Share

44. Sok akrab

Penulis: Queen Zeera
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-21 22:29:13

"Jadi, ada masalah apa?" tanya Bryan langsung pada intinya.

Tetapi alih-alih menjawab, Dion justru hanya diam dan menatap saudara sepupunya dengan pandangan penuh teka-teki.

Bryan pun merasakan hal itu.

Setelah mereka selesai melewati perdebatan yang cukup menguras tenaga dan pikiran, Bryan mengajak Dion untuk mendapatkan secangkir kopi di dalam sebuah kedai yang tak jauh dari lokasi kejadian.

Bersama Arumi, ketiganya kini duduk terdiam. Hingga sebuah pertanyaan yang terlontar dari Bryan pun membuat Dion merasa canggung untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan gelengan kepala Dion pun menjawab, "Tidak, hanya--masalah kecil saja."

Ya! Dion tentu tidak serta merta memberitahu Bryan perihal masalah yang hampir memenuhi isi kepalanya terlebih tepat di hadapan Arumi, mantan istrinya.

Mendengar itu membuat Bryan semakin penasaran namun ia tentu tidak bisa memaksa Dion untuk menceritakan kepadanya terlebih saat Dion menatap Arumi dengan dalam.

"Kenapa dia justru menatap Arumi?
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri yang Tak Dianggap   45. Hadiah untuk Askara

    Hari semakin gelap, langit senja yang sedari tadi menemani kini berganti gelap.Tetapi tidak ada yang berubah ... Dion masih saja duduk terdiam di dalam kedai kopi di pinggir jalan, menikmati udara malam yang seketika menyelimuti tubuhnya.Ia tampak tak beranjak sedikitpun dari sana, pikirannya hanya dipenuhi seputar Arumi dan Askara, sosok anak yang tak pernah ia akui.Tetapi sepertinya hal itu akan segera menghilang, karena perlahan, waktu demi waktu akan semakin berjalan dan rasa sesal itu akan semakin terasa.Betapa rindunya ia terhadap anak itu. Ya! Dion telah mengakuinya sendiri bahwa ia begitu bodoh setelah mendapati bahwa Askara sangat mirip dengannya.Dion kemudian mengerjap, "Ah! Pukul berapa sekarang?" gumamnya seraya melirik jam yang terpasang pada pergelengan tangannya.Untuk seketika ia terkesiap, menyadari bahwa ia terlalu lama berada di kedai itu hingga beberapa jam lamanya."Baiklah, sepertinya aku harus segera pulang," ucapnya lagi, "Sebelum Shetta protes karena aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-21
  • Istri yang Tak Dianggap   46. Jangan sentuh!

    Ceklek!!"Papa pulang ...."Shetta yang tengah asyik bermain dengan suster Anna di ruang tengahpun seketika mengerjap bahkan bangkit dan berlari menuju ruang utama rumah besar itu.Anak kecil tersebut tentu merasa sumringah kala ia mendengar suara sang ayah yang baru saja tiba di rumahnya."Papa!!" teriak Shetta kemudian berlari ke arah Dion yang masih melucuti sepatu dan memakai sandal rumahnya."Sayang!?" Dion lantas segera berjongkok dengan merentangkan kedua tangannya, menyambut Shetta ke dalam pelukkannya."Putri ayah ... Tumben belum tidur, Sayang?""Shetta nungguin Papa pulang dulu, baru Shetta mau tidur," jawab Shetta.Hal itu tentu membuat Dion termenung, ia hingga rasa bersalahpun muncul begitu saja dalam pikirannya.Dengan begitu polosnya anak itu setia menunggu sang ayah pulang ke rumah dan bermain sejenak bersamanya, namun Dion justru mengulur waktu sampai malam tiba."Papa kok pulangnya malam terus sih? Kerjaan Papa banyak ya?" tanya Shetta penuh perhatian.Alih-alih seg

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • Istri yang Tak Dianggap   47. Keinginan aneh

    "Kamu sedang apa?"Satu pertanyaan lagi dari Dion bahkan tak lantas membuat Shella lekas menjawabnya, karena wanita itu tampak sangat terkejut, dengan satu tangan yang masih menyentuh paper bag tersebut.Shella hanya terdiam, menatap Dion yang baru saja keluar dari toilet dengan masih mengenakan handuk yang ia balutkan pada sekeliling pinggang.Sikap diam Shella ternyata cukup membuat Dion gusar, dengan terus menggosok-gosokkan handuknya Dion kembali mengatakan pertanyaan yang mungkin telah ia katakan berkali-kali."Kau tetap tidak akan menjawab?" tanyanya lagi kemudian menghela napasnya dengan kasar.Dion yang kini menurunkan handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya dan berjalan semakin mendekati Bella.Lelaki itu tentu menyadari apa yang tengah dilakukan oleh Shella, namun Dion ingin mendengar jawaban itu langsung dari sang istri."Bukankah kamu tahu sendiri kalau kita tidak boleh sembarangan menyentuh barang orang lain?"Pias!! Ucapan Dion terdengar dingin, seolah menusu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • Istri yang Tak Dianggap   48. Kedatangan Ibu mertua

