Share

13. GOSIP

Author: Rea MP
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Tik, kamu cari buku sumber untuk kerja kelompok siang ini, ya? Kamu kebagian buku tentang cara membuat pupuk kompos.”

Tiwi menunjukkan pembagian tugas untuk laporan makalah pelajaran Biologi pekan depan. Dari lima orang anggota kelompok, semua memiliki bagiannya masing-masing. Tema yang diangkat seputar cara menghasilkan tanaman yang baik dan subur.

“Oke.” Atika mengangguk setuju.

Maka ketika ada pelajaran kosong saat jam kedua, Atika bergegas menuju ke pepustakaan. Sebagian temannya ada juga yang ikut pergi ke sana.

“Hmm, di mana buku-buku bertema biologi, ya?” gumam Atika sambil mengawasi judul-judul buku yang ada di rak perpustakaan.

Awalnya dia sempat ingin mengecek katalognya dulu untuk memudahkan pencarian. Hanya saja computer tempat mencari katalog sedang diperbaiki, jadi dia terpaksa mencarinya secara manual alias meneliti satu persatu buku-buku yang ada di rak perpustakaan.

“Hmm, kenapa buk

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • JILBABER JUGA MANUSIA   14. PENOLAKAN PAHIT

    “Jadi kalau begitu, siapa yang berbohong?” tanya Firda lebih seolah kepada dirinya sendiri.Atika merasakan tubuhnya gemetar. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Antara kesal namun juga merasa takut dia mendengar semua berita tentangnya.“Benar kan kataku juga?” Tiba-tiba muncul Sandra dari kelas sebelah langsung menuding Atika.“Apanya?” Atika yang masih syok dengan berita yang disampaikan oleh Firda dan Husna kini harus menghadapi reaksi Sandra juga.“Kamu bilang kalau enggak ada hubungan apa-apa dengan Jerry. Tapi buktinya berita yang tersebar sekarang?” Sandra menatapnya dengan sorot mata penuh amarah.Atika merasa dirinya dipojokkan. Firda dan Husna tak berkata apa-apa. Mereka hanya terdiam dan menatap Sandra.“Kamu yakin kalau Jerry memang jadian dengan Atika?” tanya Firda tanpa basa-basi.Sandra yang terlihat sedang emosi menoleh ke arah Firda lalu mengangguk c

  • JILBABER JUGA MANUSIA   15. PEMBALASAN DENDAM

    Atika berhenti sejenak di gerbang sekolah. Kakinya berhenti tepat di mulut gerbang. Sepertinya suasana sekolah pagi ini belum terlalu ramai. Jadi dia tidak perlu bertemu dengan banyak orang yang akan berpapasan di koridor, apalagi yang memandangnya dengan tatapan menghakimi.Sejak kemarin, tak ada satu pun temannya dari keputrian yang mencoba mengontak apalagi menghiburnya. Padahal biasanya juga tiada hari tanpa ngobrol bareng di room chat khusus anggota keputrian sekolah. Hhh, dirinya mau memulai percakapan juga rasanya canggung. Meski beberapa kali saat dia membuka aplikasi chat, terlihat beberapa temannya sedang online.Mata kakinya sudah sedikit membaik. Rasa sakitnya sudah berkurang. Untungnya luka yang dideritanya tidak terlalu dalam sehingga tak perlu dijahit meski goresannya cukup panjang. Jalan pun sudah bisa sedikit biasa lagi karena lukanya sudah ditutup perban cukup tebal. Jadi kalaupun tergesek-gesek pinggiran sepatu, tidak terla

  • JILBABER JUGA MANUSIA   16. JEBAKAN!

    “Ka-kamu mau ngapain?” Atika melihat Jerry mendekatinya perlahan. “Kebetulan kamu di sini. Jadi aku mau sekalian menagih jawabanmu,” ucap Jerry sambil terus mendekat. Atika menangkap gelagat yang kurang baik dari sikap dari pemuda itu. Maka pelan-pelan dia juga mundur selangkah demi selangkah. Sampai ujung tumitnya tertahan oleh sesuatu. Refleks jemarinya menggapai benda di belakangnya. Terasa dingin dan keras. Itu tembok! Desisnya dalam hati. Bagaimana dirinya bisa menjauh dan lepas dari pemuda di hadapannya yang sepertinya terus mendekat dan ingin memerangkap dirinya pada posisi tersudut. Tak bisa kemana-mana. “Oh iya. Aku mau bilang sama kamu. Hadiah-hadiah bros itu bukan dariku. Entah siapa yang cukup konyol dan punya nyali untuk merebutmu dariku.” Jerry tersenyum sinis seperti yang meremehkan si pemberi hadiah bros tersebut. “Bu-bukannya itu dari kamu?” tanya Atika terbata. “Kenapa? Kamu berharap itu dariku?” Jerry tertawa keras.

