Maaf, author lupa ngeset timernya, jadi telat deh kwkwkw
“Sandaime, tamu yang Anda tunggu sudah datang.”Kojima menemui Hide di ruang kerjanya, dan melaporkan siapa yang telah datang. Hide membanting dokumen yang ada di tangannya ke atas meja. Berang, karena kedatangan Pria Sampah itu adalah tanda adanya kesalahan. Hide sudah bisa menebak ada sesuatu yang terjadi, sayangnya ia tidak tahu apa.Semenjak mendengar laporan tentang gerakan aneh yang dilakukan oleh Kaito—yang mana sejenak ia menghilang di dalam mobil asing---lalu keluar dan mengunjungi rumahnya yang ada di Tokyo. Laporan itu mengherankan, tapi laporan yang berikutnya membuat Hide marah, karena ternyata Kaito pergi ke Osaka—ke rumah besar milik Kuryugumi.Urutan kunjungan—ke rumah Tanaka di Tokyo dan di Osaka, sudah jelas memperlihatkan pengetahuan Kaito tentang dirinya. Tentang Hideki Tanaka sebagai Sandaime, adalah sama dengan Hideki Tanaka yang tinggal di rumah paman dari Ayu. Masalahnya, Hide merencanakan langkah awal penghancuran Nakamura adalah besok. Sedikit lagi saja.“Di
Kaito mencoba untuk lari dengan membuka pintu geser, tapi ada orang yang berdiri tepat di depan pintu itu, yang kini tampak terkejut dengan pintu yang terbuka tiba-tiba. Tapi Kaito lega, tentu berharap pertolongan darinya. Kaito mencengkram tangan pria itu.“Tolong … dia …itu…”Tapi sebelum sempat menyelesaikan permintaan tolong, tubuh Kaito kembali terdorong ke dalam ruangan, dan pintu itu tertutup rapat.Tentu saja Kojima tidak akan berani mengganggu apapun yang akan dilakukan oleh Hide. Ia bukan Ryu yang bisa mencegah Hide untuk membunuh. Bisa jadi dirinya yang akan menjadi sasaran jika terlalu ikut campur.Kaito dengan panik berbalik dan jatuh terduduk karena lututnya lemas, saat Hide semakin dekat. Mata Hide hanya terfokus pada dirinya, tidak ada titik yang lain.“Aku tidak tahu awalnya! Sungguh! Aku tidak tahu! Aku hanya mengetahui itu setelah Ayumi pergi. Aku baru melakukan tes itu setelah Ayumi pergi dari rumah!”Kaito mengangkat tangan, mencoba menghalangi tebasan yang akan d
“Apa apa yang terjadi ruang depan?” Ayu bertanya dengan heran sambil memasuki ruang kerja Hide, dan menghampirinya yang tengah duduk di kursi dan menatap laptop.Ayu tentu melihat beberapa orang yang sedang memperbaiki pintu shoji yang tadi terbelah oleh katana tumpul.“Tadi ada kucing liar yang masuk, dan ada sedikit drama saat mengusirnya,” kata Hide, sambil menutup laptop dan mengulurkan tangan. Sesuai kebiasaan, Ayu menyambut tangan itu, dan duduk di pangkuan---salah satu paha Hide.“Di mana kucingnya? Apakah lucu?” Setelah nyaman, Ayu menjulurkan leher ke seluruh ruangan.Hide menyesal melihat semangat Ayu dalam membicarakan kucing. Hide memberi alasan yang pertama muncul di otaknya—alasan paling ringan agar pembicaraan itu cepat selesai, lupa tentang Ayu yang selalu tertarik pada kucing dan hewan berbulu.“Sudah pergi, dan kau jangan mencoba mencarinya.” Hide meraih pipi Ayu, agar perhatiannya tidak terbagi.“Kenapa? Mereka lucu!” protes Ayu.“Aku alergi pada bulunya, jadi jangan
“Lepaskan!”Semakin dekat, Ayu mulai mendengar pembicaraan yang terjadi antara Shibata dan pria asing itu.Pria itu tampak memberontak, berusaha melepaskan diri dari Shibata. Tangannya terikat di belakang punggung.Ayu dengan otomatis tidak berani mendekat, karena tidak mengerti apa yang terjadi. Ikatan tali itu adalah masalah, tapi tentu Ayu tetap ingin tahu masalah apa yang terjadi.“Shibata–san, apa yang terjadi?” Ayu berseru sedikit keras agar Shibata mendengarnya.Shibata dan juga orang yang yang bertengkar dengannya menoleh bersamaan dengan terkejut. Ayu awalnya hanya berkonsentrasi pada Shibata—pada orang yang lebih dikenalnya, tapi pria yang asing itu lebih menarik perhatiannya.Ini karena Ayu menyadari bagaimana pria itu menatapnya dengan mata tidak berkedip. B
