Home / Pernikahan / JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA / Ijinkan Aku Untuk Mulai Mencintaimu

Share

Ijinkan Aku Untuk Mulai Mencintaimu

Author: Lily Arriva
last update Last Updated: 2023-08-02 19:32:04

Jevano langsung menegakkan badannya saat mendengar suara halus mesin mobil dan gerbang depan yang dibuka. Fokus belajarnya langsung terpecah. Dia meletakkan penanya dan memutar otak. Dia harus mencari alasan yang natural untuk keluar kamar. Pastinya dia masih mempunyai gengsi dalam dirinya yang besar meskipun dia sedang dilanda rindu yang tak kalah besar.

Setelah mendapatkan alasan yang tepat dan sekiranya dirinya akan stay cool jika ditanya, dia pun membulatkan diri untuk keluar kamar dan turun tangga. Baru sampai setengah tangga, dia bisa melihat ayahnya yang sedang membuka pintu yang terhubung dengan garasi. Muncul wanita yang sangat tidak asing dari balik pintu itu dan langsung memeluk ayahnya.

Jevano menegapkan badannya dan melanjutkan langkahnya menuruni tangga. Dia berlagak senatural mungkin. Sekalian memperlihatkan dirinya untuk disapa dan diberi atensi.

"Jev?" Sapaan itu sedikit membuatnya kecewa. Suara pria, bukan wanita. Bukan itu yang dia harapkan.

"Iya?" Dia menghadap ke
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Sejak Kapan Kamu Suka Aku?

    Juwita menatap Jamal lama. Dia tidak menemukan kata 'main-main' di manik suaminya. Jujur, dia sempat tertegun mendengar perkataan Jamal barusan. Mereka masih berpelukan dan Juwita sekarang mulai merasakan detak jantung yang berdegup kencang, terjalin seirama di antara mereka."Mas," lirih Juwita, tetap menatap Jamal yang masih setia memandangnya."Hmm." Jamal berdehem dengan suara dalamnya. Bahkan Juwita bisa merasakan getaran suara yang mengalir dari pita suara Jamal ke dadanya. Memberikan sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya."Kenapa harus meminta ijin?" tanya Juwita. Dia mencoba untuk menahan diri agar tidak salah tingkah. Sungguh, dia bisa merasakan pipinya mulai memanas."Perjanjian kita, Juwita. Kamu masih ingat, kan, bahwa kita dulu memulainya dengan memaklumi keadaan satu sama lain. Kamu juga membolehkan aku untuk memilih wanita yang akan aku sukai meskipun kita telah terikat seperti ini."Juwita mengangguk. Dia sangat ingat dengan itu semua. Bahkan dia sudah menyi

    Last Updated : 2023-08-02
  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Tak Seburuk Yang Dibayangkan

    Jevano membuka mata bahkan sebelum alarm yang dia pasang berbunyi. Jarum kecil jam dinding menunjuk angka antara tiga dan empat, membuat pemuda itu mendengkus berat dan sengaja tengkurap sambil memeluk gulingnya. Rasanya malas sekali untuk bangkit dari kasur. Tapi, hati kecilnya dari tadi sudah ribut menyuruhnya untuk belajar, menambal jam yang kemarin dia tinggalkan.Dengan sangat berat hati, mau tidak mau, dia harus bangun. Duduk menghadap meja belajar dan membuat dirinya fokus dengan pelajaran nanti. Dia harus giat kalau mau cepat selesai.Tiga puluh menit berlalu. Pemuda itu bisa mendengar alarm di gawainya yang mulai berbunyi. Dia segera mematikannya dan mengemasi buku pelajaran hari ini di tas. Selanjutnya, dia membuka pintu ke balkon. Sejenak, dia menikmati suasana pagi buta yang sangat tentram itu. Sebisa mungkin dia mengisi paru-parunya dengan udara yang bersih dan sejuk itu. Mungkin saja itu bisa membuat hatinya sedikit longgar. Setelah puas dengan ritual menyerap energi ala

    Last Updated : 2023-08-02
  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Pergi Tanpa Kata