  • JILBABER JUGA MANUSIA   17. PENYESALAN

    Tanpa menjawab, Firda langsung menarik tangan Husna kembali ke ruang guru. Secepat mungkin.Tergopoh-gopoh, Husna berusaha mengimbangi langkah gesit keponakannya itu yang seolah ingin terbang. Padahal pening di kepalanya belum mereda.“Mana?” tanya Husna sambil celingak-celinguk ketika keduanya sudah berada di ruang guru.“Nyariin siapa, Neng? Nyari Bapak, ya?” tanya Pak Sanusi, guru mata pelajaran olahraga, sambil bersiul menirukan suara burung dekukur.Guru olahraga mereka itu memang terkenal senang sekali bersiul menirukan suara burung. Jika guru olahraga pada umumnya menggunakan peluit untuk memberikan aba-aba saat melakukan aktivitas gerakan olahraga, maka Pak Sanusi lebih suka memanfaatkan keahliannya bersiul. Lebih murah meriah dan alami katanya.“Anu …. Bapak ada ngeliat 2 orang siswi yang mencari meja Pak Jaka, Pak?” tanya Firda tanpa basa-basi.Pak Sanusi memasukkan kedua tangannya ke saku

  • JILBABER JUGA MANUSIA   18. IDOLA BARU

    “Ini tolong diketik dan diperbanyak, ya?”“Oke!”Atika baru saja akan membalikkan tubuhnya masuk ke dalam kelas ketika sebuah colekan menghentikan langkahnya. Terlihat wajah Sandra yang sedang cengar-cengir mengintip menatapnya dari balik pintu kelasnya.“Hei!” Atika tersenyum.“Siapa, tuh?” Sandra menunjuk lewat isyarat dari gerak bola matanya.“Dia?” Atika menunjuk ke arah Habibi yang hanya terlihat dari bagian belakang karena berjalan menjauh ke arah yang berlawanan.“Huum!” angguk Sandra.“Itu Habibi. Ketua rohis yang baru. Memang kamu enggak tahu?”“Enggak!” geleng Sandra.Sandra teringat peristiwa dua hari lalu saat dirinya sedang mencari-cari liontin kalungnya yang mendadak lepas dan hilang. Awalnya dia tidak tahu. Tetapi saat sedang ngobrol dengan Atika di depan kelas, tanpa sengaja jemarinya memegang-megang liontin ka

  • JILBABER JUGA MANUSIA   19. WE'RE BACK AGAIN

    Persahabatan antara Atika dan Sandra kembali terjalin mesra dan akrab. Semenjak Atika menemani sahabatnya itu menunggui pamannya yang dirawat intensif di ICU, Sandra terlihat makin lengket dengannya. “Tik! Jangan lupa nanti hadir pas kajian keputrian, ya?” Atika yang sedang menikmati seblak pedasnya mengangguk dan mengacungkan jempolnya pada Firda yang mencolek lengannya. Husna tersenyum sambil membawa dua botol minuman teh.“Kita duluan, ya?” pamit Husna.Atika lagi-lagi mengacungkan jempolnya karena mulutnya masih penuh berisi makanan. Sementara Sandra yang duduk di sebelahnya hanya memerhatikan saja.“Kamu rajin ikut acara kajian, Tik? Memang asyik, ya?” tanya Sandra ingin tahu.“Iya. Namanya juga ngerasa butuh untuk nyari ilmu agama, San. Pelajaran agama kan hanya dua jam sepekan. Kurang, dong.” Ati

