" Mas kemarin kamu yang datang Itu si Meli? Katanya dia bawakan makanan banyak buat Laela," tanya Mimi saat Ardan sedang menyantap sarapannya." Iya.""Katanya berdua? Yang satunya lagi siapa?" tanya Mimi bak wartawan yang sedang mewawancarai narasumber nya."Dia sengaja datang untuk mengenalkan suaminya yang baru pulang dari Malaysia."" Oh jadi dia sudah punya suami, tapi kok kayak masih gadis," kata Mimi."Iya ialah. Kalau dia punya badan dirawat, nggak kayak kamu. Burik, busik, bau lagi. Mana ada yang percaya kalau kamu umurnya masih 20-an," ejek Ardan tanpa dosa.Mungkin perkataan Ardan memang sudah terbiasa bercanda dengan kata-kata yang mencemooh dan mencela fisik Mimi. Namun, sebagai istri yang dikatakan buruk tentunya dia tidak suka suaminya membandingkan dirinya dengan orang lain."Kalau istrinya mau cantik itu ya dimodali, kerjanya jangan suruh panas-panasan. Ini setiap hari Pagi siang sore kerjaannya di bawah terik matahari, sudah begitu pekerjaan rumah ketemu diri sendir
" Tumben Mas wangi banget? Dari kerja atau ke mana?" tanya Mimi saat mendapati Ardan pulang dengan pakaian kerja beraroma parfum. "Emang pakai parfum salah? Lagian kamu nyuci baju tidak pakai pewangi, malu aku kalau dekat-dekat sama orang tapi bau keringat," sangkal Ardan."Perasaan dari dulu kamu tidak pernah protes, bahkan kamu tidak menyukai aroma parfum. Kamu habis pergi?" tanya Mimi penuh selidik."Suami baru pulang tuh disambut dengan senyum ditawari kopi ini malah nyerocos kayak petasan. Bikin nggak nyaman saja di rumah." Ardan melepas pakaiannya lalu masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Mimi yang masih menatapnya curiga.Mimi mengambil pakaian yang dipakai Ardan lalu meraba seluruh saku siapa tau Ia mendapatkan sesuatu yang bisa mengurangi rasa curiganya.Semenjak mendapatkan pekerjaan baru, Ardan sering pulang malam dan juga tidak makan di rumah. Dia beralasan jika makanan di rumah tidak berselera, Ardan juga kerap marah-marah tanpa sebab ketika Mimi menanyakan sesuatu m
“Kemana lagi, Mas? Minggu nggak libur juga?” tanya Mimi saat melihat Ardan yang sudah rapi dengan kaos dan celana panjang jeans miliknya.“Mainlah, di rumah sumpek. Laila mana?” tanya Ardan duduk sambil menyuap makanan ke dalam mulut. “Dah ke ladang sama Uti tadi. Aku nunggu kamu, niatnya aku mau ajak kamu menyusul ke ladang Uti sama kakung. Panen katanya,” ajak Mimi.“Ah, kamu saja lah. Kamu kan tahu, Mas ini sibuk. Lagian Mas nggak biasa ke kebun, bisa gatal-gatal semua badan itu.“Alasan terus,” decak Mimi membuat Ardan tertawa menyebalkan. Mimi mengambilkan jaket suaminya setelah Ardan selesai makan.Setiap Ardan bangun, Mimi selalu menyiapkan makanan wajib dan juga keperluan suaminya bekerja. Akhir-akhir ini memang Ardan jarang sekali di rumah. Dia sudah bak artis, pergi pagi pulang pagi. Curiga, tentu Mimi curiga. Namun, ketika ditanya bukan hanya omelan yang didapat tetapi kejengkelan Ardan yang berhari-hari membuat Mimi kadang malas lagi memikirkan kelakuan suaminya.“Pulang
