"Austin, Elea, minum dulu sayang," ucap Zoya, dia dan Aland telah menghampiri anak-anaknya lagi. Kini mereka datang tidak hanya dengan tangan kosong, melainkan dengan dua buah kelapa muda di tangan mereka masing-masing."Mau mau!" sahut Elea dengan antusias. Dia meminum buah kepala muda tersebut dari tangan mama Zoya."Setelah ini kita pulang ya, hari ini juga kita harus kembali ke kota," ucap Zoya.Sebuah kalimat yang akhirnya membuat semangat Austin dan Elea jadi menghilang. Karena kalimat tersebut mengartikan bahwa mereka akan berpisah lagi."Hei, Kenapa kalian jadi murung seperti ini? 10 hari lagi kan kita akan bertemu," ucap Zoya, Dia mengingatkan kembali pada dua anak tersebut bahwa 10 hari lagi pesta pernikahan akan diadakan, nanti om Erile akan datang ke pesisir untuk menjemput Elea dan kedua orang tuanya.Penjelasan itu cukup menenangkan bagi Austin dan Elea, akhirnya kedua bocah tersebut mengangguk setuju untuk mereka pulang sekarang.Dan Aland hanya tersenyum saja melihat
Setelah makan siang bersama, akhirnya Aland mengajak anak dan istrinya untuk kembali melanjutkan perjalanan.Perjalanan panjang yang kini terasa indah karena ada cinta diantara mereka bertiga.Ketiganya saling mencintai dalam porsi yang sama banyak, hanya Zoya yang kadang masih malu untuk menunjukkan semuanya.**Di Servo.Adeline pun tau jika saat ini Aland dan Zoya sedang pergi ke pesisir. Informasi seperti itu tentu bisa dia dapatkan dengan mudah. Perjalanan yang seperti menggoreskan luka di dalam hatinya, karena selalu terbayang kebersamaan antara Aland dan Zoya di daerah pesisir tersebut. Deru ombak pantai, angin yang berhembus dengan kencang. Tiap kali membayangkan hal-hal tersebut membuat dada Adeline jadi semakin sesak.Perginya Zoya juga membuatnya tidak bisa bicara berdua dengan wanita itu. Seperti saran Risa kemarin.Karena tidak ingin menunggu jadi Adeline putuskan untuk menemui Rama Elmer lebih dulu. Bicara pada pria tersebut, karena mereka berdua sama-sama korban dari
Sebanyak apapun Adeline berusaha, nyatanya dia tetap gagal untuk mencari sekutu demi memisahkan Aland dan Zoya.Sementara waktu terus berjalan hingga tiba di hari pernikahan kedua sepasang suami istri tersebut.Pernikahan mewah itu di adakan di sebuah ballroom hotel bintang 5 di kota Servo. Sekarang tamu mulai berdatangan untuk menyaksikan acara sakral pengucapan janji suci. Sementara pengantin pria dan wanita masih berada di ruang tunggu yang terpisah. Zoya ditemani oleh Oma Emma, Ressa dan dokter Kania. Sementara Kak Prisila sudah bersama dengan Austin dan Elea di depan sana. Oma Emma menyentuh tangan Zoya dengan lembut, menatap tulus penuh rasa syukur. "Terima kasih sayang, karena kamu sudah bersedia kembali pada keluarga ini," ucap Oma Emma, jadi merasa haru sendiri jika ingat tentang masa lalu.Dia pun mengelus puncak kepala Zoya, hati-hati agar tatanan rambutnya yang tapi tidak sampai rusak. "Ma, aku juga berterima kasih, karena mama kini bersedia menerima ku apa adanya."O
Tepat jam 9 pagi akhirnya pengantin dipanggil untuk keluar menuju tempat pengucapan janji suci. Ballroom yang awalnya terasa cukup bising kini seketika jadi hening ketika Zoya dan Aland berjalan bersama melewati taburan kelopak bunga berwarna putih."Mama!" pekik Austin yang duduk di kursi paling depan bersama dengan Elea dan kak Prisila, kebahagiaan bocah itu tidak bisa dikendalikan.Namun Zoya hanya bisa bisa tersenyum ke arah sang anak, senyum tanda bahwa dia pun juga merasa sangat bahagia pada hari ini.Zoya cantik sekali dengan gaun pengantinnya yang menjuntai panjang. Begitu serasi dengan Aland yang berada di sampingnya.Pernikahan itu banyak dihadiri orang-orang, sebagian Zoya mengetahuinya sebab dulu dia pun bekerja di perusahaan Aland. Sebagian lagi dia tidak mengenal dan cukup tau bahwa semuanya adalah kenalan keluarga Floyd.Pernikahan itu pun disiarkan oleh satu stasiun televisi, hingga siapapun bisa melihatnya. Termasuk Sofia yang terduduk di ruang tengah rumah keluarga E
