membaca pesan dari sekretarisnya tentang jadwal rapat yang sudah disusun ulang untuk nanti siang.Ketika sampai di depan kelas, dia menarik napas panjang. "Fokus dulu," gumamnya, lalu membuka pintu. Kali ini, dia mengajar di kelas IPS 1."Selamat pagi, Anak-anak." Suaranya terdengar tenang."Pagi, Pak," jawab mereka serempak.Adhinata memulai pelajaran seperti biasa, menyampaikan materi sambil menulis di papan. Juga berjalan pelan di antara meja-meja siswa. Akan tetapi, setiap kali berhenti untuk menjelaskan, pikirannya melayang pada janji yang ia buat kepada Nadira semalam.Mas pasti datang.Kata-kata itu keluar begitu yakin dari mulutnya. Ia tahu Nadira menaruh harapan besar pada kehadirannya di seleksi renang.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • JODOHKU GURU GALAK   54. Rindu di Luar Kendali

    Pagi yang cerah, tetapi beban di kepala Adhinata terasa seperti awan kelabu yang menggantung berat. Tubuhnya terasa lelah setelah semalaman berkutat dengan dokumen kerja, ditambah jadwal mengajarnya yang tak bisa dihindari. Pagi ini dia akan mengajar matematika di kelas XI IPS 4—kelas Nadira. Sebisa mungkin, jika ada kesempatan, ia ingin memperbaiki kecanggungan yang muncul di antara mereka sejak seleksi renang beberapa hari lalu. Semoga saja gadis itu merespon baik.Adhinata melangkah masuk ke kelas dengan langkah mantap seperti biasanya. Suasana kelas yang awalnya gaduh langsung hening ketika murid-murid menyadari kedatangannya."Selamat pagi, Anak-anak." Suaranya tenang, tetapi tetap memberikan kesan wibawa."Pagi, Pak!" sahut para siswa serempak.Adhinata menaruh buku materi dan laptop di meja. "Hari ini kita lanjutkan materi kemarin. Silakan buka LKS kalian, halaman 30. Ada beberapa soal yang perlu kalian kerjakan. Tapi sebelumnya, harap semua

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • JODOHKU GURU GALAK   55. Ketika Waktu dan Hati Beradu

    Suara peluit nyaring menggema di sekitar kolam renang, membuat Nadira otomatis membenarkan posisi goggles di matanya."Bersiap!" seru pelatih dengan nada tegas.Nadira menunduk, tubuhnya membentuk posisi streamline, kaki kuat bertumpu pada papan start. Ia menarik napas."Siap ...!" Aba-aba kedua membuat nadinya berpacu lebih cepat. Dalam hitungan detik, peluit panjang terdengar lagi, menandakan saatnya ia melompat ke air.Nadira meluncur mulus, tubuhnya membelah permukaan air dengan teknik yang sudah dilatih berulang kali. Tangannya lurus, memimpin tubuhnya yang bergerak seperti anak panah. Di bawah air, kakinya langsung melakukan tendangan lumba-lumba (dolphin kick), menghasilkan dorongan maksimal sebelum ia muncul ke permukaan untuk memulai gaya bebas."Fokuskan tenaga di setiap tarikan tangan! Jangan terlalu tinggi mengangkat kepala!" Suara pelatih kembali terdengar, mengingatkan Nadira agar teknik tetap terja

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • JODOHKU GURU GALAK   56. Momen Manis yang Terkoyak