"Dek, dari mana saja? Ada tamu malah kamu pergi nggak pulang-pulang," lirih Ardan saat mendapati Mimi yang baru pulang."Ada tamu siapa, Mas?" tanya Mimi balik, menengok ke dalam rumahnya."Sudah, buruan bikinkan kopi. Kita kedatangan tamu agung," sarkasnya.Mimi Yang penasaran memilih berkas untuk masuk dan melihat tamu yang datang adalah wanita yang tadi ia jumpai di mall."Mbak Meli?" Setengah kaget Mimi menahan raut wajahnya agar terlihat biasa saja namun ia tidak bisa menutupi semuanya bahwa tamu yang kali ini datang adalah wanita yang sama dalam beberapa hari ini dia temui."Baru pulang, Mbak Mimi? Maaf bertamu sore-sore. Soalnya tadi kami tidak sengaja bertemu di luar," ujarnya tanpa Mimi tanyai."Habis dari mall juga?" Melly tampak kaget dengan pertanyaan Mimi. "Mbak dari Mall juga, kah?""Dek, buruan buatkan minum. Lama sih?" omel Ardan."Iya sabar, sih. Kenapa nggak bikin sendiri aja?" Mimi masuk ke dapur dan mengambil gelas juga teh celup yang hanya tersisa satu biji. Na
12Harus~~Jika ditanya siapa orang yang paling bodoh mencintai, itu jawabannya adalah dirimu sendiri. Karena demi dia, kamu rela menanggung kesakitan berulang kali dan tetap bertahan demi luka yang sama.~~**Story Maey Angel**"Assalamualaikum, Bu, Pak," salam Mimi saat dia baru saja sampai di rumah Ibunya. Sang Ibu dan Bapaknya yang sedang asyik mengobrol di teras rumah, merasa senang Mimi datang ditemani oleh suaminya–Ardhan."Waalaikumsalam. Tumben bareng?" tanya Sukri–Bapak Mimi."Udah malam, Pak. Kasihan kalau Mimi jemput Laila sendirian. Laila mana, Pak?" tanya Ardhan sopan sangat. Dia selalu menjaga image dirinya di depan semua orang, termasuk mertuanya. Bahkan, ketika Mimi berbicara tidak enak mengenai suaminya jarang ada yang percaya dan akhirnya dari pengalaman itu, Mimi kini memilih menjadi istri yang pendiam dan menutup rapat-rapat apa yang dialaminya."Ya jelas. Lagian, dekat aja. Ngapain sungkan main? Kamu itu selalu sibuk. Mana ada waktu buat main ke rumah Bapak dan I
~~Jangan takut untuk berkata jujur karena sejatinya kejujuran akan membawa pada sebuah kebaikan yang abadi.~~**"Mas, ada uang lebih gak? Jahitan seragam Laila belum dibayar. 250 ribu," sarkas Mimi seraya menengadahkan tangannya ke arah Ardan yang sedang sibuk mengelap motornya."Uang lagi. Udah tahu Mas sekarang pengangguran. Mau kerja aja dilarang, gimana mau dapat duit coba," jawab Ardhan santai."kan? Mas selalu saja beralasan seperti itu jika aku meminta uang. Apa nggak ada gitu, inisiatif mencari pekerjaan agar bisa dapat uang tapi tidak perlu mengorbankan perasaan istrinya? Mas pikir, Mimi akan melarang jika bekerja jadi kuli atau tukang sapu jalanan? Enggak! Aku hanya melarang Mas kerja dengan wanita itu. Dia dari gelagat nya saja sudah kentara kalau memiliki perasaan dan niat yang berbeda dari awal perkataannya. Masa Mas nggak nyadar sih?" sembur Mimi."Ah. Kamu aja yang jadi istri itu lebay. Dikit-dikit cemburu, dikit-dikit marah. Dikira Mas macam-macam. Jangankan mau macam
14PusingBerita naiknya harga BBM membuat Ardan begitu kesal. Faktanya, ia yang sama sekali belum mendapatkan pekerjaan harus rela merendah dan memohon di depan Mimi demi bisa membeli sebatang rokok untuk menyumpal mulutnya yang terasa pahit jika tidak menyesap barang itu."Mi, dari pagi Mas belum merokok. Apa yang ndak kasihan?""Kasihan kok sama Mas. Kalau mau kasihan itu sama diri sendiri aja lebih penting. Udah punya suami pengangguran, malas pula. Bantuin Mimi gih, bungkusin ini makanan," titahnya.''Kamu sangat tidak sopan sekali. Masa Suami sendiri disuruh bungkusin makanan kayak gini. Nggak mutu blas. Baik Mas mancing saja ikannya bisa digoreng buat makan."Ardan pergi meninggalkan Mimi yang masih berharap suaminya itu baik itu pekerjaannya di rumah. Namun, harapan hanyalah sebuah harapan. Masa bodoh dengan apa yang ia lakukan dan tidak mau untuk sedikit melakukan pekerjaan yang ia geluti. "Mas Ardan," cegah seseorang yang selama ini sangat ia rindukan. Namun, demi menjaga k