    Juwita mengambil tempat makan serta satu hidangan yang ada di atas meja makan. Dia memasukkan nasi, lauk, dan buah-buahan yang sudah dia potong ke dalam wadah bekal dan menatanya berjajar di atas bar luar dapur, supaya mudah untuk mengambilnya nanti. Dia meletakkan piring yang telah kosong di washtafel. Bahkan sampai dia selesai menyiapkan bekal pun suami dan anaknya belum juga turun.Sudah jam tujuh. Bahkan mereka belum sarapan. Dia hendak mendatangi mereka berdua lagi namun belum sampai tangga, dia sudah mendengar langkah tergesa dari atas sana. Akhirnya yang ditunggu datang juga.Jevano turun terlebih dahulu. Dia sudah berpakaian lengkap dengan seragam hari Senin dan tas yang dia tenteng asal. Untung tadi dia sempat belajar lagi dan memasukkan buku pelajarannya ke tas dengan baik. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadi

    Last Updated : 2023-08-03
  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Kesal

    Jevano menggenggam tangannya erat. Dia ingin sekali mengumpat. Pokoknya kesal pol. Akan tetapi, dia berusaha menenangkan diri. Mungkin sang bunda memiliki masalah, banyak kerjaan, atau apalah itu yang membuat bundanya irit bicara tidak seperti biasanya. Dia mencoba untuk memaklumi keadaan bundanya meskipun saat dijemput, dia juga tidak mendapatkan pertanyaan atau percakapan dari wanita tersebut. Jangankan percakapan, sepatah kata "Hai, Jev," yang biasa dia dengar saja tidak dia dapatkan.Lebih parahnya, hal itu bertahan hingga hari Rabu. Tak ada kata yang keluar dari bundanya sama sekali. Mereka hanya melakukan rutinitas bersama kecuali dialog. Dia memang masih diantar jemput oleh bundanya, dibawakan bekal, dimasakkan makan malam dan makan bersama sang ayah untuk menutup hari. Selain itu? Dia merasa tidak dianggap sama sekali.

    Last Updated : 2023-08-03
  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Teman

    Tatapan kedua pemuda itu saling mengunci satu sama lain. Sangat tajam dan tak ada yang gentar, tak ada yang mau mengalah.Haikal mendengkus dengan seringai mencemooh. "Lo yakin ngajak gue duel?" Dia mengibas-ngibaskan tangannya dan merenggangkan jemarinya.Jevano mengepalkan tangannya dengan erat hingga otot-otot lengannya terlihat dengan jelas, mendapatkan perhatian kagum dari para gadis di kelas Haikal. Namun, itu bukanlah yang dia pedulikan sekarang. Dia menunggu saat yang tepat untuk menyerang. "Ayo berantem," ajaknya lagi.Akan tetapi, ketegangan yang sudah terbangun dengan baik antara dua pemuda dan seisi kelas pun harus buyar karena teriakan Rani yang memasuki kelas itu. "Bocah gendheng!" Si kecil Rani pun dengan kekuatan penuh, menarik kerah Jevano dari belakang dan menyerat lelaki itu keluar kelas. Meskipun kecil, dia tidak bisa diremehkan. Lihat saja bagaimana Jevano yang berbadan lebih bisa terseret oleh gadis yang hanya sebatas pundak dari tingginya."Lepasin aku!" Jevano

    Last Updated : 2023-08-05
  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Teman Yang Dibutuhkan

    "Mbuh, Jev! Jembek, sumpah!" Tangisan Rani semakin keras, membuat Syahid dan Haikal terkesiap. Begitu juga dengan Jevano, sebenarnya. Namun, lelaki itu memilih untuk tetap diam dan menatap gadis itu dengan tajam."Ran," tegur Syahid yang mengambil alih Rani. Dia berisyarat dengan kepala ke Arina untuk mengurus Jevano. Rani biar dia yang mengurus. "Ran, udah." Lelaki jangkung itu melebarkan kakinya dan menundukkan badannya untuk bisa menyetarakan diri dengan gadis itu. "Cup, ya. Jangan nangis lagi." Dia memeluk gadis mungil itu.Rani memukul lengan Syahid kesal. "Diem!""Iya. Iya. Aku diem." Syahid menempelkan kepala Rani ke pundaknya untuk bersandar. Dia mengusap pipi dan kepala gadis itu untuk menenangkan. "Jevano pasti punya alasan tersendiri, ya. Dia enggak akan ninggalin kita, kok."Arina melihat Syahid yang sudah membuat Rani mereda. Lalu, dia menoleh ke Haikal. Lelaki itu malah mengangkat bahunya dan duduk di sofa seberang. Terlihat tidak mau ikut campur. Dia menghela napas. Das