  • JILBABER JUGA MANUSIA   20. SEBUAH KEJUTAN

    “InsyaAllah nanti kita akan mengadakan acara mendaki gunung. Nanti kita rencananya akan bekerjasama dengan eskul lain.”Sedikit pengumuman dari Habibi saat pertemuan rutin bulanan para pengurus rohis dan keputrian membuat suasana yang semula hening mendadak gaduh. Ruang masjid tempat mereka mengadakan pertemuan dipenuhi suara dengungan dari gumaman para pengurus.Ada yang bereaksi sntusias, ada yang tak paham dengan pengumuman tersebut, dan sebagainya. Apalagi Habibi tak melanjutkan infonya dengan memberikan kejelasan-kejelasan lainnya.“Pihak eskul lain itu maksudnya bagaimana?” tanya Akbar, dari divisi perikhwanan.“Kita akan melakukan Kerjasama membuat acara mendaki gunung dengan pihak lain yang tentunya lebih paham dan menguasai seluk beluk pendakian. Kita kemarin itu belum pernah sampai mendaki gunung, kan? Baru menjajal kaki gunung dan sekitarnya. Nah, untuk agenda selanjutnya, kita akan coba untuk mendaki gunung. Tapi

  • JILBABER JUGA MANUSIA   21. KALA RAMADAN DATANG

    Lain waktu Husna sedang membereskan mukena-mukena di masjid ketika didengarnya ada yang menyapa dari saf Ikhwan.“Butuh bantuan, Ukhti?”Husna menoleh dan menemukan sebuah wajah sedang nyengir menatap kepadanya. Gadis itu tak menjawab. Hanya kembali sibuk merapikan muken yang sedang dibereskannya.“Ukh, kok diam saja? Nan ….” Suara itu berbunyi lagi kali ini lebih mendekat.“Ehem! Jerry! Kamu lagi ngapain di situ?”Tiba-tiba dari balik kain hijab atau pembatas antara saf Ikhwan dan akhwat, menyembul wajah Pak Ahmad, sang pembina rohis yang baru. Wajahnya yang dihiasi kumis tebal terlihat memelototkan kedua matanya.Jerry yang terkesiap kaget, segera mundur perlahan-lahan dan mengangguk malu-malu pada Pak Ahmad. Husna diam-diam menahan tawa melihatnya. Tapi dia bisa berakting dengan terus sibuk merapikan mukena.“Kamu tahu ini apa?” Pak Ahmad memegang kain hijab atau pembatas.

Latest chapter

  • JILBABER JUGA MANUSIA   29. SIDANG RAHASIA

    “Enggak, Pak.” Kali ini Habibi yang langsung menyela dan menjawab dengan tegas.Ucapan Habibi diam-diam menusuk perasaan Atika. Ya, ternyata tak urung ketika mendengar hal tersebut tetap saja terasa menyakitkan. Meski mungkin Habibi mengatakannya karena untuk membuat suasana menjadi lebih tenang dan kondusif. Pun, pemuda itu mungkin saja berusaha juga menekan perasaannya dengan susah payah.Atika memilih menunduk dan mengunci mulutnya rapat-rapat ketika kemudian Pak Ahmad memberikan wejangan panjang lebar untuk mereka berempat. Pembina rohis tersebut sudah bisa merasa lebih lega karena ternyata yang dituduhkan oleh siswa-siswi yang membuat petisi dan mosi tidak percaya ternyata tidak benar.“Bapak berterima kasih dan bersyukur jika memang kalian tetap menjadi siswa-siswi kepercayaan yang amanah. Bapak berharap kita semua tetap berpikir dingin ketika ada masalah. Jangan sampai masalah yang datang menjadikan kita menjadi tercerai berai. Justru se

  • JILBABER JUGA MANUSIA   28. PETISI

    Husna terdiam sesaat sebelum berkata-kata. Gadis itu tetap terlihat anggun dan sangat menjaga sikapnya bahkan di tengah situasi genting seperti saat ini.“Kalian semua tahu aku seperti apa, kan? Kira-kira menurut kalian bagaimana?” Husna balik bertanya tak hanya pada Atika tetapi juga pada semua yang ada di ruangan tersebut.“Kalau aku sebenarnya enggak percaya, Aunty. Tapi ….” Firda tak melanjutkan kata-katanya.“Tapi?” Husna mengerlingkan kedua matanya.Firda menatap lurus pada adik ibunya tersebut. “Aunty sering ngilang, sih. Kan jadi bikin bingung!”“Kalau aku sih positif lebih percaya sama kamu, Na!” ucap Putri diikuti anggukan kepala Aisyah.“Kamu, Tik?” Husna menatap Atika.“Aku ingin enggak percaya.” Atika hanya sanggup mengatakan hal tersebut.Husna tersenyum. Lalu memandang semua teman-temannya dengan pandangan hangat.