"Ke mana, Mas?" Sepagi ini Mimi sudah mendekati suaminya memakai baju rapi dengan seragam baru yang diberikan oleh Mita. Seminggu yang lalu, mereka bertemu kembali dan mengajak kerjasama untuk menggarap sebuah proyek besar yang saat itu pernah dibicarakan. Ardan menerima kerjasama itu karena ia sudah bosan dengan situasi dan kondisi rumah yang tidak pernah berubah. "Nggak liat aku mau kerja?""Kerja di mana pakaiannya seperti itu? Kayak di proyek Pertamina," ucap Mimi."Kamu itu kurang update, Mi. Nggak semua baju kayak gini itu dipakai di Pertamina. Mas berangkat dulu.""Loh, sayur Mimi belum masak loh. Sarapan dulu," cegah Mimi."Nanti sarapan di sana saja. Sarapan di rumah kagak napsu, udah kenyang duluan lihat mukamu."Mimi hanya bisa pasrah, menerima uluran tangan Ardan untuk berpamitan pergi bekerja. Mimi sangat senang karena suaminya sudah mendapatkan pekerjaan. Sehingga ia bisa mendapatkan pemasukan uang untuk kedepannya nanti. Mengandalkan berdagang yang untungnya tidak se
"Om, pacarnya udah berapa?" Tanya Laila sambil terkekeh."Ee ee, nggak bahaya tah tanya-tanya tentang pacar? Ayahmu dengar bisa dinikahkan muda kamu," kekeh Adrian."Kan Laila hanya tanya saja kenapa harus sewot begitu? Dari tampang-tampangnya sih kayaknya udah mau nikah. Kapan Om? Laila udah nggak sabar pengen jadi Domas."Adrian mencubit hidung bangir Lela dan dia menatap ke arah langit sambil bergumam sendiri."Seandainya Om tidak dilahirkan lebih dulu pasti Om akan menunggu kamu sebagai calon istri Om tetapi Karena berhubung kamu masih kecil jadi Om akan nikah duluan bulan ini.""Bulan ini?"Adrian mengangguk. Dia memang akan berniat menikah bulan ini karena usianya sudah cukup matang. Dia sudah mendapatkan wanita yang cocok dan dia pun tinggal menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan keluarganya."Ayah, Mama, Om Adrian mau nikah nih bulan ini katanya? Mama sama Ayah udah tahu belum?" Laila langsung berlari dan Adrian pun mengejar bocah yang ternyata sudah membocorkan renc
"Ma, papa kok nggak pernah datang lagi ke sini ya?" tanya Laila."Papa sibuk, Nak."Laila merengut. Sudah setahun lamanya Adnan pergi dari kota Cilacap dan meninggalkan kenangan dengan sang anak. Sengaja dia tidak memberikan kabar apapun agar Laila terbiasa tanpa dirinya. Sebenarnya Mimi sudah memberitahu bahwa sebaiknya menghubungi setidaknya seminggu sekali atau sebulan sekali untuk memberikan kabar kepada Laila agar tidak dikhawatirkan oleh anak yaitu, tetapi Adnan memilih untuk tidak menghubunginya karena dia tidak enak dengan Arfi. Sebagai lelaki yang memiliki banyak salah tentunya dia merasa malu jika selalu mengganggu hubungan keluarga mereka yang sudah cukup baik dan Adnan juga sedang mencoba untuk menata hidupnya agar menjadi lebih baik setelah menikah dan menerima sebagai istrinya yang sekarang.Santi dan Alvin datang berkunjung ke rumah Mimi dan mereka membawa anak mereka yang kini sudah pandai berceloteh ria. Kelahiran dengan jarak yang hampir sama dengan kedua anak Mimi