    Terdengar suara hentakkan sepatu heels yang menuruni tangga rumah mewah kediaman Handi wijaya. Suara itu tentu berasal dari sepatu branded milik sang nyonya besar istri dari seirang konglomerat kelas atas, Rose.Wanita itu lekas menuruni tangga dengan langkah yang terburu-buru bahkan tak sempat ikut sarapan dengan sang suami."Mau ke mana, Ma!?" cetus Handi yang telah menyadari keberadaannya.Rose pun berhenti dan menoleh."Aku mau pergi dulu ke rumah Dion," jawabnya dengan kedua tangan yang sibuk memasangi anting di kedua telinganya."Ke rumah Dion?" gumam Handi bertanya-tanya, "Mau apa, Ma?"Tetapi pertanyaan itu tak lantas terjawan karena Rose telah berlalu dan hilang dari balik pintu.Hal itu tentu saja membuat Handi panik dan penasaran. Ia lantas segera beranjak dari meja makan dan berlari mengejar Rose yang beberapa saat lalu telah pamit.Sedangkan Rose yang telah berada di beranda depan rumahnyapun tampak menunggu sebuah taksi online pesanannya."Ck! Kukira taksiku sudah di sin

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • Istri yang Tak Dianggap   49. Tes DNA

    Rose dan Dion telah tiba di ruang kerja pribadi milik Dion. Wanita itu tampak mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dengan langkah kaki menuju meja kerja dan menduduki kursi puteranya.Sedangkan Dion yang baru saja menutup pintu ruangannya pun lantas berjalan mendekati Rose, dengan pikiran yang tiada hentinya menebak-nebak apa yang akan dibicarakan oleh ibunya."Tumben sekali Mama datang pagi-pagi begini," ujar Dion hendak berbasa-basi. Namun ia tentu tahi bahwa ibunya bukan tipe orang yang suka berbasa-basi bahkan saat suasana hatinya terasa tidak nyaman.Dan benar saja, alih-alih menjawab pertanyaan Dion, Rose justru diam sembari menghela napas panjangnya."Dion, Mama tidak akan berlama-lama di sini." Rose menatap anaknya dengan tatapan tajam, "Kamu tentu masih ingat dengan Askara, anak mantan istrimu."Dion lalu mengangguk meski sedikit terkejut mengapa ibunya tiba-tiba saja menyebut anak itu."Iya, Ma. Aku tahu ... Memangnya ada apa?"Lelaki itu masih saja terlihat tenang, b

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-26
  • Istri yang Tak Dianggap   50. Perhatian Handi

    Arumi lantas beranjak dari meja kerjanya, menghampiri sosok lelaki paruh baya yang sempat menjadi ayah mertuanya selama beberapa bulan saja.Wanita itu tampak memberi salam kepada Handi, merasa terkejut sekaligus tak menyangka jika lelaki itu bisa berada di dalam kantornya bahkan sengaja mendatanginya."Silakan duduk, Pah."Arumi lalu berjalan cepat meraih gagang telepon hendak menghubungi sekertarisnya."Tolong bawakan dua cangkir teh hangat ke ruangan saya, segera!" pintanya lalu lekas menutup kembali sambungan telepon tersebut."Tidak usah repot-repot, Arumi. Papa tidak akan lama," ucap Handi."Ah! Tidak apa-apa, Pah. Aku juga tidak merasa direpotkan, sudah seharusnya aku memperlakukan tamuku dengan baik."Arumi menampakkan senyuman hangatnya, bahkan tak terlihat sedikitpun bahwa wanita itu menyimpan sebuah dendam kepada Handi setelah apa yang diperbuat Rose dan Dion selama ini.Lelaki itupun tersenyum simpul, merasa malu terhadap dirinya sendiri terutama terhadap Arumi.Betapa tid

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28
  • Istri yang Tak Dianggap   51. Pertemuan tak disengaja