    "Mas inget nggak muka Pak Widodo waktu itu? Kocak banget!" Nadira tertawa terbahak, tangannya memegang perut sambil melirik ke arah Adhinata yang sedang fokus mengemudi.Ngomong-ngomong, Nadira sedang membahas satu waktu di mana mereka berpelukan di ruang BK, dan tiba-tiba ada yang mengetuk pintunya. Ternyata Pak Widodo, sang kepala sekolah yang datang. Mau ada perlu dengan Adhinata, katanya.Adhinata menoleh sekilas, sudut bibirnya melengkung tipis. "Kamu terlalu senang mengejek orang, Rara. Jangan gitu, Pak Wid itu orang tua. Kepala sekolah pula.""Ya, tapi beneran, Mas! Mukanya tuh kayak ... campuran antara kaget, bingung, sama, apa ya, jijik mungkin?" Nadira kembali tertawa, membayangkan momen itu. "Serius, pas Pak Wid buka pintu dan ngelihat kita cuma berdua di dalam, ekspresinya priceless banget."Adhinata mengangguk kecil, meski sorot matanya tetap lurus ke jalan. "Pak Wid pasti sudah lelah menemukan kita berduaan terus.""Kita ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • JODOHKU GURU GALAK   57. Kendali Emosi

    Adhinata berdiri di samping mobil, pandangannya terpaku pada layar ponsel. Foto itu begitu jelas, menampilkan Nadira dan Regas dalam situasi yang sulit untuk dijelaskan. Ia mencoba menarik napas panjang, tetapi dadanya terasa sesak.Keningnya berkerut, dan rahangnya mengeras. Pikirannya berputar—siapa yang mengirimkan foto ini, dan apa tujuannya? Tetapi yang paling mengganggunya adalah pertanyaan yang tak bisa ia abaikan: Apakah Nadira benar-benar bisa dipercaya sepenuhnya?Dari dalam mobil, Nadira melongokkan kepala. "Mas? Kenapa belum masuk juga? Ada apa?"Adhinata cepat-cepat mematikan layar ponselnya dan memasukkan perangkat itu ke saku. Ia menoleh ke arah Nadira, mencoba memasang wajah tenang, meski di dalam dirinya tengah berkecamuk."Sebentar," jawabnya pendek, lalu masuk ke mobil tanpa menambahkan kalimat apapun. Meski begitu, ia masih ingat untuk memasangkan sabuk pengaman Nadira. Gadis itu memang sering lupa. Dan lagi-lagi, hal it

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • JODOHKU GURU GALAK   58. Sasaran Sebenarnya

    "Keluar lo!"Adhinata menggenggam ponsel yang menempel di telinganya, suaranya penuh tekanan saat memaksa Regas untuk keluar rumah."Apaan, sih, Kak?" Regas merespon malas dari seberang telepon."Gue bilang, keluar!" ulang Adhinata. Pikirannya bercampur aduk, antara emosi dan kecurigaan yang terus berkecamuk. Di satu sisi, ia ingin menghajar Regas saat itu juga, tetapi sisi lain dari dirinya menuntut untuk tetap rasional dan mencari bukti lebih lanjut. Dia tidak boleh segegabah itu."Kak, lo ngelindur?" Regas mendengkus."Keluar, gue bilang!" ulang Adhinata untuk ketiga kalinya."Astaga ... apaan, Kak? Gak jelas banget, lo di mana?" sahut Regas dengan nada kesal."Gue di depan rumah lo. Keluar sekarang!" tegas Adhinata.Setelah beberapa detik hening, akhirnya terdengar suara pintu terbuka. Tak lama kemudian, Regas muncul di depan pintu gerbang dengan pakaian santainya dan ponsel masih tergenggam di ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • JODOHKU GURU GALAK   59. Jejak Digital yang Mengancam

    Adhinata mengemudikan mobil dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya memegang ponsel yang menempel di telinga. Wajahnya tegang, napasnya berat, seolah ada beban besar yang terus menekan pikirannya."Lo tuh kebiasaan banget, nyetir sambil nelepon. Gue belum mau mati, ya," tegur Regas dari kursi penumpang, berusaha mengurangi ketegangan dengan sarkasme. Namun, Adhinata hanya diam, matanya tetap fokus ke jalan, tidak memedulikan omelan sepupunya.Akhirnya, nada sambung berganti dengan suara lembut di seberang sana. "Assalamu’alaikum," ujar Nadira."Wa’alaikumsalam. Kamu lagi apa?" tanya Adhinata cepat, nadanya tak seperti biasa—terburu-buru dan nyaris mendesak."Lagi jawab telepon Mas Nata," jawab Nadira santai.Adhinata menarik napas panjang, berusaha menjaga ketenangan. "Setelah ini, taruh teleponnya dan tidur. Jangan buka hape lagi.""Kenapa?" tanya Nadira, suaranya terdengar bingung.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23