"Sudah pulang rupanya anaknya itu, kau antarkan jam berapa?" Tanya Melly saat dia bangun dan melihat Laila sudah tidak ada di kamarnya."Barusan.""Tumben kamu peka?" "Bukankah itu yang kamu inginkan? Kamu memang bukan sosok ibu tiri yang baik untuk anakku. Makanya aku pikir lebih baik aku mengembalikan saja kepada ibunya yang jelas-jelas lebih peduli kepadanya. Apalah arti Ayah ini jika dibawa ke sini hanya membawa dia terluka dan sedih mendengar kata-kata ibu tirinya," jawab Adnan yang tidak mau berdebat apapun dengan Melly."Baguslah kalau dia sadar diri. Sebagai anak memang dia harus tahu posisi kalau ayahnya ini tidak sekaya ibu nya yang menikahi bujang kaya."Jika dilanjutkan maka perdebatan ini akan kemana-mana dan bahkan membahas tentang nafkah yang tidak sesuai dengan permintaan Melly. Hal itulah yang membuat Adnan memilih untuk diam dan tidak banyak mendapat apapun tentang hal yang Melly ucapkan.Adnan pergi bekerja seperti biasanya Dan Dia mencoba untuk ikhlas menjalani ke
Laila menutup telinganya saat dia mendengar suara melengking dari luar kamarnya. Dia berpura-pura memejamkan mata saat Adnan sedang membacakan dongeng untuknya tadi. Dia tahu ayahnya itu sangat sayang kepadanya saat ini tetapi melihat kedatangannya ke rumah sang ayah kandung, Mely marah besar. dia tidak begitu disenangi oleh ibu tirinya membuat Laila merasa sendiri bahwa ayahnya sengaja mengajaknya untuk tidur lebih awal agar bisa menjelaskan alasan kedatangannya ke rumah ini."Kenapa kamu nggak minta izin sama aku buat ngajak anakmu itu tinggal di rumah ini? Kamu kan tahu sendiri kalau aku tidak suka anak kamu itu tinggal di rumah ini. Kamu saja masih numpang dan belum bisa memberikan aku nafkah yang baik dan juga menyenangkan anak-anakku. Sok-sokan Mau mengajak anggota keluarga baru dalam keluarga kita. Besok kamu harus antarkan dia dan biarkan saja Mimi yang merawatnya karena dia sekarang sudah lebih kaya karena menggaet laki-laki kaya. Kamu ini mikir nggak sih Mas? Untuk mencukupi
"Aku rasa Laila Sudah cukup tahu bagaimana cara untuk menepati janjinya. Dia bilang akan jalan-jalan bersama Adnan dan akan tetap kembali ke rumah ini. Dia hanya membutuhkan waktu untuk sang Papa bermain dengannya dan tidak akan menyakiti perasaan ibunya ini jika tidak kembali ke rumah ini. Dia sendiri yang menginginkan itu dan aku tidak berhak untuk melarangnya karena Adnan juga ayah kandung Laila."Mimi merasa sedih mendengarnya dan dia merasa gagal menjadi seorang ibu yang bisa berbuat adil kepada anaknya. Dia tahu pasti Laila sedih karena kasih sayangnya harus terbagi dengan adik-adik barunya tetapi dia juga tidak bisa menyalahkan keputusan Arfi yang membiarkan kepergian Layla karena keputusan itu pasti sudah dia pikirkan dengan baik."Kamu tidak usah terlalu sedih memikirkan anakmu karena aku yakin dia pasti bisa menyenangkan hati orang tuanya. Kita lihat saja Apakah anakmu itu akan kembali malam ini atau akan menginap di rumah Adnan. Jika memang Laila itu akan menginap di sana p
"Laila nggak pengen tinggal sama papa?"Ardan mengulangi pertanyaannya dan dia mengusap kepala Laila pelan untuk menyalurkan kasih sayang dan rasa rindunya kepada sang anak."Untuk apa kamu mengajukan pertanyaan yang tidak bisa Laila jawab di usianya yang sekarang? Seharusnya kamu sebagai seorang ayah tahu bagaimana cara untuk memposisikan diri sebagai ayah kandung di saat dia tinggal bersama dengan ayah tirinya," sahut Arfi.Arfi tentu saja kaget mendengar Ardan datang ke rumahnya dan ingin mengajak Laila untuk pergi bersamanya tinggal. Tentu saja tidak akan dengan mudah dia mengizinkan karena selama ini lelaki itu selalu saja membuat masalah dan tidak bisa dipercaya untuk mengasuh anaknya. Apalagi kedatangannya hanya untuk mengajak Laila pergi, dia tak akan mengizinkannya."Dia anakku dan aku berhak untuk mengajaknya tinggal kapanpun aku mau. Aku tahu kalau perasaan dia pasti sangat sedih ketika melihat kedua adik-adik itu lahir dan kalian mengabaikan kasih sayang yang dibutuhkan ol
