Tangan Ray yang hendak menutup pintu mobil terhenti. Ditatapnya dengan tajam pelayan di rumahnya, yang sudah berani berteriak mencegahnya. Ray, kemudian menutup pintu mobil, dengan dingin ia berkata kepada sopirnya, “Jalan!”Sopirnya terkejut mendengar perintah dari Ray, karena ia mengira, kalau Bosnya itu lebih memilih untuk kembali menemani istrinya. Namun, ternyata dugaannya salah.Dengan cepat ia menguasai dirinya kembali. “Baik, Juragan,” sahutnya.‘Mobil pun meluncur menjauh meninggalkan rumah tersebut. Mobil melewati jalanan yang sepi, di mana kiri kanannya ditumbuhi pepohonan dan berganti dengan padang ilalang yang luas, sebelum akhirnya mencapai jalanan yang ramai.Sesampainya di pelabuhan, Ray berkata kepada sopirnya. “Awasi, Istriku dan laporkan setiap yang terjadi kepadanya.”Sopir itu menjadi terkejut dengan tugas yang diberikan Ray kepadanya, tetapi ia dengan cepat dapat menguasai dirinya. “Baik, Tuan!”Ray turun dari mobil berjalan menuju kapal besar milik perusahaanny
Sontak saja Anna menjadi terkejut netranya melebar menatap tidak percaya pria muda yang berdiri tepat di hadapannya. “Bagaimana kau mengetahui diriku berada di sini?” Tanya Anna, dengan pelan.Pria itu tertawa dengan nada sarkas, ia berjalan mendekat ke arah Anna, dengan gerakkan yang terlihat mengancam.Anna melirik ke sekitarnya, ia mencari sesuatu, sambil berharap ada yang datang ke kamarnya. Mengapa juga pelayan di rumah ini membiarkan orang asing masuk dengan bebas ke kamarnya.Pria itu berdiri tepat di hadapan Anna, senyum menakutkan tersungging di bibirnya. “Kenapa kau takut melihatku? Kau tega sekali menikah tanpa memberikan kabar kepadaku dan aku harus mendengarnya, melalui berita di televisi!”Anna berjalan mundur, sampai kakinya menyentuh pinggir ranjang dan ia tidak bisa bergerak lebih jauh lagi. “Jangan mendekat, Dave!” peringat Anna.Pria bernama Dave itu bukannya mendengarkan peringatan dari Anna. Ia justru tertawa, yang terdengar menakutkan di telinga Anna.‘Ya, Tuhan!
Anna menjadi terkejut mendengar penuturan kasar dari pelayan yang berdiri di hadapannya. Diamatinya wajah pelayan itu dengan lekat. “Kamu pelayan baru dan sudah lancang berkata seperti itu kepada saya!”Pelayan itu mengangkat dagunya dengan tinggi, ia melihat ke arah Anna dengan tidak sopan. Ia sama sekali tidak menunjukkan sikap sebagai seorang pelayan kepada Anna.Anna tidak mengerti siapa orang yang sudah menerima wanita ini bekerja, karena seingatnya ia dan Ray tidak menambah pelayan baru.Anna menahan rasa jengkelnya, karena wanita yang berdiri di hadapannya ini diam saja tidak menjawab pertanyaan darinya. Wajahnya bahkan menyiratkan rasa sombong.“Kemasi barangmu, kamu saya pecat!” ucap Anna emosi.Ia sudah cukup pusing dengan permasalahan dengan Ray. Sekarang ia harus menghadapi pelayan yang berani kepadanya.Pelayan itu melayangkan tatapan mencemooh ke arah Anna. Ia berkata dengan nada suara mengejek, “Saya juga tidak mau bekerja dengan seseorang yang posisinya tidaklah lebih
Tubuh Anna langsung limbung kakinya tidak kuat lagi menopang tubuhnya. Dengan suara yang lemah ia berkata, “Pergilah, kalian semua! Kalian tidak berhak mencampuri kehidupan pribadi, maupun urusan rumah tangga saya!”Setelah mengatakan hal itu Anna jatuh pingsan. Sopirnya dengan sigap menahan pinggang Anna, agar tidak jatuh ke lantai, kemudian ia membopong Anna.Sebelum keluar dari supermarket tersebut, sopir itu mengatakan kepada petugas keamanan yang hendak mencegahnya pergi. Agar melayangkan surat pemberitahuan ganti rugi ke kediaman tuan Raymond.Mendengar nama Ray disebut petugas keamanan itu tidak jadi mencegah Anna dan sopirnya keluar. Nama Ray sudah dikenal luas, sebagai pengusaha yang sukses.“Tentu saja, Tuan! Kami akan mengirimkan tagihannya,” ucap petugas keamanan itu.Beberapa menit berselang, Anna sudah berada di dalam sebuah ruangan dengan cet yang berwarna putih.“Di mana diriku?” Tanya Anna, karena ia tidak mengenali tempat dirinya saat ini berada.“Nyonya, Anna! Anda