    Last Updated : 2023-08-05
  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Telepon Centil Di Kantor

    "Hai, Mas. Jevano bagaimana?" tanya Juwita di seberang sana. Suaranya terdengar khawatir."Dia baik-baik aja. Kamu tenang, ya. Fokus sama pekerjaan kamu dahulu. Aku tadi belum sempat untuk bicara lebih dalam sama dia. Mungkin nanti saat pulang. Dia udah kelihatan bete banget. Saat aku tanya yang menjurus ke pembahasan kamu, dia malah diam. Aku enggak meneruskan. Kengitan kamu yang khawatir sama mood-nya di sekolah." Jamal baru saja memasuki pintu utama kantor perusahaan. Sesekali dia membalas sapaan para pekerja yang lain kepadanya. Tidak lupa dengan senyuman yang selalu memamerkan lesung pipinya kepada semesta. Maunya, sih, ramah. Akan tetapi tetap saja ada yang baper.Sama seperti dua karyawan wanita yang baru saja datang untuk menunggu lift di sampingnya. Jamal menyapa mereka dengan senyuman ramah dan kembali menghadap lift yang sedang turun. Kedua wanita itu membalas sapaan tanpa suara itu dengan senyam-senyum kegirangan. Bahkan mereka saling memukul kecil satu sama lain."Oke, ka

    Last Updated : 2023-08-05
  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Semoga Tak Seperti Dulu

    Seperti biasa, Jamal menyapa pegawai yang bisa dia sapa di sepanjang jalan menuju ruangannya. Terkadang dia akan berhenti sejenak untuk menanyakan keadaan mereka. Tidak hanya keadaan pekerjaan, keadaan diri atau keluarga juga jika pegawai tersebut sudah memiliki keluarga. Bukan apa-apa, itu adalah salah satu pelajaran yang dia dapatkan sejak dahulu, peduli dengan bawahan. Bahkan sapaan hangat saja akan sangat berharga untuk kelangsungan dan kelancaran pekerjaan.Tak dapat dipungkiri, cerita tim divisi pemasaran yang memiliki atasan tampan dan ramah itu langsung menyebar ke divisi yang lain. Hanya saja mereka melupakan satu kenyataan yang bisa membuat patah hati seperusahaan bahwa Jamal sudah beristri. Maka dari itu, sampai sekarang masih saja ada yang berharap. Kasihan.Rutinitas Jamal saat tiba di ruangannya adalah pertama, meletakkan tas kerjanya di atas meja dan mengeluarkan berkas yang sengaja dia bawa pulang untuk diselsaikan di rumah, lalu dia mengecek ulang berkas tersebut sebe

    Last Updated : 2023-08-05

Latest chapter

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Expart 1

    "Jairaaaa!"Jevano segera menghampiri adiknya yang sekarang berusia tiga bulan. Dia melepas tas punggungnya dan meletakkan benda tersebut ke sembarang tempat. Adiknya ada di stroller depan rumah karena sedang waktunya mandi matahari. Lelaki itu langsung menciumi wajah bayi tersebut sampai membuat si bayi bangun."Pulang-pulang yang disapa bukan bundanya malah adiknya dulu." Juwita duduk di teras sambil menjaga bayi perempuannya. Di atas pangkuannya ada buku sketsa rancangan baju dan alat tulis.Jevano nyengir. Dia baru saja pulang dari menemani ayahnya ke Swiss untuk perjalanan bisnis. Karena Jamal berangkat bersama Suwono, Jevano dan Syahid langsung minta ikut saat tahu bahwa orang tua mereka akan menuju negara yang sama. Walhasil, dua pasangan bapak dan anak itu harus