Anak-anak Mimi sudah boleh dibawa pulang setelah 1 minggu menjalani perawatan di NICU. Mimi sudah mulai menyusui sejak 3 hari dirawat dan setelah 1 minggu dia sudah diperbolehkan untuk pulang. "Akhirnya baby Army sama Alma bisa pulang ke rumah. Senangnya cucu Oma sama Uti bisa menempati kamar yang baru," ucap Tiara saat dia menggendong salah satu anak Mimi dan Arfi."Rasanya tidak menyangka langsung diberikan cucu 2, jadinya bisa satu-satu menggendongnya.""Tuhan tahu kalau kita Mungkin saja akan berebut untuk menggendongnya jika hanya satu saja," kekeh Tiara.Alma dan Army digendong oleh Tiara dan Irah sedangkan Laila digandeng oleh Arfi untuk masuk ke dalam rumah."Anak Papa mau makan apa sore ini? Apa mau pesan makanan enak di restoran buat syukuran kepulangan kita," tanya Arfi."Papa mau beli?""Iya. Laila mau makan apa?""Hm, gak deh. Laila pengen ikut aja beli makanan sama papa.""Baiklah. Sekarang mandi dulu lalu Nanti Papa panggil buat ikut sama Om Adrian.""Yeew….."Laila sa
Siang hari keluarga Arfi dari Banyumas datang menjenguk dan mereka kaget karena mendengar bahwa Mimi melahirkan di usia kandungan 7 bulan saja. Mereka berkunjung saat Arfi tidak berada di tempat sehingga keluarga dari Arfi yang ada di Banyumas itu hanya bertemu dengan keluarga Hakim yang di Jakarta."Menantu mu lahiran sesar, Ra?" Tanya Syarifah."Caesar ataupun normal sama saja.""Iya jelas beda dong. Melahirkan normal itu sangatlah penuh perjuangan dan benar-benar berjihad yang sebenarnya, kalau melahirkan sesar kan tidak terasa dan tahu-tahu anaknya sudah di luar," cibir Syarifah."Melahirkan itu, baik Caesar maupun normal tetap saja sakit dan seharusnya kamu sebagai wanita pun tahu bagaimana perjuangan seorang ibu melahirkan anak-anaknya," sahut Tiara yang tidak ingin membuat anak menantunya sedih mendengar ucapan dari saudaranya itu. Mimi baru saja siuman, dia tidak ingin menantunya itu sedih jika mendengar ucapan Syarifah yang memang kadang suka berbicara asal."Bukan seperti it
"Sepertinya memang Laila sedikit cemburu dengan kelahiran kedua adik-adiknya. Kamu sebagai Ayah sambungnya harus bisa membuat anak sambung itu nyaman dan bahagia bersama dengan kalian. Resiko menikahi janda adalah harus menerima anak yang dibawa olehnya meskipun nanti kamu gunakan rasa berat dengan pengasuhan anakmu. Oma selalu mendukung keputusan kamu dan selalu akan berbahagia atas apapun yang kamu putuskan tentang hidupmu. Namun, Oma berpesan kepadamu jangan sampai kamu main tangan kepada istrimu dan jangan sampai keluarkan kata-kata yang bernada tinggi di depan anakku. Hal itu bisa membuat kamu merasa dibenci dan tidak akan dihargai oleh keluarga terlebih istri dan anak. Menikahi seorang janda itu berat tetapi pahalanya luar biasa karena bukan hanya menafkahi anak sendiri tetapi juga anak orang lain yang dibawa oleh istri. Pokoknya jangan sampai Oma mendengar kamu melakukan hal buruk kepada istri dan anaknya," ucap Ayu menasehati Arfi saat mereka sedang berjalan menuju ke ruang