Bab terbaru

  • JODOHKU GURU GALAK   120. Romansa di Kapal Pesiar

    Hari berikutnya, Nadira tidak menyangka sang suami memberi kejutan lagi dengan perjalanan menuju pelabuhan Benoa. Adhinata mengajak Nadira naik kapal pesiar mewah yang akan membawa mereka mengarungi lautan selama tujuh hari tujuh malam."Mas?!" Nadira menatap suaminya dengan raut tak percaya.Adhinata tak berbicara. Ia menggenggam tangan Nadira erat saat mereka menaiki tangga menuju dek utama kapal pesiar. Kapal mewah itu bersandar di pelabuhan dengan megah, tampak seperti istana yang mengapung. Cahaya lampu kristal yang memancar dari dalam kapal membuat suasana semakin memukau. Laut di sekeliling mereka memantulkan cahaya bulan yang nyaris penuh, menciptakan pemandangan malam yang sulit dilupakan."Ini serius, Mas? Mas bawa aku naik kapal pesiar?" tanya Nadira sambil menatap suaminya dengan mata berbinar.Adhinata tersenyum kecil. "Kenapa tidak? Ini kan bulan madu kita. Kamu layak mendapatkan yang terbaik, Rara."Nadira tertawa kecil, ma

  • JODOHKU GURU GALAK   119. Pulau Pribadi

    Pagi itu, Nadira terbangun dengan rasa tenang yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Cahaya matahari menyusup melalui tirai vila, menerangi kamar yang hangat dan nyaman. Suara debur ombak terdengar jelas, berpadu dengan kicauan burung yang seperti lagu selamat pagi dari alam. Ia membuka mata perlahan, dan menyadari bahwa ia tengah berada dalam pelukan seseorang.Butuh beberapa detik baginya untuk mengingat di mana ia berada. Nadira mendongak, mendapati Adhinata masih tertidur dengan napas teratur dan mendekapnya. Wajah pria itu tampak lebih damai dari biasanya, garis-garis tegas di wajah, kini seolah melunak.Apakah semalam mereka sempat melakukan yang 'iya-iya'?Jawabannya adalah tidak. Adhinata sangat menghormati istrinya. Dia tidak akan lancang jika memang belum diizinkan. Jadi, dia akan bersabar.Nadira menatap suaminya lebih lama, merasa bersyukur atas semua yang telah mereka lalui hingga akhirnya bisa berada di tempat ini. Meski awalnya ti

  • JODOHKU GURU GALAK   118. Bulan Madu

    Langit sore mulai merona jingga ketika Nadira mengikuti langkah Adhinata dengan penuh kebingungan. Pria itu menggenggam tangannya erat, membawanya menjauh dari keramaian rombongan SMA Cakrawala. Angin lembut menyapu wajah Nadira dan membawa aroma damai, tetapi rasa penasaran yang menyelimuti pikirannya terlalu kuat untuk menikmati suasana sekitar. Beberapa kali, Nadira menoleh ke belakang."Mas, ini kita mau ke mana? Rombongan udah mau berangkat itu," tanya Nadira akhirnya, suaranya penuh keingintahuan.Adhinata tidak langsung menjawab. Ia hanya menoleh sebentar, menyunggingkan senyum tipis, lalu melanjutkan langkahnya. Nadira terpaksa menurut, meskipun hatinya dipenuhi berbagai spekulasi.Setelah beberapa saat, mereka berhenti di dekat sebuah mobil SUV hitam yang diparkir cukup jauh dari bus rombongan. Seorang pria berseragam rapi berdiri di samping kendaraan, dan segera membuka pintu penumpang begitu melihat mereka mendekat."Silakan, Tuan. Semu

