"Ujian apalagi ini? Sudah kaya sekolah saja ya pake acara ada ujian segala nih hidup, ampun gusti ... Bisa gila lama-lama aku." ia berjalan santai ke arah kedai ice cream sambil memandangi mereka bertiga.Huft! Hela nafasnya berat berulang kali. Andra sudah memesan ice cream untuk Flower dan bi Minah, ia memperlihatkan hasil photo-photonya pada Alana dan Alena. "Jalannya santai sekali Si Okem, apa masih ngantuk dia? Emang semalem dia pulang jam berapa kerja? Jangan-jangan pulang pagi!" ia memandanginya dari kedai sambil menikmati ice cream coklat durennya dengan Alana dan Alena. "Mimi lama banget jalannya, suruh cepetan kak. Enak banget ini ice creamnya ya om?" celotehnya sambil memakan ice creamnya, Alana berjalan ke pintu kedai. Andra angguk-angguk."Mimi ... Cepetan jalannya ih! Keburu cair ice cream mimi sama bibi ..." teriaknya sambil melambaikan tangannya ke arahnya, Flower tersenyum lebar dan berjalan cepat dengan pembantunya.
"Nanti ya sayang mimi cetak, tapi photo yang ada omnya jangan dulu ya." sambil utak-atik ponselnya, ia memposting dan membalas chat di linenya."Kenapa emangnya photo yang ada omnya mih kok gak boleh? Kan om baik!" raut wajah mereka berdua heran dan bingung. "Om Andra kan belum jadi papah kalian, kalau om sama mimi sudah menikah berarti om sudah jadi papah kalian, baru boleh pajang photonya di rumah. Mengerti maksud mimi?" ia melirik ke arah kedua putrinya, mereka berdua tergugu lalu anggukkan kepalanya."Oh iya, om kan belum nikah sama mimi ... Ribet ya jadi orang dewasa." Alana mengerlingkan matanya, Alena mengerucutkan bibirnya. "Anak-anak kalau sudah nanya kaya detektif, aku harus hati-hati jawabnya." ia menaikkan alisnya sebelah.Huft! Hela nafas Flower berat. Tiba-tiba masuk comment dari Martin di postingannya di line, ia sontak kaget lalu tersenyum tipis.Deg!
Usai makan siang Alana berjalan ke kamar tidurnya langsung tidur siang Alena bermain sebentar di ruang tv sampai ketiduran. Flower memeriksa buku-buku belajar mereka berdua."Tolong pindahin Si Dede ke kamar tidurnya, bi." ia membuka tas kedua putrinya, bi Minah langsung memindahkannya. "Si Kaka sama Si Dede nilainya bagus-bagus, syukurlah. Mereka nakal gak di sekolahnya bi terus ngajinya sudah banyak kemajuan? Kalau mereka nakal di sekolah dimarahi saja tapi jangan sampai kamu maen tangan, ngerti bi?" ia melirik sinis ke arahnya, bi Minah mendengarkan sambil angguk-angguk."Saya bersyukur banget dapet anak majikan seperti mereka berdua tidak merepotkan saya, tidak nakal di sekolahnya. Ngajinya juga lancar, cepet ngertinya. Saya tidak berani maen tangan marahin mereka saja saya gak pernah, karena mereka tidak nakal kaya anak-anak yang lain, bu bos." ia tersenyum simpul. "Syukurlah kalau begitu, tapi nant
Malam itu tempat kerja Flower cukup ramai karena tanggal muda semua yang di loker tidak ada yang sadar, antara tipsy atau gigi ngancing. They said (mereka bilang), "Pulang sadar itu menyakitkan, guys!" "Masih pusing banget gimana mau nyetir, atau aku numpang istirahat dulu di mess? Dari pada kenapa-napa di jalan. Sekalian nanti makan somay dulu di perapatan, enak nih makan yang pedes-pedes lagi pusing gini." ia berjalan gontai ke mess yang tidak jauh dari kantornya. "Babeh ... Mau somaynya seperti biasa, pedes mampus ya." ia duduk di kursi. "Oke." ia langsung membuatkan pesanan somaynya, Flower makan dengan lahapnya."Doyan apa laper, ini? Sampe bersih nih piring!" ia tertawa terbahak-bahak lalu membakar dan menghisap rokoknya, Babeh tertawa kecil. "Berapa semua, Beh?" "lima belas ribu, Non." Flower mengambil satu lembar kertas berwarna biru dari dalam dompetnya lalu