    Di balik kemudinya, Dion menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Entah apa yang merasukinya namun lelaki itu tampak terburu-buru sehingga tak menyadari jika kecepatan mobilnya mencapai bahkan melampaui batas rata-rata.Di tengah terik matahari, lelaki itu terus menjalankan mobilnya namun sial! Ketika lelaki itu tiba di sebuah perempatan jalan lampu merah, ia terjebak macet."Arghh!!"Saking kesalnya ia memukul stir mobilnya dengan sekuat tenaga.Betapa tidak? Jarak dari jalanan tersebut hingga kantor Arumi kini hanya tinggal beberapa meter saja. Bahkan lelaki itu bisa melihat gedung pencakar langit yang merupakan perusahaan Arumi.Dion lantas melirik jam tangannya yang menunjuk angka 12, itu artinya waktu makan siang sudah tiba. Hal yang paling ia takuti karena jika makan siang sudah tiba, kesempatannya untuk bertemu dengan Arumi mungkin akan tertunda."Ck! Kalau begini bisa-bisa Bryan sampai lebih dulu dan aku tidak akan sempat bertemu dengannya," pikirnya.***"Waktu makan sia

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31
  • Istri yang Tak Dianggap   52. Kedatangan yang tidak diinginkan

    Dion yang masih merasa bertanya-tanyapun melanjutkan langkah kakinya menyusuri tempat parkir. Melewati beberapa mobil yang berjejer terparkir di depan gedung besar tersebut. Hingga kedua matanya kembali membulat saat ia melihat sebuah mobil sedan hitam berwarna hitam metalik, dengan nomor polisi yang tampak berbeda dengan mobil lainnya.Menyadari hal itu lantas membuat Dion kembali menghentikan langkahnya, "Haruskah dia selalu mendatangi Arumi hingga saat jam makan siangnya?" gumamnya.Dion tentu merasa tak aneh lagi dengan Bryan yang selalu menempel dengan Arumi, terlebih dalam waktu dekat mereka akan melangsungkan pernikahan.Di tengah-tengah itu pula Dion dikejutkan dengan suara bariton yang memanggul namanya dari belakang.Sembari menoleh ke arah belakang, Dio pun berkata, "Ah! Ternyata kau, Hendri."Dion lalu membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan asisten sekaligus sopir pribadi saudara sepupunya.Hendri pun lekas membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada salah satubke

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01

Bab terbaru

  • Istri yang Tak Dianggap   82. Dia bukan anakku!?

    Kerutan pada keningnya kini mulai tampak jelas, kala lelaki itu membalikkan amplop putih yang ternyata mempunyai lambang yang menggambarkan salah satu lambang Laboratorium terkemuka di kota itu.Mulanya Dion merasa aneh hingga bertanya-tanya dalam benaknya. Tanpa menunggu lama lagi Dion lantas mulai membuka isi amplop dan memgeluarkan secarik kertas putih dengan beberapa deretan huruf dan angka di dalamnya."Surat apa ini?" tanyanya masih menerka-nerka bahkan belum menyadarinya.Perlahan namun pasti, Dion kini mulai membaca kata demi kata yang tertulis di dalam surat tersebut. Untuk sesaat ia kembali heran, terlebih ketika lelaki itu menyadari terdapat beberapa nama yang tidak asing lagi baginya tertera di dalam tulisan tersebut."Kenapa ada nama anakku di sini!? Arshetta Puteri Santoso!?"Ya! Rasa penasaran lelaki itu semakin meluas, bahkan merasa begitu heran mengapa nama itu ada di dalamnya. Ia pun lekas membaca dengan lebih teliti lagi, kata demi kata yang menjelaskan terkait hasi

  • Istri yang Tak Dianggap   81. Amplop putih

    Seperti rencana sebelumnya pagi ini Hans akan melancarkan aksinya dengan memberi pelajaran pada Dion dan Shella terkait Kejadian beberapa malam yang lalu yang membuat dirinya merasa dipermalukan di hadapan semua orang bahkan di tempat yang selalu ia kunjungi. Lelaki itu telah bersiap dengan pakaian rapinya dan segera meluncur meninggalkan kediamannya menggunakan mobil mewah miliknya yang berharga milyaran rupiah.Dengan ditemani sopir pribadinya Hans segera saja menuju perusahaan milik Dion yang berada di pusat kota tersebut. Raut wajahnya kini menampakkan bahwa dirinya sangat percaya diri dengan rencana ini bahkan Hans sangat yakin bahwa ia akan segera membuat Dion menderita dan bisa memiliki Shella seutuhnya."Tunggu saja, Dion, aku akan menunjukkan Siapa yang paling kuat di antara kita dan aku akan membuktikan siapa yang paling pantas berada di samping Shella, " ucapnya dengan penuh keyakinan dan percaya diri.Tak butuh waktu beberapa jam untuk bisa tiba di kawasan perusahaan elit