  • JODOHKU GURU GALAK   117. Kita Belum Selesai

    Tur akhirnya mencapai penghujung. Semua lokasi tujuan telah dikunjungi, meninggalkan lelah bercampur puas di wajah para siswa dan guru. Saat ini, mereka berkumpul di sebuah restoran, menikmati makan bersama terakhir, sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Terlalu lambat untuk disebut makan siang, dan terlalu awal untuk disebut makan malam, karena hari sudah cukup sore, saat mereka meninggalkan Desa Penglipuran.Meja-meja dipenuhi siswa yang bercanda riang. Tawa mereka sesekali pecah, terutama dari kelompok XI IPS 4, yang dikenal paling ramai. Beberapa guru, termasuk Adhinata, duduk sedikit terpisah, membentuk kelompok kecil di pojok ruangan.Di meja lainnya, Nadira terlihat duduk bersama teman-temannya, celana longgar warna krem yang membalut kakinya membuatnya tampak lebih santai meski gerakannya tetap hati-hati karena lututnya masih terluka."Celana lo baru, ya, Ra?" tanya salah seorang teman cewek, yang duduk di sebelahnya, bernama Intan. Gadis itu mena

  • JODOHKU GURU GALAK   116. Terpaksa Membongkar Rahasia

    Ketukan keras di pintu bilik membuat Adhinata dan Nadira sontak menoleh. Nadira yang masih duduk dan hanya mengenakan celana short, langsung gugup. Sementara Adhinata berdiri dengan ekspresi datar, namun ada sedikit kekesalan di wajahnya. Dengan gerakan tegas, ia menutup paha sang istri menggunakan jaketnya yang semula dipakai Nadira."Pak Nata! Saya tahu Anda di dalam! Jelaskan apa yang Anda lakukan!" Suara Pak Widodo menggema, terdengar tegang dan penuh kecurigaan.Adhinata menghela napas panjang, mencoba mengontrol emosinya. Dengan langkah santai, ia membuka pintu, memperlihatkan Pak Widodo yang sudah berdiri dengan wajah merah padam, sambil berkacak pinggang."Ada apa, Pak?" tanya Adhinata."Ada apa, ada apa?! Saya yang harusnya bertanya. Apa yang Anda lakukan di dalam?" Pak Widodo menunjuk ke arah bilik dengan gestur dramatis. Kacamata yang melorot ke ujung hidungnya semakin memperkuat ekspresi penuh amarah itu.Adhinata melirik Nadi

  • JODOHKU GURU GALAK   115. Ketegangan di Balik Bilik

    Adhinata membawa Nadira ke pos kesehatan tanpa memedulikan tatapan bingung dan bisik-bisik siswa serta guru lain. Tubuh gadis itu terasa ringan di pelukannya, tetapi kegelisahan di wajah Nadira membuat langkah Adhinata sedikit tergesa.Sesampainya di pos kesehatan, seorang petugas mendekat. "Loh, ada yang terluka? Mari saya bantu."Adhinata menggeleng halus. "Tidak perlu, Pak. Saya bisa menanganinya sendiri.""Menangani sendiri? Tapi—""Saya bertanggung jawab penuh atas dia, murid saya. Terima kasih untuk tawaran bantuannya, tapi biar saya saja," ujar Adhinata dengan nada tegas, membuat petugas itu ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya mengalah."Baiklah. Kalau begitu, biliknya di sana. Di dalam juga sudah ada peralatan dan obat-obatan lengkap. Kalau butuh apa-apa, panggil saya saja, Pak," ujar si petugas.Adhinata mengangguk dan membawa Nadira masuk ke bilik, membiarkan pintu tertutup rapat. Ia mendudukkan Nadira di kursi, lalu ber