  • JILBABER JUGA MANUSIA   27. PERANG DINGIN

    “Mending bubar aja, deh! Udah enggak layak jadi panutan! Rusak!”Atika menelan ludahnya demi mendengar umpatan-umpatan yang diungkapkan oleh Tuti cs. Dengan senyum mencemooh, kelompok tersebut berlalu dari hadapan Atika. Rasanya ingin menghilang saja seketika dari bumi saat ini juga. Kelompok Tuti masih saja terus melihat-lihat kesalahan dan kekurangan Husna dan kawan-kawan. Apalagi dengan kondisi saat ini.Atika menghela napas. Masygul. Jika benar Husna seperti itu maka kondisi sudah benar-benar gawat. Bagaimana jadinya keputrian nantinya? Kalau Tuti cs saja sudah tahu, pasti seisi sekolah juga sudah tahu.“Mi? Kenapa ngelamun di sini?”Atika menengadah. Ada Habibi berdiri di hadapannya dengan senyum khasnya.“Bi ….”“Iya, Mi?” Habibi masih belum beranjak dari tempatnya berdiri.“Kamu udah denger soal Husna?” Atika kali ini tak lagi memikirkna untuk menjaga pandangan

  • JILBABER JUGA MANUSIA   26. SALAH PAHAM

    “Itu ….”Atika takmelanjutkan perkataannya dan melirik ragu-ragu pada Sandra.Di seberangnya, terlihat Sandra menatapnya sengit. Tak ingin menimbulkan lebih banyak kesalah pahaman, Atika segera mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam tasnya.“Ini, Bi.”“Oh, alhamdulillah. Terima kasih, Umi.” Habibi menyambut bungkusan itu dengan sukacita.Sandra nyaris memelototkan kedua matanya kalau saja ketua grupnya tidak segera memanggil anggota-anggotanya. Dengan terpaksa Sandra segera berbaris mengikuti arahan ketua grupnya dan melupakan sejenak untuk melihat keakraban Habibi dan Atika.Sepanjang perjalanan menuju ke puncak, Sandra bolak-balik berusaha memantau grup Atika hingga dia lupa untuk melihat kakak sepupunya. Ia tidak konsentrasi pada rute yang ditempuhnya, padahal di beberapa lokasi, jalan setapak yang mereka lewati cukup licin dengan adanya jurang di kanan dan kiri.Berulang kali Sandra menoleh ke

  • JILBABER JUGA MANUSIA   25. PANGERAN IMPIAN ATAU MIMPI BURUK?

    Atika memegang kedua lengan Firda erat. “Kamu percaya sama aku. Itu aja dulu.”Firda menghela napas berat. Atika tahu kalau temannya itu pasti juga sedang risau memikirkan Husna yang akhir-akhir ini memang jarang terlihat bersamanya. Entah ada kesibukan apa. Saat bertemu di acara kajian rutin keputrian pun, Husna jarang bicara dan selalu tampak sibuk mengurusi sesuatu.Firda meninggalkan kelas Atika masih dengan mendung bergelayut di wajahnya. Suasana mendadak terasa muram. Atika sempat mengantar Firda hingga di depan pintu kelas. Sesaat sebelum masuk ke dalam kelasnya, dia melirik ke arah kelas Sandra yang pintunya tertutup setengah bagian. Ia menghela napas sesaat sebelum masuk ke dalam kelasnya sendiri.***Siang ini rencananya Atika ingin menyerahkan laporan hasil kegiatan keputrian selama ini. Biasanya saat istirahat Habibi sering terlihat di dalam masjid. Melaksanakan salat Duha atau sekadar ngumpul dengan pengurus rohis lainnya. Tapi sa

  • JILBABER JUGA MANUSIA   25. PANGERAN IMPIAN ATAU MIMPI BURUK?