  • Istri yang Tak Dianggap   80. Makan dengan Shetta

    Sudah berhari-hari Hans selalu melamun, asyik dengan pikirannya sendiri. Ya! Setelah perdebatannya bersama Dion dan Shella malam itu, ia kini lebih banyak diam dari biasanya, ponsel yang selalu ia mainkanpun kini hanya tergeletak tak karuan di atas meja kerjanya.Ia sungguh tidak berselera untuk melakukan apapun, bahkan ia hanya melakukan beberapa pekerjaan kantornya dan pulang tepat waktu. Tanpa mampir ke sebuah tempat atau melakukan sesuatu seperti biasanya."Ini terasa membosankan, aku hanya dian seperti ini dan tidak melakukan apapun."Hans lalu merebahkan dirinya di atas kursi santai di sebelah kolam renang miliknya, menandangi langit malam yang gelap dan penuh dengan berbagai cahaya bintang menghiasinya.Tak dapat dipungkiri, beberapa ucapan serta cibiran yang ia terima dari Shella tentu berdampak buruk dan cukup panjang hingga membuaynya seperti ini. Lelaki itu semakin terlarut dalam lamunannya sendiri membayangkan semua rentetan kejadian yang secara tidak langsung telah menyin

  • Istri yang Tak Dianggap   79. Mertua tidak tahu diri!

    Bryan baru saja tiba di kantornya dengan suasana hati yang sedikit kurang baik. Setelah perbincangan bersama pamannya yang terjadi semalam, Bryan tentu saja kini merasa bingung dengan saran yang diberikan oleh Handi.Bagaimana tidak? Saran yang dikatakan oleh Handi telah cukup membuat Bryan kembali berpikir, lagi dan lagi.Ia merasa cemas dan takut dengan keadaan Arumi yang belum sepenuhnya merasa lebih baik, bahkan saat terakhir ia makan siang dengan Arumi, wanita itu masih saja terlihat murung, menjawab pertanyaan Bryan seperlunya."Ini benar-benar membuatku pusing," ucap Bryan kala ia menduduki kursi kerjanya dan hendak memulai aktifitasnya.Tetapi, alih-alih segera menggarap beberapa pekerjaannya, lelaki itu justru hanya diam dengan kedua mata terfokus menatap layar komputernya.Diam ... dan tidak bergeming ....Di dalam pikirannya kini hanya terdapat berbagai macam hal yang tentang Arumi dan Askara."Bagaimana kalau tante Rose berbuat nekad dan bersikukuh menginginkan Askara? Lan

  • Istri yang Tak Dianggap   78. Mendatangi Dion

    Hari-hari setelah malam itu, Shella kini terlihat murung. Meski ia tetap menemani Vena membuka tempat karaokenya, namun semuanya tidak berjalan seperti sebelumnya. Wanita itu jadi lebih pendiam, senyuman manis yang ia miliki kini hanya tertuju untuk para customer.Ya! Shella cukup profesional dalam mengelola emosinya kali ini.Akan tetapi tetap saja, terlihat sekali perbedaan sikap dalam dirinya. Vena pun merasakan hal itu, merasa iba melihat sahabatnya yang harus berada dalam situasi seperti ini."Hmm, saituasi macam apa lagi ini!? Aku benar-benar tidak habis pikir ... "Semua terjadi jelas karena Dion, lelaki yang tiba-tiba datang mengacau. Hal itu membuat Vena memutuskan untuk melakukan sesuatu."Aku harus segera bertindak, karena seperti ini saja sudah membuatku lelah."Ya! Pagi ini lebih tepatnya sesaat setelah matahari muncul dari ufuk timur, para orang-orang yang memulai aktifitasnya, Vena telah bersiap dan segera pergi menuju kantor Dion. Vena berjalan mengendap-endap melewati