Kring ... Kring ... Kring ... Alana melirik ke layar, "Si Botak, om Andra dong." ia langsung meraihnya lalu berlari kecil ke balkon memberikan ponselnya."Om Andra mih, yang telepon." ia tersenyum lebar, Flower tersenyum tipis "Maaci sayang, balik ke dalam sana." ia menjawab teleponnya, Alana anggukkan kepalanya langsung balik badan kembali ke ruang tv."Kamu jangan telepon ke rumah kalau aku belum balas atau gak angkat teleponmu, Alana sampai bohong kalau aku masih tidur gara-gara terima teleponmu. Aku tidak mengajari mereka untuk berbohong tapi lihat apa yang anakku paling besar lakukan, dia berbohong! Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan apa yang ada dalam hatinya, mungkin niat bohongnya baik tapi namanya bohong ya tetap saja bohong, walau pun bohong untuk kebaikan. Aku kecewa dengan sikap anakku, Alana. Jadi sekali lagi jangan telepon ke rumah karena rasa curiga atau cemburumu yang tidak tahu juntrungannya dan gak jelas itu, aku jadi tidak nyaman! I don't lik
Wanita single parent itu langsung tertidur pulas.Kemudian bi Minah memandikan, menyiapkan sarapan lalu berangkat ke sekolah TK mengantarkan kedua anak majikannya. "Berisik banget itu suara hp itu hp siapa, sih? Bukannya diangkat ganggu orang istirahat saja tapi kok dering teleponnya dekat banget, suaranya ya?" ia ngelilir melirik kanan kiri, melihat ponselnya di charger di atas nakas samping singgasana peraduannya."Hp aku kan mode silent, kok bunyi sih? Atau semalem aku ubah mode silentnya jadi no, silent? Au ah, pusing kepala aku." ia meraih ponselnya, mengeceknya dan sontak kaget. "What (apa)! Jam setengah lima sore tidur atau koma, aku? Curiga gak bisa ke spa hari ini, Si Botak Andra mau ngapain lagi sih masih berani dia chat dan telepon aku. Maunya apa sih, ini laki? Kenapa dia akhir-akhir ini menyebalkan, ukh!" ia melirik ponsel dengan sebelah matanya, mengubah ponselnya menjadi mode silent lagi dan dia memejamkan matanya kembali."Wah, mimi belum
"Mereka berdua sangat menggemaskan sekali sama seperti, miminya." ia menaik turunkan kedua alisnya dan tersenyum lebarAlana dan Alena langsung merebahkan badannya, gulang-guling di singgasana peraduannya sambil bercanda sampe capek lalu mereka berdua pun terlelap tidur. Line!"Lagi apa, beb?" ia tersenyum tipis membacanya. "Lagi mikirin kamu telepon saja, beb." ia tersipu malu. "Gombal beud yak, apa-apaan sih kamu Flower." ia cengar-cengir sambil menepak jidatnya sendiri, pipinya merona. Martin langsung meneleponnya sampai tengah malam, mereka bermesra dan ber-romantis ria. Flower sampai lupa kalau malam itu malam jumat."Ada sapa di apartemen, beb? Ini malam jumat loh, awas ada yang kelitikin kaki kamu." candanya. Dia tertawa kecil, "Ada juga aku yang kelitikin dia, balik." "Ditelepon nomernya sibuk terus dari tadi lagi teleponan sama siapa, Si Okem? Lama bener teleponan. Gimana aku gak curiga, gak cemburu kalau begini. Sahabat-sahaba
"Mau bangunin gak enak emaknya, habis tidurnya nyenyak banget." ia melanjutkan treatmentnya, Flower tergugu."Tidur berapa jam saya, mak?" ia mengerlingkan matanya. "Ada sejam an, non." Flower angguk-angguk dan nyengir kuda.Si Emak kemudian maskerin susu badannya, siapin ratus, sauna lalu mandi susunya. Satu jam setengah kemudian semua rangkaian treatment spa nya selesai. "Kelar juga spa nya, seger! Alhamdulillah berapa semua, mak?" ia memakai bajunya. "Semua tiga ratus tujuh puluh, non." ia memberikan nota bill nya. Flower membuka dompetnya mengambil lima lembar kertas berwarna merah dan memberikannya pada emak."Kembaliannya buat tips emak maaci ya, mak." ia mengedipkan sebelah matanya. "Maaci non, alhamdulillah. Hati-hati di jalannya nyetirnya jangan ngebut, non." ia mengusap pelan punggung nya."Badan enteng rasanya kalau habis spa enak banget pokoknya, alhamdulillah." ia tersenyum simpul. "Mobil kemaren ditinggal di ker