    Atika memegang kedua lengan Firda erat. “Kamu percaya sama aku. Itu aja dulu.”Firda menghela napas berat. Atika tahu kalau temannya itu pasti juga sedang risau memikirkan Husna yang akhir-akhir ini memang jarang terlihat bersamanya. Entah ada kesibukan apa. Saat bertemu di acara kajian rutin keputrian pun, Husna jarang bicara dan selalu tampak sibuk mengurusi sesuatu.Firda meninggalkan kelas Atika masih dengan mendung bergelayut di wajahnya. Suasana mendadak terasa muram. Atika sempat mengantar Firda hingga di depan pintu kelas. Sesaat sebelum masuk ke dalam kelasnya, dia melirik ke arah kelas Sandra yang pintunya tertutup setengah bagian. Ia menghela napas sesaat sebelum masuk ke dalam kelasnya sendiri.***Siang ini rencananya Atika ingin menyerahkan laporan hasil kegiatan keputrian selama ini. Biasanya saat istirahat Habibi sering terlihat di dalam masjid. Melaksanakan salat Duha atau sekadar ngumpul dengan pengurus rohis lainnya. Tapi sa

  • JILBABER JUGA MANUSIA   24. PENGAGUM RAHASIA

    Atika menimang-nimang kotak bros yang selama ini disimpannya di dalam kantong bagian depan tasnya. Sudah hamper tiga bulan berturut-turut dia mendapatkan bros setiap pekannya. Jadi bisa dihitung berapa banyak bros yang berhasil dikumpulkannya hingga saat ini?Dua belas bros! Ya! 12 bros berukuran mungil terkumpul di dalam tasnya. Dengan beragam warna dan bentuk. Ada yang berbentuk bunga mawar, hati, bunga matahari, bintang, dan masih banyak lagi. Lucu-lucu memang. Membuat Atika kadang gemas ingin mengenakannya.Tapi karena dia tak tahu siapa yang sudah memberi bros-bros tersebut, Atika tak berani untuk memakainya. Alasannya karena tak mau sang pemberi bros jadi geer dan menyangka Atika bersedia menerima perasaannya.Tidak munafik kalau Atika senang mendapatkan hadiah. Tapi harus dari teman yang bagaimana dulu, kan? Kalau teman akrab yang memang berteman dengannya tulus, ya masa sih hadiahnya ditolak? Tapi kalau si pemberi hadiah ternyata meminta ba

  • JILBABER JUGA MANUSIA   23. KADO LAGI

    “Bener-bener enggak beres keputrian di sekolah kita. Memalukan!”“Dulu Putri yang kelakuannya ngawur. Kalau enggak kita peringatkan, mungkin dia masih jalan dengan Alan. Eh, sekarang malah ketuanya langsung!”“Betul! Kacau banget sih para pengurusnya?”Atika yang sedang menyelesaikan tugas di dalam kelas tiba-tiba mendengar sesuatu yang kurang enak. Ditajamkannya pendengarannya untuk terus menyimak.“Dila! Kamu yakin melihat mereka berduaan?”“Yakin banget, Ti. Soalnya cowoknya kan yang berpapasan langsung denganku. Meski dia kakak kelas kita, tapi aku hafal wajahnya. Mantan ketua klub PA. Kak Jerry!”“Kamu melihat mereka di mana?”“Di mal, May. Mereka naik taksi berdua. Puasa-puasa, eh pacarana! Keterlaluan!”Mal? Kemarin? Bukannya kemarin dia juga ke mal Bersama Sandra, ya? Tapi rasa-rasanya dia enggak melihat Jerry dan Husna. Husna? Benarkah

  • JILBABER JUGA MANUSIA   22. KALA MERAH JAMBU MELANDA

    Jadi apakah benar Jerry sedang berusaha mendekati Husna? Sandra menaruh prasangka seperti itu tentang gerak-gerik sepupunya itu akhir-akhir ini. Jerry juga tidak berusaha menyangkal atau membantah Ketika dia berusaha mencari tahu.“Hei! Kok, bengong?” Atika menepukkan kedua telapak tangannya di depan Sandra.Sandra terperanjat kaget dan tersadar dari lamunannya. Atika terkekeh melihat bibir sahabatnya itu refleks mengerucut. Itu kebiasaan Sandra kalau dia merasa diajak bercanda.“Apa sih kamu? Bikin kaget aja!” sungut Sandra dengan wajah kekanakan khas dirinya.“Awas nanti salah masukin, lho.” Atika terkikik sambil menunjuk ke barisan mangkok kaca yang berjejer rapi di hadapan Sandra.Sandra melihat ke bawah dan terkesiap. Buru-buru dia mencari tisu kering untuk mengelap meja yang tiba-tiba dikotorinya. Bagaimana tidak? Dirinya bukan menuangkan buah-buahan ke dalam mangkok tetapi malah ke atas permukaan meja. Unt

DMCA.com Protection Status