  • Istri yang Tak Dianggap   77. Kedatangan Om Handi

    Kini, Handi tengah duduk tegap di sebuah ruang tamu yang terdapat pada rumah mewah bergaya modern tersebut. Lelaki itu tak berhenti mengatur pernapasannya, dan juga mengatur beberapa bahasan yang akan ia katakan pada keponakannya.Ia ingin mengulur waktu, memikirkan lagi semuanya hingga terasa tepat untuk disampaikan. Tetapi Bryan sepertinya tidak akan memberinya kesempatan."Baiklah, Om. Apa yang membawa Om hingga malam-malam begini mendatangiku?" tanya Bryan langsung pada intinya.Bryan yang memang sedari dulu tak begitu menyukai basa-basi serta selalu membahas inti dari setiap permasalahan tentu sudah menjadi hal biasa bagi Handi, dan lelaki itu tak pernah menunjukkan aksi protesnya.Handj lalu membenahi posisi duduknya, sebelumm akhirnya menbahas apa yang membuat pikirannya mengganjal."Maaf sebelumnya kalau Om tiba-tiba menanyakan ini padamu," ucap Handj sedikit ragu, "Apa rencanamu saat kalian berdua resmi menikah?"Bukannya lekas menjawab, Bryan justru dibuat bingung dengan per

  • Istri yang Tak Dianggap   76. Buka matamu!

    Handi kini telah tiba di sebuah kawasan perumahan elite di bilangan Jakarta. Entah apa yang ada di pikiran lelaki paruh baya itu hingga ia menjalankan mobilnya dengan secepat kilat dan tiba di rumah keponakannya.Saat lelaki itu menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah besar tersebut seketika itu pula ia disambut oleh seorang satpam yang bekerja di rumah itu."Selamat malam, Apakah ada yang bisa saya bantu? " tanya satpam tersebut."Apakah Bryan sudah pulang?" tanya Handi sesaat setelah ia menurunkan kaca jendela mobil miliknya.Satpam itu pun menganggukan kepalanya dan kemudian menjawab, "Kebetulan sekali Tuan Bryan baru saja pulang dari kantor beberapa menit yang lalu."Mendengar itu tentu saja membuat Handi merasa lega karena dia bisa langsung menemui keponakannya di dalam rumah itu meski ia sendiri belum tahu apa yang akan dia bicarakan saat ini dengan Bryan.Tanpa berlama-lama lagi satpam itu pun lekas mempersilahkan Handi untuk memasuki pekarangan rumah Bryan yang tamp

  • Istri yang Tak Dianggap   75. Penebusan dosa

    "Apa aku memang terlalu kejam? Apa aku salah karena menginginkan sesuatu yang sudah kubuang sendiri?"Pikiran itu terus menerus mengganggunya, terngiang-ngiang sampai tak dapat disingkirkan lagi.Entah mengapa, malam ini Rose terasa sulit sekali untuk tidur, ia telah pergi ke kamar mandi, minum beberapa tegukkan ari mineral, bahkan melakukan hal beberapa saat, tak membuatnya merasakan kantuk sekalipun.Rose terus saja terpikirkan beberapa hal yang selama ini mengusiknya. Bahkan sesaat setelah ia bertemu Dion dan membicarakan terkait tes DNA itu, Rose tak mampu lagi berkata apapun."Apa aku turuti saja kemauan Dion untuk melupakan hal ini?" pikirnya lagi.Hingga sesaat kemudian Rose kembali menggelengkan kepalanya."Tidak, tidak. Aku tidak boleh mundur, aku harus membuktikannya sendiri kalau dugaanku benar," ucapnya lagi.Ya! Rose memang selalu bersikeras mendapatkan apa yang ia inginkan, bahkan lautanpun akan ia sebrangi asalkan pada akhirnya ia mendapatkan hal tersebut.Saat ini, Ros

  • Istri yang Tak Dianggap   74. Pesona Hans

    "Tunggu, Mas!! Aku bisa-""Diamlah, aku sudah tidak ingin mendemgarkanmu lagi," sergah Dion memotong ucapan Shella dan lekas pergi dari sana.Shella tentu tidak ingin melewatkan kesempatan ini, ia segera meraih tangan Dion dan menggenggamnya erat, namun seketika itu pula Dion menghempaskannya, seolah benar-benar tidak ingjn tersentuh lagi oleh Shella. Lelaki itu lekas pergi dari hadapan Shella, tetapi lagi dan lagi, sosok perempuan tiba-tiba saja muncul dan menghentikan langkah lelaki itu."Ck! Tolong minggir, aku harus pergi."Tetapi wanita itu tentu tidak mendengar dan terus berdiri tepat di hadapannya."Ada apa ini!?" tanya wanita tersebut bernada dingin, "Apa kau yang membuat kericuhan di tempatku?""Aku??" Dion kemudian berdecih lalu kembali menoleh ke belakang, "Aku hanya berniat memastikan sesuatu dan pergi, tapi lihat? Aku malah menemukan sesuatu yang menarik di sini."Vena pun terdiam, mengikuti arah pandang Dion dan menatap sosok pria bertubuh tinggu berdiri tepat di sampin

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status