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Keluarga Jamal 2

    Hari ini adalah hari yang paling ditunggu.ANAK PEREMPUAN JAMAL DAN JUWITA LAHIR.Dua lelaki yang sedari masuk rumah sakit penuh dengan kepanikan, kekhawatiran dan kebahagiaan itu masih belum beristirahat sama sekali. Juwita masuk ke operasi karena air ketubannya sudah pecah saat di rumah.Akan tetapi, semua itu terbayar saat terdengar tangisan bayi dari dalam. Jamal yang diminta untuk menemani Juwita pun sampai menangis saat menggendong bayinya. Rasanya lega sekali. Tuan dan Nyonya Anggari datang setelah Arjuna dan Hellen. Bahkan Arjuna dan Hellen sampai berpelukan saking bahagianya.Jevano yang tersenyum bahagia harus tertawa melihat om dan tantenya yang jadi canggung. Lucu sekali.Otomatis, rumah utama keluarga Anggari dipenuhi dengan hadiah dan ucapan selamat. Jevano pun sampai bosan sekali melihat satpam keluar masuk pintu utama untuk mengirimkan paket yang datang. Apalagi saat buka kado. Terlalu banyak sampai dia muak."Baju lagi, Yah.

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Keluarga Jamal

    "Ayah, tadi itu siapa?" tanya Jevano saat mereka memasuki rumah.Jamal berjalan cepat di depan Jevano dan tidak ada niat untuk menjawab pertanyaan anaknya yang sedari tadi dilontarkan."Ayah, tolong jawab." Jevano agak meninggikan nada bicaranya. Dia sebal karena diabaikan oleh sang ayah."Bukan urusanmu, Jevano Kalindra!" Jamal menghadap anaknya. "Gara-gara kamu yang berantem, Ayah harus bertemu dengan dia!"Pemuda itu tersentak. Ayahnya terlihat sangat marah. Dia tidak pernah melihat mata ayahnya yang membelalak dan wajah merah padam ditujukan kepadanya.Di sisi lain, Juwita yang mendengar ada keributan di ruang tengah, berusaha bangkit dari kasurnya. Itu pas

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Panggilan Ke Sekolah

    Jevano menatap pusara ibunya dengan mata yang masih sembab. Dia memakai kemeja putih dan celana bahan hitam, masa dengan Jamal dan Lukman. Juwita berdiri di samping anaknya dan memeluk pundak lelaki itu. Air mata mereka belum kering. Sama seperti tanah persemayaman akhir Bunga.Semua orang sudah kembali, meninggalkan pemakaman."Aku masih mau di sini." Jevano berucap saat merasakan kedatangan seseorang. Dia yakin itu adalah salah satu sopir keluarganya."Jev," ucap Juwita yang tidak tega melihat wajah sedih anaknya.Jevano menggeleng. Waktu yang begitu singkat dia rasakan bersama ibunya belum cukup. Dia ingin melepas kepergian ibunya untuk yang terakhir kali. Dia masih ingin di sini lebih lama lagi.

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Permintaan Bunga

    Juwita menatap Jevano yang sedang duduk terdiam di ruang tunggu rumah sakit. Sesekali dia mengusap pundak anaknya dengan lembut untuk menenangkannya. Suaminya duduk di sisi kanan Jevano. Sedangkan Lukman, pria itu sedang mengurus administrasi."Udah jam sepuluh malam, Sayang. Kamu enggak mau pulang?" tanya Juwita kepada sang anak. Dia tahu ini adalah pertanyaan yang agak ceroboh, tapi dia juga tidak bisa membiarkan anaknya terus-terusan begini."Bunda sama Ayah pulang aja dulu. Aku di sini sama Om Lukman." Jevano berusaha untuk tidak meneteskan air matanya. Sedari tadi, dia diliputi oleh kekhawatiran akan keadaan sang ibu di dalam ruang operasi. Sudah sepuluh jam dan belum ada tanda-tanda operasi ibunya selesai."Besok kamu mulai sekolah lagi, Jev." Juwita mengusap lembu