“Ada apa denganmu?”Hide menahan tangan Ayu yang baru saja akan menyuapkan potongan besar ikan tanpa membersihkan durinya. Ayu hanya akan memakannya begitu saja.“Oh.” Ayu menatap ikan di ujung sumpit dan meletakkannya kembali.Hide menggeser kursinya agar lebih dekat pada Ayu, mengambil piring itu, lalu memisahkan daging ikan dan tulangnya, baru mengembalikannya. Sudah aman dimakan.“Apa yang kau lamunkan?” tanya Hide.Hide tadi mengira Ayu hanya sedang mengantuk, jadi tidak terlalu memperhatikan makanan di depannya. Tapi Ayu tidak tampak sayu, matanya hanya kosong melamun.“Aku… Ah, tidak.” Ayu menggeleng, lalu melanjutkan sarapannya.“Kalau kau tidak menyukai kegiatan hari ini, batalkan semua dan istirahat.” Hide tidak ingat
[Untuk berita selanjutnya. Hari ini kami dikejutkan dengan datangnya berita yang membawa sosok tidak terduga. Kami sudah mengkonfirmasi bahwa kasus ini tengah berjalan dalam penyelidikan polisi saat kami menurunkan berita]Pembukaan berita yang membuat Kaito kembali melirik ke arah Hide. Ia tidak mengerti kenapa Hide datang hanya untuk mengajaknya menonton televisi. Tidak mungkin sesederhana itu.Tapi sudah tidak memperhatikannya. Ia terus menatap televisi sambil tersenyum.[Tadi pagi, dilaporkan jika pria berinisial K yang baru-baru ini dilantik menjadi seorang menteri pendidikan, telah melakukan tindak kriminal]Sampai di situ. wajah Kaito pias. Meski orang yang dibahas oleh berita itu hanya memunculkan inisial—belum nama jelas, tapi penyebutan jabatan itu tentu memperjelas identitasnya. Hanya ada sat
“Kaito–kun? Kau ada dimana? Apa kau sudah melihat berita? Kau harus melihatnya!”Seruan panik dari Karin itu membuat Hide sedikit kecewa. Karin tidak mengenali suaranya. Ia terus bicara mengira lawan bicaranya adalah Kaito.“Itu Otou–san bukan? Apa yang terjadi setelah ini? Apa jabatan itu akan hilang?” Karin panik, dan tentu Hide tersenyum.Memang lebih baik begitu. Ia tidak bisa mengenali suaranya, karena tidak menduga keterlibatan dirinya atas segala kemalangan yang terjadi. Hide tadi menjawab karena ingin memberi sedikit gambaran pada Karin tentang apa yang datang padanya setelah ini. Tapi mungkin tidak perlu. Kejutan selalu mendatangkan efek yang lebih memuaskan.“Kaito–kun?!” Karin berseru karena tidak mendapat jawaban apapun.Maka Hide lalu berjongkok samb
Ayu memang menemukan pria yang kemarin bersama dengan Shibata, tapi keadaannya tidak terlalu baik.Kemarin Ayu melihat keadaannya berantakan, tapi kali ini lebih buruk lagi. Ayu bisa melihat wajahnya terdapat lebam, hidungnya terlihat bengkok menghitam, dan pakaian pada area dadanya terlihat kotor—bekas injakan kaki Hide.“Ayumi–chan.”Kaito mencoba mendekat, tapi Hide—yang tentu saja ikut masuk. Mencegahnya. Ia menarik tangan Ayu menjauh darinya, sementara berdiri di antara mereka berdua.“Kau ingin melakukan apa?!” bentak Hide.“Minggir.” Ayu menyahut, sambil mendorong Hide ke samping.“Yumi–chan.” Hide tentu terkejut, karena sudah lama Ayu tidak membantahnya dengan terang-terangan seperti ini.Tapi Ayu sedang tidak ingin diam. Dia ingin mengetahui apa rasa arti dari rasa benar yang hadir dalam hatinya itu.Ayu tidak pernah meragukan cintanya pada Hide adalah benar. Tidak ada kebohongan di sana, tapi Ayu tidak bisa mengerti kenapa kata suami yang disebut oleh pria itu juga terasa be