Suara tawa Kapten kapal meledak mendengar apa yang dikatakan oleh Ray. Ia bangun dari berbaringnya. “Kau sudah merindukan Istrimu, bukan? Saking rindunya, sampai kau kehilangan akal, kalau kau bisa menggunakan ponselmu sendiri untuk memanggil helikopter datang,” ejek Kapten kapal.Ray memutar bola mata mendengar apa yang dikatakan oleh sepupunya itu. Ia mengeluarkan ponsel, lalu menghubungi asistennya di perusahaan, agar mengirimkan helikopter ke titik koordinat di mana dirinya pada saat ini berada.“Katakan kepadaku kita berada di titik koordinat berapa, biar pilotku dapat menemukan kita dengan cepat,” perintah Ray dengan dingin.Kapten Kapal mengeluarkan alat hubung dengan salalh seorang stafnya yang berada di ruang kemudi.Beberapa jam, kemudian Ray sudah dalam perjalanan kembali menuju rumahnya. Ia harus menerima ejekan dari sepupunya, yang mengatakan, kalau dirinya sudah menjadi seorang budak cinta.Ray menyembunyikan rasa tidak sabar bertemu dengan Anna kembali. Ia harus tetap b
Anna menatap Ray tidak percaya. Bibirnya membuka, kemudian ia tutup kembali. Rasanya ia sulit percaya, kalau yang didengarnya bukanlah ilusi semata. “Benarkah kau merindukanku, Ray?” Tanya Anna, dengan suara lemah.Ray menyunggingkan senyum tipis, ia berkata, “Kau ingin merasa senang bukan? Percayalah yang baru kau dengar. Yang jelas diriku datang untuk memastikan keselamatan calon pewarisku!”Ray, kemudian membaringkan badan di samping Anna. Ia tidur dengan berbantalkan kedua lengannya. Ketika dirasakannya Anna tidak juga memejamkan mata, ia pun membuka matanya.Diliriknya Anna, yang berbaring miring membelakanginya, tetapi ia dapat mengetahui, kalau Istrinya itu tengah menangis.Ray memutar bola mata melihatnya. Ditariknya badan Anna, agar menempel pada dadanya. Namun, Anna mencoba untuk berontak menjauh dari Ray.Sayangnya tenaga Anna tentu saja kalah dari Ray. Ia pun pasrah berada dalam dekapan erat suaminya itu. Diusapnya air matanya yang mengalir dengan deras.Suara dengusan nya
Ray menyunggingkan senyum sinis ke arah Anna. Ia berdiri rapat dengan Istrinya itu sampai embusan napasnya mengenai wajah Anna. “Kau tidak terlambat, diriku hanya melupakan satu hal.”Anna mengerutkan kening mendengar apa yang dikatakan oleh Ray. Ia tidak mengerti apa maksud dari ucapan suaminya itu.Ray menyentuh hidung Anna pelan dan berbisik di telinganya. “Apakah kau tidak dapat menduganya, Anna?”Anna menggelengkan kepala, karena ia memang sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Ray. Walaupun dari arah tatapan suaminya yang tertuju tepat ke dadanya membuat jantung Anna berdebar kencang.Anna menelan ludah dengan sukar, entah kenapa ia masih saja merasa gugup dengan tatapan tajam Ray. Padahal, ia seharusnya sudah terbiasa.“Jangan tatap diriku, seolah kau ingin menelanku, Ray!” peringat Anna.Ray tertawa kecil, ia menyentuhkan keningnya dengan kening Anna, sambil satu tangannya meraih pinggang Anna mendekat, sehingga tidak ada jarak di antara mereka berdua.Embusan napas
Sontak saja Anna menjadi terkejut menatap tidak percaya dengan apa yang berada di tangan Ray. Tangannya bergetar hebat sampai-sampai piring yang ia pegang jatuh dan mengenai kakinya. “Dari mana kau mendapatkan cincin itu?” Tanya Anna, dengan suara bergetar takut.Ray tersenyum miring, sambil berjalan mendekat ke arah Anna. Dicekaunya dengan kasar dagu Istrinya itu, sampai Anna meringis merasa sakit.Anna memegang tangan Ray mencoba untuk menyingkirkan dari dagunya. Namun, Ray bergeming. Membuat Anna menjadi semakin takut, karena Ray sama sekali tidak memperlihatkan rasa peduli kepadanya.“Kenapa diam saja, Anna? Apa tidak ada yang ingin kau katakan?” Tanya Ray dengan suara mendesis menahan emosi.Anna menelan ludah dengan sukar diberanikannya diri untuk menatap tepat netra Ray. Ditelannya ludah dengan sukar, karena mendadak ia merasa sukar untuk menelan ludahnya.“A-apakah kau ingat beberapa bulan yang lalu pernah tidur dengan seorang wanita muda di hotel? Memang pada saat itu kau sed