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Berbicara Dengan Bunga

    "Kamu kenapa, sih, Jae?" Pertanyaan Juwita itu muncul saat melihat suaminya yang tidak fokus. Padahal mereka sedang menikmati waktu berdua setelah lebih dari dua minggu Jamal menghabiskan waktu untuk mengurus proyek barunya dengan klien dari Kanada. Jamal sendiri yang melakukan observasi tempat di restoran ternama.Pria itu tersadar. Dia memaksakan senyum tipis seraya menggeleng. "Enggak papa. Aku cuma kepikiran Jevano aja, Bae."Juwita menatap suaminya lekat dengan penuh pengertian. Dia paham perasaan Jamal sekarang. "Kak Bunga pasti menepati janjinya, Jae. Aku yakin."Jamal membalas tatapan sang istri. "Tahu dari mana?" tanyanya meragu."Aku udah bicara sama Kak Bunga. Sama Jevano juga. Toh, Jevano juga enggak abs

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Menemui Ibu

    Jevano menunduk saat turun dari tangga dan duduk di ruang makan. Dia menjadi pusat perhatian ayah dan bundanya. Hatinya bimbang. Dia takut untuk mengatakan sesuatu yang ada dalam benaknya. Dia takut jika menyakiti dan mengecewakan orang tuanya."Makan, Jevano." Juwita memberikan senyumannya kepada bocah murung itu.Sang ayah memanjangkan tangan untuk mengelus kepala anaknya. "Kalau mau ngomong, ngomong aja, Jevano. Ayah dan Bunda bakalan dengerin."Jevano tambah bingung. Perlahan dia mengangkat kepalanya. "Kalau misalnya aku ketemu sama Ibu dulu nanti boleh apa enggak?" tanyanya sangat hati-hati. Dia tidak mau menyakiti perasaan kedua orang tuanya. Dia sudah menimbang rasa orang tuanya jika dia mengatakan hal ini. Ayahnya pasti sebenarnya sangat berat hati. Apalagi selam

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Bunda Tahu Ibu

    Hellen memicingkan matanya saat melihat sesosok wanita yang tidak asing di matanya. Dia bahkan sampai menarik tangan Ari untuk bersembunyi dan memperhatikan gerak gerik wanita tersebut."Apa, sih, Len." Ari yang tak tahu menahu dengan maksud kelakuan Hellen pun berusaha untuk lepas dari tangan wanita itu."Sssttt. Aku tahu wanita itu." Hellen menunjuk ke wanita yang memakai dress panjang setengah betis berwarna hijau elegan. Terlihat kasual dan anggun di satu waktu."Siapa?" tanya Ari penasaran. Matanya melebar saat melihat wajah wanita tersebut. "Bunga Dahlia enggak, sih? Top model agensi Bu Diyanah temennya direktur kita?"Hellen menoleh ke pria yang ada di sampingnya itu. "Kok tahu?"

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Aku Berjanji, Juwita

    Arjuna keluar dari ruang rapat. Dia meminta izin untuk menghubungi Juwita. Jamal tadi membisikinya kalau salah satu berkas yang akan menjadi bahan presentasinya di rapat relasi dengan klien Kanada itu tertinggal di kantor rumahnya. Arjuna mendengkus kesal. Sudah banyak kali dia bilang kepada Jamal agar meneliti kembali berkas yang dibawa pulang ke rumah. Kalau seperti ini pasti dia yang direpotkan."Hallo, Mbak Juwita." Arjuna menyapa wanita yang ditelepon olehnya."Ada apa, Kak?" Juwita pulang ke rumah setelah bercakap dengan Bunga tadi. Menahan emosi dari awal sampai akhir percakapan dengan wanita itu membutuhkan energi yang kuat. Dia tidak jadi pergi ke butik untuk sekarang. Bahkan dia sedang rebahan di atas sofa lebar untuk mengembalikan energi dan mengelola emosinya kembali. Dia menenangkan diri.

DMCA.com Protection Status