  • JODOHKU GURU GALAK   114. Terpisah Membuat Resah

    "Nadira!"Panggilan itu datang dari Faiz, si ketua kelas. Nadira menoleh, dan melihat Faiz melambai di tengah keramaian Desa Penglipuran yang penuh wisatawan.Ya, destinasi terakhir mereka hari ini adalah Desa Penglipuran, desa adat yang terkenal karena keindahan dan kerapian rumah-rumahnya.Desa adat itu memang memukau. Jalan berbatu membelah rumah-rumah tradisional dengan atap rumbia yang seragam. Bunga-bunga warna-warni bermekaran di sepanjang tepi jalan, membuat suasana terasa damai dan indah.Nadira langsung terpikat begitu melihat jalan berbatu yang bersih dengan deretan rumah tradisional yang seragam di kedua sisi tersebut. Tak sadar, dia sampai berhenti dan terpisah dari kelompoknya tadi. Untung saja Faiz memanggil.Nadira berjalan cepat, mendekat ke Faiz yang berdiri bersama beberapa teman mereka di sana, juga guru pendamping pengganti Adhinata—tidak main-main bahkan sang kepala sekolah sendiri yang mengambil alih tugas Pak Nata.

  • JODOHKU GURU GALAK   113. Nyaris Kebablasan

    Rombongan SMA Cakrawala tiba di Bali Bird Park sekitar pukul 09.00 pagi, saat embun di daun-daun masih segar dihembus angin pagi Gianyar. Suara kicauan burung menyambut mereka di gerbang masuk, memadukan semarak warna bulu-bulu cerah dengan aroma dedaunan basah. Murid-murid berlarian kecil, terpesona dengan burung merak yang melenggang anggun di pelataran taman.Nadira berjalan sedikit di belakang Adhinata, matanya terus sibuk mengamati sekitar. Selain Salsa, dia memang tak begitu dekat dengan teman lain di kelas. Wajar jika kini setelah Salsa pindah sekolah, dia lebih sering sendirian.Langkah Nadira terhenti saat melihat burung kakaktua putih dengan paruh melengkung berdiri tenang di atas sebuah batang pohon kecil."Pak Nata, lihat itu!" Nadira menunjuk penuh semangat, seperti anak kecil yang baru menemukan mainan kesukaannya. Lupa, bahwa sekarang dia sudah menjadi istri dari laki-laki di depannya itu.Adhinata mengikuti arah telunjuknya, lalu t

  • JODOHKU GURU GALAK   112. Momen Manis di Tengah Keramaian

    "Mas Nata?"Suara Nadira terdengar pelan saat ia membuka mata dan mendapati tempat tidur di sisi sebelahnya kosong. Ia mengerjap beberapa kali, lalu duduk sambil mengucek matanya. Perasaan sedikit hampa menyelip di dadanya karena sang suami tidak ada di sisi. Namun, sebelum pikirannya melayang jauh, ponselnya berbunyi.Ia mengangkatnya tanpa melihat layar, mengenali nama sang penelepon dari nada dering khusus. "Mas Nata?" sapanya, suaranya masih serak karena baru bangun tidur."Sudah bangun?" Suara Adhinata terdengar di ujung sana, hangat dan rendah seperti biasa."Iya. Mas di mana?" Nadira bertanya, lalu melihat jam di ponselnya. Masih pukul enam pagi, tapi Adhinata sudah entah di mana."Sedang kumpul dengan guru-guru pendamping. Kita harus segera berangkat ke destinasi terakhir hari ini," jawab Adhinata. "Kamu sudah mandi?"Nadira terkekeh kecil. "Baru bangun, Mas. Mana sempat mandi. Mas Nata, sih, gak bangunin aku sekalian tad

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status