Sudah hampir 2 jam Adeline tertidur di sofa tersebut, tapi belum ada tanda-tanda bahwa wanita itu akan terbangun. Sementara saat ini waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, Rama harusnya sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu."Astaga, wanita itu tidur atau pingsan? Kenapa dia tidak bangun-bangun juga," gumam Rama, lebih terdengar seperti menggerutu. Adeline tertidur seolah selama ini dia tidak pernah tidur nyenyak seperti itu.Dengan sangat terpaksa akhirnya dia berniat untuk membangunkan wanita itu. Rama berjalan mendekati sofa, berdiri di samping Adeline yang tertidur pulas. Rama kemudian menggerakkan tangan kanannya untuk menyentuh pundak wanita itu, lalu menggoyangnya secara perlahan."Nona Adeline! Bangunlah," kata Rama, bicaranya memang terdengar pelan tapi goyangan yang dia ciptakan dari tangannya cukup kuat. Hingga membuat Adeline akhirnya benar-benar terbangun dari tidur.Adeline menguap namun belum sadar saat ini dia berada di mana."Nona Adeline!" kata Rama lagi, dan akhi
"Berikan nomor ponsel Anda," ucap Rama, ketika mobilnya sudah berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah nona Adeline."Untuk apa?" tanya Adeline pula, dia pikir mereka berdua sudah tidak ada urusan lagi. Toh sekarang Adeline telah benar-benar coba merelakan Aland, dia tidak akan mengganggu pernikahan itu.Adeline malas mengakui, tapi semua ucapan Rama memang benar. Saat dia putusnya untuk tetap berusaha menghancurkan pernikahan tersebut yang ada hanya dialah yang akan hancur."Berikan saja, atau saya tidak akan membuka pintu," kata Rama, yang terdengar seperti ancaman di telinga Adeline.Sebuah sikap pemaksa yang tidak cocok jika disandingkan dengan wajahnya yang hangat. Karena malas berdebat dan merasa tenaganya sudah habis jadi Adeline dengan terpaksa mencatat nomornya di ponsel milik pria ini.Rama yang tidak mudah percaya pada Adeline pun memeriksa lebih dulu nomor ponsel tersebut dan untungnya ponsel milik Nona muda ini benar-benar berdering."Apa kamu pikir Aku mencatat nomor
Zoya tidak tau harus menjawab apa ucapan suaminya tersebut. Dulu mungkin Zoya akan merasa senang tiap kali melihat penyesalan suaminya seperti ini. Tiap sekarang Zoya sudah tidak seperti dulu lagi, karena kini jadi merasa iba pula jika Aland terus diselimuti oleh perasaan bersalah di masa lalu.Sementara yang Zoya inginkan sekarang adalah mereka sama-sama bahagia, tak lagi terbelenggu dengan masa lalu."Terima kasih, karena kamu masih memberiku kesempatan kedua," kata Aland lagi.Zoya tetap tak tau harus menjawab apa, jadi dari semua ucapan suaminya tersebut hanya dia jawab dengan pelukan yang semakin erat. Zoya bahkan langsung mendongak dan mencium lehih dulu bibir suaminya, ciuman yang langsung disambut oleh Aland.Hingga akhirnya mereka berdua saling berpagut dengan mesra, mengirim cinta yang ada di dalam hati melalui ciuman tersebut.Malam pertama setelah menikah meraka hanya tidur saling memeluk, Aland tak ingin sesuatu hal terjadi pada kandungan sanb istri.**Malam pun bergul
Tiba di ruangan sang manager, Prisila dan Erile langsung bertemu dengan seorang wanita yang mengaku bahwa cincin berliannya hilang. Wanita itu masih muda, namun sungguh Prisila tak pernah mengingat pernah mengundang wanita itu dalam pernikahan sang adik.'Siapa yang membawa wanita ini masuk ke dalam pesta.' batin Prisila pula, dia datang dengan sorot matanya yang tajam."Akhirnya kamu datang juga, Aku hanya ingin menuntut ganti rugi tapi kenapa penanganannya buruk sekali seperti ini," ucap wanita tersebut, seseorang bernama Hailey."Maaf Nona, tapi dari rekaman CCTV yang tertangkap sejak Anda masuk ke dalam ballroom anda sudah tidak menggunakan cincin.""Mana CCTVnya? sejak tadi aku ingin melihat rekaman itu tapi kamu terus mengela," balas Hailey pula, tak gentar dengan semua kemauannya. dia harus mendapatkan ganti rugi atas kehilangan ini."Saya tidak menunjukkan CCTV lebih awal karena ingin mendengar kejujuran anda, tapi ternyata anda tetap kukuh dalam kebohongan. Saat rekaman CCTV